Berlian sampai dirumahnya, dengan amarah yang masih memuncak, dengan kedua tangan yang masih terkepal ia menuju kamar titan.
BRAKK!!
Gadis itu terdiam diambang pintu, matanya menelisik kesegala arah. Kamar itu nampak rapih dan kosong, tak ada satupun barang-barang yang ia kenali milik titan. Langkah lebarnya menuju lemari, membukanya dan nihil tak ada sehelai pun baju milik titan disana.
"Mah.. Mama.. " Panggilnya berteriak, rani yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menghampiri berlian di kamar titan.
"Kenapa sayang??" Berlian menoleh dan menunjuk lemari pakaian itu.
"I-ini kosong mah, kemana barang-barang biru ??" Rani tersenyum dan berjalan mendekat pada berlian.
"Tadi pagi biru pamit, dia ingin hidup mandiri.."
"Apa? Pindah mah? Kemana??" Rani menggeleng dan mengusap bahu berlian.
"Mama sama papa juga gak tau sayang, biru gak ngasih tau kita.." Berlian terdiam memalingkan wajah kearah balkon dengan rahang yang kembali mengeras.
"Lagian biru cuma pindah rumah, kalian masih satu kampus.." Lanjutan dari ucapan rani membuat berlian kembali menunjukkan seringai iblisnya kemudian memeluk sang ibu.
"Iya mah.."
"Hah.. Cape juga.. " Dia titan, gadis itu mendudukkan tubuh lelahnya diatas sofa hitam miliknya. Sedari pagi, titan sibuk membenahi apartemen yang akan ia tempati mulai hari ini dan seterusnya.
Berkat usahanya sendiri dan sedikit dibantu oleh keluarga atmoko, titan bisa menabung dan membeli apartemen itu. Meski tak semewah milik meysa namun titan tetap bersyukur memilikinya.
Ia mengedarkan pandangan dengan senyuman manis, apartemen yang sangat ia idamkan dengan dekorasi yang ia inginkan. Perpaduan warna hitam dan abu mendominasi ruang tengahnya, sebuah sofa minimalis dengan televisi berukuran 40 inch .
Sebuah mini bar dan mini kitchen yang kini lengkap dengan peralatan memasak. Namun hanya terdapat 1 kamar saja disana, ia menatanya dengan sangat apik dan terlihat nyaman.
Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku celana dan membelalak melihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari anindita. Dengan cepat ia menekan tombol panggilan pada nomor anin.
Tut.. Tut..
"Hallo.."
"Lo kemana aja sih bi??" Titan tersenyum mendengar nada bicara anin yang nampak kesal.
"Sorry gue sibuk.."
"Hmm.."
"Malam ini lo free??"
"Kenapa? Mau ngajak ngedate ya? Hihi.. " Ia tersenyum tipis mendengar tawa kecil anin.
"Dinner??"
"Lo serius??"
"Kalo gak bisa ya next aja.."
"Eh.. Bisa bi bisa.." Lagi, titan tersenyum lebar karena nada bicara anin yang berubah menggemaskan.
"Oke, jam 5 gue jemput.."
"Ok-.."
Tut.. Tut..
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA BIRU (GxG) (COMPLETED)
Short StorySepekat rasa yang aku punya. Sebesar cinta yang aku damba. Setulus hati yang aku bangga. Seperti itulah aku yang berusaha membuatmu bahagia. -Jingga Biru-