Anindita terdiam dengan wajah berantakan, kedua kantung matanya terlihat membengkak juga hidungnya yang memerah akibat banyak menangis. Tatapannya lurus dan terfokus pada wajah pucat dan penuh lebam gadis pujaan hatinya yang terbaring lemah diatas ranjang pesakitan dengan bantuan alat pernafasan yang menutupi separuh wajahnya.
Semalaman ia tak berhenti menangis histeris saat mengetahui keadaan titan yang sebenarnya, riana dan meysa mengurungnya di dalam kamar. Bukan tanpa alasan hanya saja menurut mereka akan percuma jika malam itu mereka mengantar anin ke rumah sakit karena ia tak akan bisa bertemu titan. Anin meraung kesetanan namun akhirnya ia melemah dan hanya menangis terisak hingga pagi tiba dan meysa membawanya ke rumah sakit.
Berlian disana, duduk tepat di depan anin. Menatap gadis itu lekat tanpa bisa dijabarkan, ekspresi wajah apa yang ia perlihatkan. Yang jelas logika dan bathinnya tengah berperang tentang memberitahukan anin mengenai sifat buruk ayahnya atau tetap menyembunyikannya dengan alasan menjaga perasaan anin.
"Tapi ini udah kelewatan dan anin harus tau kelakuan bejad ayahnya !" Tepat! logikanya lah yang menang. Berlian menghela nafas dan bangkit berjalan menuju ranjang titan.
"Gue sama dia sempet musuhan cuma gara-gara memperebutkan lo anindita.. " Ujarnya dengan suara pelan seraya menatap wajah titan, anin menatapnya dengan tatapan sayu.
"Padahal sebelum lo datang dikehidupan kita, gue sama biru bener-bener saling menjaga.. "
"Kemarin gue mulai bisa nerima kenyataan kalo lo lebih milih biru dari pada gue, tapi sekarang gue nyesel ! " Kini tatapannya beradu dengan manik biru anin.
"Seaindainya dulu lo milih gue, kaka gue ini gak akan bernasib kayak gini.. "
"M-maksud lo? Lo nyalahin gue ?? " Berlian mengangguk tegas, ia berjalan mengitari ranjang titan dan berhenti tepat di belakang anin.
Ceklek!
Pintu terbuka menampakan meysa dan riana yang baru saja kembali dari kantin, membeli sarapan untuk mereka berempat. Riana melirik meysa saat melihat berlian dan anin yang nampak serius disana, atmosfir kamar itu terasa sangat menegangkan.
"Kalian ngapain ?? " Tanya meysa was-was namun tak di hiraukan oleh berlian.
Gadis itu membungkuk dan mendekatkan wajah kearah telinga anin dan berbisik.
"Bokap lo yang bikin biru kayak gini ! "
Deg!
Anin terperanjat, ia membalikkan tubuh menatap wajah serius berlian. Begitupula dengan meysa dan riana yang sama kagetnya. Pasalnya mereka telah sepakat untuk menyembunyikan hal itu dari anin setidaknya hingga waktu yang tepat namun berlian malah membocorkannya saat ini.
"Oren !! "
"Kita udah sepakat lian !! " Geram riana dan meysa, kini anin menatap kedua sahabatnya bergantian.
"A-apa maksud kalian?? Ini gak bener kan ? mey? na ?? " Anin bangkit dari duduknya dan masih menatap ketiga gadis disana yang tak sedikitpun menunjukkan wajah candaan.
"Sorry nin tapi lo harus terima kenyataan kalo dia yang mencintai lo dilukai oleh orang yang lo cintai " Berlian kini menatap sendu kaka tirinya itu, tangannya terangkat mengusap kepala titan.
Setetes air mata kembali jatuh dari pelupuk mata anin, ia membekap mulutnya dengan kedua tangan dan menggelengkan kepala, menyangkal apa yang ia dengar. Meysa menghampirinya dan memeluknya sedangkan riana masih terdiam di tempatnya semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA BIRU (GxG) (COMPLETED)
Short StorySepekat rasa yang aku punya. Sebesar cinta yang aku damba. Setulus hati yang aku bangga. Seperti itulah aku yang berusaha membuatmu bahagia. -Jingga Biru-