Drtt.. Drttt..
Berulang kali benda berbentuk persegi itu mengeluarkan suara yang menyalak, namun sang pemilik nampak tak ada niatan untuk sekedar menatapnya. Ia membiarkan saja puluhan panggilan masuk ke ponselnya yang ia rasa tak begitu penting. Di depannya terduduk seorang wanita paruh baya yang masih asik menatap sang cucu yang hanya melamun sedari tadi.
Kesabarannya perlahan memuai, ia mengambil ponsel anin, membacanya sesaat kemudian menekan tombol power mematikannya.
"24 panggilan dari riana, 12 panggilan dari meysa dan 51 panggilan dari orang yang nenek yakin itu pacar kamu" Anin seketika menoleh pada neneknya, ia seakan tersadar bahwa selama ini ia memiliki kekasih yang teramat mencintainya.
"Kamu gadis beruntung, dikelilingi oleh orang-orang yang begitu tulus mencintai kamu dan mengkhawatirkan kamu.."
"Tapi mungkin oma salah, mungkin mereka tak sebaik itu hingga cucu oma ini mengabaikan mereka.." Anin masih bungkam namun air matanya tak dapat ia bendung dan ia biarkan mengalir begitu saja.
"Anin yang jahat oma, bukan mereka" sergah anin dalam hati.
"Kasian biru, nama kontaknya kamu beri simbol hati tapi nyatanya ia tak pernah ada di hati kamu ck..ck.." Anin menggeleng cepat menampik ucapan sang nenek.
"A-anin cinta biru oma, anin sayang biru hiks.. "
"Berapa hari kamu mengabaikan panggilan dan pesan biru ??" Tanya sang oma serius, anin nampak berpikir.
"Mungkin 3 atau 4 hari oma.."
"Oma rasa kini kamu yang gak akan ada lagi di hatinya!"
Deg!
"Jika itu terjadi pada oma, oma akan menghapus nomor kamu dan menghilangkan kamu dari hidup oma. Bukankah pergi tanpa penjelasan itu teramat menyakitkan ??"
Anin seperti di tampar habis-habisan oleh sang nenek. Ucapan nenek memang selalu bisa membuat akalnya kembali sehat, seperti sekarang. Anin paham dengan apa yang neneknya bicarakan juga ia pernah mengalaminya, apa mungkin titan disana pun merasakan kesakitan yang luar biasa saat dengan sengaja ia mengabaikannya.
Dengan cepat anin meraih ponselnya, menyalakannya kemudian menekan kontak sang kekasih.
Tut.. tut..
Berulangkali ia mencoba namun tetap sama, ponsel titan tak aktif. Air matanya semakin deras dengan tangan yang gemetar.
"Angkat bi hiks angkat.. " Gumam anin yang masih berusaha menghubungi titan meski ia tau itu sia-sia.
Ia melempar ponselnya dan menangis kencang disana, tangannya memukul-mukul dada nya sendiri berusaha menghilangkan sesak.Nenek tak tahan melihat cucunya, ia bangkit kemudian mendekap anin. Anin mengeratkan pelukan di tubuh sang nenek.
"Anin sayang biru oma hiks anin cinta biru " Nenek bungkam, tangannya mengusap punggung anin mencoba menenangkan.
"A-anin gak mau kehilangan biru, ini sa-kit oma tolong hiks.. hiks.. "
"Iya sayang oma tau, oma yakin biru juga sayang banget sama kamu" Anin mengangguk membenarkan, tangisnya kini tak se kencang tadi, anin dapat mengontrol dirinya.
"Dan oma yakin kalo disana, biru masih nunggu kamu dengan sabar sayang.. "
"Oma, papa benci biru karena biru bukan dari keluarga kaya " Ujar anin mengadu, kini giliran sang nenek yang terdiam, menantunya itu memang arogan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA BIRU (GxG) (COMPLETED)
Short StorySepekat rasa yang aku punya. Sebesar cinta yang aku damba. Setulus hati yang aku bangga. Seperti itulah aku yang berusaha membuatmu bahagia. -Jingga Biru-