BAB 6

14.8K 1K 2
                                    

Pagi harinya....

Kini Bi Kara sedang mengemasi barang-barang untuk nantinya sang Nona pulang kembali ke mansion.

Namun, gelisah menyambanginya. Ia belum mengatakan sama sekali tentang keluarga Andreaxa yang kurang bahkan tidak suka dengan kehadiran Nonanya.

Ia juga belum memberi tau kepada Tuan Besarnya kalau putri bungsu Andreaxa telah sadar dari komanya bahkan akan pulang sekarang.

Ckleek

Pintu kamar mandi dibuka dari dalam. Setelahnya nampak seorang gadis yaitu Esya yang kini memakai baju ungu berlengan panjang dipadukan dengan rok abu-abu dibawah lutut juga tak lupa dengan sepatu ket putih yang pas dipakai oleh dirinya.

Surai bergelombangnya ia biarkan tergerai indah dengan sebuah jepit rambut di bagian atas kiri rambutnya. Esya tampak manis dengan setelannya kini.

"Udah selesai, Bi?" Tanya Esya mendekat dengan senyum lembutnya.

"Sudah, Non. Mari, Pak Zai sudah menunggu di loby." Ucap Bi Kara kemudian menarik pelan tangan kanan Esya yang digenggamnya.

"Akhirnya pulang ke rumah, dah gak sabar Esya mau ketemu keluargaku yang gila." Tentu dengan dua kata terakhir yang diucapkannya di dalam hati.

Bi Kara hanya bisa tersenyum sendu mendengar perkataan Esya yang nampak antusias.

Setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit, kini Bi Kara dan Esya sedang berada di dalam mobil dengan Esya yang duduk di kursi belakang.

Sedang Bi Kara duduk sebelah dengan sang sopir, Om Zai. Omong-omong Om Zai dan Bi Kara ini adalah sepasang suami istri yang sangat menyayangi Esya.

"Om Zai, sekarang panggil Esya ya jangan Nafesya kepanjangan. Aku sekarang panggil Om aja. Masak Bi Kara yang istrinya Om Zai aku panggil Bi, sedang Om Zai masak aku panggil Pak. Gak cocok dung." Ucap Esya panjang lebar.

"Iya, Non Esya." Sahut Om Zai.

"Kita ke salon dulu boleh, ya?" Mohon Esya.

"Buat apa, Non?" Bingung Bi Kara sambil melihat ke arah kursi belakang.

"Esya mau potong rambut, Bi. Kurang nyaman ama rambut panjang Esya ini. Esya mau potong jadi sebahu aja, Bi." Ucap Esya ceria.

"Siap, Non. Di salon biasanya kan, Non?" Tanya Om Zai melirik Esya lewat spion tengah.

"Emmm, emang salon biasanya di sebelah mana, Om?" Kepala Esya dimiringkan sedikit dengan wajah bingung yang nampak jelas.

Melihat Nonanya yang seperti sekarang ini membuat sepasang suami itu kini menahan gemez pada Nonanya ini.

"Haduuh, maaf ya Non. Om Zai lupa kalau Non Esya gak inget." Sesal Om Zai.

"Iya gak papa, Om. Terserah mau di salon mana aja, Om. Esya ikut aja yang penting gak ditinggal di tengah jalan aja sih." Ucap Esya dengan nada bercanda di kalimat terakhirnya.

Sedang Om Zai dan bi Kara yang mendengarnya hanya bisa terkekeh pelan dengan kepala yang sedikit menggeleng pelan.

"Enggak mungkin lah, Non. Masak saya yang cuma supir ini mau ninggalin Non Esya yang manis ini di tengah jalan?" Sahut Om Zai dengan senyum yang tertuju untuk Nonanya.

"Ya kan gak ada yang tau. Ya kan, Bi?" Ucap Esya meminta pendapat Bi Kara.

Bi Kara hanya mengangguk dengan senyum ke-ibuan yang ditujukan untuk Esya. Esya tersenyum penuh kemenangan melihat tanggapan Bi Kara.

Perbincangan hangat dan beberapa kali tawaan menguar di dalam mobil, mengisi perjalanan tersebut.

Om Zai dan Bi Kara tentu senang mendapati Nona mereka kini telah berubah. Meski kini Nona mereka hilang ingatan, namun perubahan Nona mereka yang ceria kembali seperti 9 tahun lalu tentu membuat keduanya merasa senang.

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang