Sorakan senang tak bisa lagi dihentikan oleh para murid SMA Renwiq, terutama Esya yang berteriak paling lantang.
"KAK ALVANO HEBAT BANGET!" Teriak Esya dengan raut senangnya.
Sedang kini Alvano sudah berhadapan lagi dengan kapten tim basket juga ketua dari Fire Eagle yang menampakkan senyum miringnya pada Alvano.
"Gue denger adik lo baru aja kecelakaan sampe koma." Ucap Ketua Fire Eagle, Jonathan Sequr Lerdix.
Alvano sebenarnya sedikit terkejut saat mendengar ucapan Jo. Alvano tentu tau kalau Jo tak pernah ingin tau tentang sesuatu, kecuali sesuatu itu memang menarik perhatiannya.
"Dan bangun-bangun dia hilang ingatan. Berarti kayaknya dia gak tau tentang gue juga, kan?" Kembali Jo berkata, kini sambil melirik ke arah Esya yang tersenyum manis.
"Mana sikapnya jadi berubah ceria manis gitu, polos juga kayaknya pas banget kalau jadi bahan taruhan kita." Ucap Jo sambil tersenyum miring.
Entah kenapa Alvano merasa ingin memukul Jo saat ini juga karena mendengar perkataan lelaki dihadapannya ini. Alvano melirik sekilas ke Esya yang masih menatapnya dengan senyum manis sampai cekungan di kedua pipi chubbynya terlihat.
Jo yang melihat Alvano melirik ke Esya semakin memperlebar senyuman atau tepatnya seringai. Jo tentu tau tentang Esya yang dua hari ini selalu berangkat bersama dua abang kembarnya dari mata-mata di sekolah musuhnya.
"Ya walaupun lo benci dia, gue kan harus ijin dulu ama elo. Selain jadi bahan taruhan, kayaknya gue bisalah buat dia jatuh cinta ama gue. Cocok banget buat dimainin." Ucap Jo dengan wajah tanpa dosanya.
Alvano berusaha untuk tampak tenang, sayangnya Elvano yang mendengar ucapan Jo baru saja langsung berlari menyerbu Jo dan memukul telak pada wajah tampan lelaki tersebut.
Pertandingan dihentikan saat itu juga. Perkelahian antar tim basket dua sekolah tak dapat terhindarkan. Ditambah para pendukung SMA Kerjig yang tak terima Jo dipukul oleh Elvano, mulai rusuh menyerang murid SMA Renwiq lainnya.
Dapat dilihat jelas oleh kedua mata Esya semua kerusuhan yang tak pernah tertulis di novel aslinya. Esya menghela nafas frustrasi saat ternyata pikiran negatifnya tadi benar-benar terjadi.
Ceritanya memang udah berubah banget ya?, Batin Esya frutrasi.
"Sya, kalau kayak gini kita harus lari." Bisik Lenci pada Esya.
"Terus ninggalin abang kembar gue gitu aja? Oh tentu tidak bisa kawan." Kata Esya dengan nada tak terimanya.
"Terus lo mau ngelawan mereka gitu?" Tanya Lenci sedikit kesal.
Bukan apa, Lenci hanya khawatir dengan Esya. Sudah diketahui kalau dirinya adalah atlet taekwondo saat SMP, jadi kalau dirinya melawan bisa saja sebenarnya.
Tetapi kalau Esya dirinya tak tau, ditambah gadis di depannya ini baru saja mengalami kecelakaan dua minggu yang lalu sampai koma lagi.
"Tenang aja gue bisa bela diri kok. Pas pulang dari RS gue juga tiap pagi latihan buat mulihin kemampuan gue." Ucap Esya percaya diri.
Jangan lupa, kesamaan lain antara Nafesya dan Renesya yakni sama-sama mahir dalam bela diri mau apapun itu jenisnya.
Tanpa diduga tiba-tiba datang seorang lelaki yang membawa kayu ingin memukulkannya pada kepala Esya.
"ESYA!!!"
BRAAK
Teriakkan bernada panik milik Elvano terdengar sangat jelas di kedua telinga Esya. Untungnya Esya sudah waspada dan tau ada seseorang dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esya {end}
RandomRenesya, gadis dengan senyum ramah walau takdir mempermainkannya dengan berbagai luka dihati. Bertransmigrasi ke tubuh tokoh favoritenya dengan takdir yang tak jauh beda, apakah ia sanggup menjalaninya? Kejanggalan mulai terjadi, alur novel pun beru...