"Ken".
Aku menoleh ke samping dan kulihat om Kevin tersenyum manis ke arahku lalu memelukku dengan erat "kangen banget gue sama lo"
Ku balas pelukan om Kevin dengan erat dan ku rasakan om Kevin menghirup dalam-dalam ceruk leherku.
Kalian jangan salah paham dan menuduhku yang tidak-tidak ya. Om Kevin ini adalah orang baik dan dia juga sudah mempunya keluarga. Pertemuan kami itu drama banget sih soalnya om Kevin waktu itu lagi mabuk dan manggil-manggil aku pakai nama 'Nanda'. Parahnya lagi om Kevin nangis sambil meluk aku, padahal aku itu bukan Nanda. Aku juga baru tau kalau orang mabuk bisa nangis juga.
Keesokan malamnya om Kevin yang udah sadar nemuin aku dan minta maaf ke aku secara gentleman. Dia pikir aku itu sahabat karib nya yang udah meninggal 2 tahun yang lalu. Aku sih its okey aja karena aku gak di grepe-grepe sama om Kevin, toh mungkin om Kevin waktu itu benar-benar kangen sahabatnya yang sudah meninggal itu.
"Dasar homo"
Aku dan om Kevin melepaskan pelukan kami lalu menoleh ke arah Agus.
"Ckkk kenapa? Mau ikut? Yuk sini om peluk", sahut om Kevin sambil merentangkan tangannya ke arah Agus dan kulihat Agus bergidik ngeri.
Kulihat om Kevin tertawa dan mengeluarkan sebungkus rokoknya sambil duduk di depan meja bartender.
Aku menggeleng pelan saat om Kevin menyodorkan rokoknya untukku. Jujur aja...aku gak merokok karena merokok itu merusak baby faceku. Cie baby face hahahaha
Tapi seriusan deh, merokok itu bisa merusak kesehatan dan bisa kelihatan cepet tua, makanya aku menghindari rokok.
"Tumben om kemari, ada masalah keluarga ya om?"
Om Kevin menggeleng "gak, aku lagi kangen Nanda, makanya aku kemari cuma buat ngelihat kamu supaya kangenku ke Nanda bisa sedikit terobati".
Aku baru tau ada orang yang sesayang ini sama sahabatnya. Sahabatnya meninggal pun masih di kangenin banget.
"Woy Ken, jangan pacaran terus sama om kamu, nih anterin pesanan ke meja nomer 8".
"Syirik",sahut om Kevin ketus.
Aku hanya tersenyum dan mengantar pesanan ke meja nomer 8. Aku melangkah pelan saat melihat Bryna, Michelle dan Ailee yang duduk di meja nomer 8.
Tumben mereka kesini, tapi kok Bryna cantik banget sih malam ini? Seriusan deh.....Bryna cantik banget.
Ku letakan pesanan mereka di atas meja dengan jantungku yang masih berdegup kencang saat aku merasakan bahwa Bryna sedang menatapku dengan lekat "silahkan"
"Terimakasih banyak Ken",sahut Michelle dan tersenyum.
Aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk lalu berjalan kembali menuju meja bar. Ku lihat om Kevin mulai meminum segelas bir dan melanjutkan acara merokoknya.
"Ken..."
"Iya om?"
"Apa menurutmu Nanda akan masuk surga?"
Haduhh pertanyaannya, padahal aku ini bukan Tuhan dan kenapa om Kevin pertanyaan nya ambigu banget? Tapi kata om Kevin sih Nanda itu orang yang sangat baik, jiwa sosialnya tinggi, bahkan dia punya panti asuhan kucing.
"Nanda mungkin sudah tenang dan bahagia di atas sana. Setidaknya tidak ada yang bisa menyakitinya ataupun membuatnya terpuruk lagi", tambah om Kevin
Semenderita itukah sahabat om Kevin? Pasti om Kevin memiliki ikatan kuat sama sahabatnya itu.
"Dah ah, aku mau joget dulu, ikut yuk",ujar om Kevin lalu menarikku ke tengah-tengah kerumunan pengunjung.
"Kerjaanku gimana om?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Darkness (Completed)
RomanceKen tidak percaya bahwa dia jatuh cinta dengan janda anak satu. Hidupnya yang semula berantakan kini semakin berantakan setelah ia mengejar cintanya untuk perempuan janda anak satu yang terus acuh padanya. Namun Ken tidak menyerah dan terus mengejar...