"D-Day"

533 67 6
                                    


"Bukankah katanya sebuah Keterpaksaan dapat membiasakan sesuatu yang bahkan Luar Biasa?.
Aku sedang dalam masa itu, masa dimana aku harus memaksakan hati dan diriku untuk tetap kuat, tegar dan tersenyum tulus kala melihat separuh jiwaku, kurasa akan segera binasa."














Berlian, Meysa, Riana, dan Arletta tengah terduduk diam dengan mimik wajah gusar juga gelisah. Keempatnya kini berada di ruang tamu apartement milik si gadis maskulin lainnya, menunggu titan yang tengah bersiap di dalam kamar.
Berlian menatap jam di pergelangan tangannya kemudian mengalihkan pandangan pada pintu kamar yang tertutup.

"Si biru lama banget sih.." Gerutunya, ketiga gadis lainnya pun ikut melirik kearah pintu tanpa berkata apapun.

Namun beberapa menit kemudian pintu terbuka, berlian dan lainnya seketika bangkit dari sofa dan menatap titan yang keluar dari kamar dengan stelan formalnya juga wajah kalem dihiasi senyuman tipis.
Gadis itu menatap satu persatu gadis dihadapannya kemudian merentangkan kedua tangannya yang langsung di sambut pelukan hangat dari keempat gadis tersebut.

"Gue yakin lo kuat bi.." Bisik berlian,

"Letta disini buat kaka" Lirih arletta membuat titan dengan ikhlas mendaratkan kecupan di puncak kepala sang adik.

"Ada kalian dan gue harus terima takdir, kan?"

"Pokoknya gue janji bi, apapun yang terjadi gue gak akan pernah ninggalin lo.."  Titan melebarkan senyuman, melepas pelukan dan menganggukkan kepala dihadapan keempat gadis tersebut.

"Yuk berangkat bentar lagi acaranya mulai.." Ajak titan seraya merangkul arletta dan riana keluar dari apartement sementara meysa dan berlian mengikuti dari belakang.



Di sepanjang perjalanan keheningan tercipta. Titan yang duduk di samping berlian yang tengah mengemudi, hanya menatap datar kearah jendela di bagian kirinya. Sementara berlian dan ketiga gadis di jok belakang tengah sibuk saling lempar tatapan seakan saling menunjuk untuk memulai sebuah percakapan yang dapat memecahkan ke canggungan yang semakin menebal.

"Oh ya kak, libur sekolah nanti, apa letta boleh nginep di apart kaka ??" Akhirnya arletta membuka mulutnya, dengan tubuh yang sengaja ia condongkan sedikit ke depan. Titan meliriknya sekilas dan tersenyum manis.

"Boleh sayang, kapan pun.."

"Kapan pun?" Beo Arletta riang,

"Apartment itu juga punya kamu termasuk semua isinya. Jadi, kapanpun kamu mau datang dan nginep, silahkan.."

"Kalo gue - kalo gue? boleh bi ??" Kini meysa yang terduduk tepat di belakang jok titan dengan antusias menimpali, lengkap dengan tubuh yang ia condongkan dan kepala yang menyelip di celah kursi titan.

"Lo tau password apart gue mey "  Balas titan sedikit menyindir, meysa tersenyum lebar kemudian mencuri kecupan singkat di pipi kanan titan.

Cuph!

"Maacih blue.."

"Si bego ganjeen !!" Sergah berlian menatap sinis meysa dari spion diatas kepalanya.

"Tau, gatel banget jadi cewek!" Riana pun ikut menimpali dengan kesal.

"Maklum kak, kak mey kan cwk makanya kelakuannya kek cwk!"

"Hah?? Gi-mana - gimana ?? gue cwk kek cwk??"  Tanya meysa kebingungan atas ucapan arletta. Arletta mengedikkan bahu dan mengabaikannya. Meysa kini gencar bertanya pada kekasihnya yang juga malah mengabaikannya.

JINGGA BIRU (GxG) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang