"Alzheimer"

555 68 6
                                    


"Apa disini ada keluarga pasien?? " Tanya seorang dokter, membuat titan, meysa dan riana bangkit dari tempat duduknya.

"S-saya kaka tirinya dok.. " Si dokter menatapnya selidik, mengangguk dan membimbingnya masuk keruangan dimana anin berada.
Titan melirik cemas pada gadisnya yang masih tak sadarkan diri diatas brankar.

"Silahkan duduk"  Ia menoleh dan menarik kursi di depan dokter yang terlebih dahulu terduduk disana.

"Ada beberapa hal yang harus saya pastikan, apa kamu tinggal satu rumah dengan pasien ?? "

"Iya dok, apapun itu bisa dokter tanyakan pada saya. Saya mengenal adik saya dengan sangat baik.. " Dokter mengangguk sekilas melirik anin dan mengeluarkan sebuah buku juga pena.

"Apa akhir-akhir ini pasien sering mengeluh sakit kepala ?? " Bola matanya menghadap kearah kanan bawah, mencoba mengingat sesuatu tentang gadisnya.


(("Duhh bi, migrain kamu keknya nular deh.. udah beberapa hari kepalaku sakit terus nih.. "))


"Iya dok, beberapa kali.. "

"Lalu, apa pasien sering melupakan sesuatu dalam jangka waktu dekat? misalnya, pasien sudah makan namun 5 menit kemudian kembali makan?? " Kali ini titan mengangguk cepat tanpa banyak berpikir.

"Terakhir tadi pagi dok, dia mencuci piring yang sama berulang kali.. "  Dokter nampak mengangguk-anggukan kepala dan mencatatkan sesuatu. Titan menatapnya dengan resah, kaki kanannya bergetar seperti biasa.

"G-gimana dok?? "

"Saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut yang berfokus pada bagian kepala pasien, dari gejala yang disebutkan saya hanya bisa mendiagnosis bahwa ada sistem saraf yang bermasalah atau bahkan tumor di kepalanya "  Gadis itu terdiam dengan bibir yang mengatup rapat, masih menatap lurus kearah manik hitam sang dokter.

"Saya akan meminta perawat membawa pasien ke neurologi" Setelah mengatakan itu, dokter bangkit dari kursinya dan berjalan keluar ruangan. Meninggalkan titan yang masih membatu disana, menatap kedua tangannya yang saling bertautan resah dan menundukkan kepala.

"K-kamu gapapa sayang, kamu sehat dan semua yang dokter katakan itu bohong ! " Gumamnya teramat pelan, tenggorokannya terasa tercekat dengan kedua mata yang mulai mengembun.

2 orang perawat masuk dengan langkah tergesa, membuat titan terpaksa menegakkan kepala dan bangkit dari duduknya. Menatap anin yang masih belum sadarkan diri yang dibawa oleh kedua perawat tersebut.

"Nanti saat pasien kembali kesini, temui saya untuk melanjutkan pembicaraan" Ujar dokter serius, gadis itu hanya mampu mengangguk patuh tanpa membuka mulutnya sedikitpun.

Ia melangkah keluar dari ruangan itu, seketika meysa dan riana menghampirinya juga dengan tatapan kecemasan.

"Gimana bi? apa kata dokter? "

"Itu anin mau dibawa kemana ?? "  Titan menatap riana dan meysa bergantian kemudian beranjak menuju kursi besi yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan terduduk disana.

"Anin gapapa cuma kecapean, tapi dokter bilang mau bawa anin ke unit neurologi buat mastiin dia baik-baik aja.. "

"Lo yakin kan gak ada yang serius ?? "  Titan mengangguk pelan dengan tatapan lurus pada ubin putih dibawahnya.

"Setidaknya itu yang gue harapkan mey, na.. "  Harapnya dalam hati.


30 menit kemudian. Anin yang telah tersadar kini berjalan perlahan kearah titan dan kedua sahabatnya, seorang perawat memapahnya karena terlihat gadis itu lemas dengan wajah yang masih pucat.
Riana dan meysa sigap memapah anin menggantikan si perawat dan membawanya duduk di samping kekasihnya.

JINGGA BIRU (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang