Hari demi hari yang berganti rupanya semakin terasa menyesakkan bagi seorang gadis maskulin berlesung pipi. Anin bahkan belum memberi tahukan tentang hubungan mereka pada alex dan yasmine namun kedua orangtuanya seperti telah menunjukkan bahwa mereka menolak titan mentah-mentah.
Sindiran yang menyakitkan dan tatapan meremehkan selalu titan dapatkan saat ia dan anin berkunjung ke rumah megah itu. Anin pun tak tinggal diam, seringkali ia meninggikan nada bicaranya untuk membela sang kekasih yang tetap diam dan sabar selama ini.
Sebesar itukah pengaruh 'Uang?' hingga membuat kedua manusia dewasa itu tega meremehkan kehidupan seseorang, membanding-bandingkannya dan dengan sengaja membuatnya malu. Beruntung bagi mereka karena titan hanya diam meski dengan senyuman mirisnya.
Titan yang tak mau membalas atau menjawab hinaan mereka karena anin lah alasannya. Ia tak mau membuat anin kecewa oleh sifatnya jika ia melawan, ia hanya akan menjadikan semua hinaan yang ia dapat sebagai tiang yang akan membuat bangunan kesuksesannya kokoh suatu hari nanti.
"Jadi gimana? apa kamu setuju dengan kontraknya?? " Tanya seseorang berpakaian formal pada titan yang terduduk dihadapannya.
"Saya ambil kontraknya bu.. " keduanya berjabat tangan menandakan kesepakatan.
"Kamu bisa mulai mengajar besok dan selamat bergabung"
"Terimakasih banyak atas kesempatannya bu.. "
Titan keluar dari ruangan tersebut dengan senyuman indahnya, matanya menelusuri tempat itu. Perusahaan alat musik sekaligus tempat kursus alat musik. Benar, gadis itu mulai menyusun kariernya dari awal dengan menjadi seorang guru musik.
Meski tak sebesar pendapatan seorang pengusaha namun cukup untuk membelanjai anin meski hanya sekali dalam sebulan. Langkahnya terhenti mendengar suara dentingan piano yang begitu halus di pendengarannya.
Titan menatap sebuah ruangan yang tertutup dan mengintip dari kaca kecil yang terdapat di pintu itu.Tatapannya datar namun terkesima, disana duduk seorang gadis yang ia yakini seusianya juga dengan penampilan yang sama dengannya. Gadis maskulin disana memejamkan mata, menghayati dan menikmati alunan yang ia ciptakan. Hingga mungkin ia menyadari seseorang mengawasinya, gadis itu membuka mata dan tatapannya bertemu dengan tatapan titan.
Titan sama sekali tak gentar, menatap dalam manik si gadis beberapa saat kemudian berlalu begitu saja. Membuat si gadis asing mengerutkan keningnya nampak heran.
Drtt.. Drtt..
Lagi, langkahnya terhenti karena deringan ponsel. Ia mengambil ponselnya dan tersenyum melihat gadis pemilik hatinya lah yang menghubungi.
"Halo sayang.. "
"Bi kamu dimana? aku kangen.. " Titan terkekeh oleh nada manja anin.
"Ini aku mau pulang, mau di bawain apa ?? "
"Bungkusin biru aja lengkap dengan cinta dan kasih sayang yang banyak ya.. "
"Pake sambel? " canda titan,
"Ihh bi cepetan ah aku ga tahan .. "
"Haha iya aku tutup ya see you .. "
"see you bi mmuach.. "
Tut.. Tut..
Ia memasukan ponselnya kedalam saku dan melanjutkan langkah menuju parkiran motor. Kembali menatap gedung tinggi di hadapannya dengan bangga kemudian benar-benar pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA BIRU (GxG) (COMPLETED)
Short StorySepekat rasa yang aku punya. Sebesar cinta yang aku damba. Setulus hati yang aku bangga. Seperti itulah aku yang berusaha membuatmu bahagia. -Jingga Biru-