BAB 13

12.9K 908 2
                                    

Esya tak bisa tidur. Mungkin karena dirinya sudah tidur -lebih tepatnya pingsan dalam waktu yang lama, ditambah saat tadi pulang ia juga tertidur di mobil.

Esya memutuskan turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah rak buku di pojok kamar.

Dilihatnya berbagai judul buku novel dengan berbagai genre membuat senyumnya merekah indah.

Ah, untung ada novel-novel yang bisa gue baca.

Esya memutuskan mengambil salah satu buku novel bergenre mafia and romance. Esya memilih duduk di kursi meja belajarnya.

Bukunya ia letakkan di meja belajar, lampu baca di meja belajar pun ia nyalakan untuk menerangi buku yang akan ia baca.

Novelnya memang tidak terlalu tebal membuat Esya tak bosan dalam membacanya. Esya dapat segera menamatkan bacaannya.

"Kasihan, sahabatnya mati. Ini ada season 2 nya ya? Kok gantung gini? Hmmm." Review Esya.

Esya kemudian memilih beberapa novel lagi dan mulai membaca dari satu persatu, sampai dirinya lupa waktu.

Setelah menyelesaikan 7 buah buku novel, Esya baru melihat ke arah jam yang kini menunjukkan pukul setengah 3 pagi.

"Kok udah jam segini aja? Cepet banget, dah." Gumam Esya.

Ia mengembalikan buku-buku yang tadi dibacanya ke rak kembali. Setelahnya barulah dirinya matikan lampu belajar di meja.

Langkahnya bukan menuju kembali ke ranjang tetapi malah ke arah pintu kamar, Esya merasa haus jadi ia harus turun ke dapur untuk mengambil minum.

Ckleek

Suara pintu itu mengisi malam yang sangat sunyi di lantai dua yang hanya disinari cahaya temaram.

Tanpa takut, Esya melangkahkan kakinya dengan perlahan agar tak mengganggu kakak dan kedua abangnya tidur.

"Rumah besar mewah gini kalau malam jadi kaya rumah angker." Gumam Esya pelan.

Di lantai dua ini hanya ada 5 kamar utama dan 2 kamar tamu. Selain itu, ada ruang kantor ayahnya juga perpustakaan yang cukup luas.

Sedang di lantai 1 ada ruang tengah yang juga berperan sebagai ruang tamu dan ruang keluarga, selanjutnya juga ada dapur dan ruang makan. Dan tak lupa ada ruang olahraga atau gym dan ruang game untuk rekreasi saat jenuh.

Saat dirinya berada di tengah-tengah tangga, Esya mendengar suara mobil yang masuk ke dalam garasi.

Pasti Ayah Devan, Batin Esya.

Esya mengambil langkah menuruni anak tangga dengan sedikit tergesa. Bertepatan saat dirinya sampai di anak tangga terakhir, pintu utama terbuka dari luar.

Ckleek

"Selamat datang di rumah, Ayah Devan." Ucap Esya dengan lembut.

Dapat Esya lihat tubuh Ayahnya tersebut sedikit tersentak karena terkejut -mungkin. Esya menghampiri sang Ayah yang kini menatapnya dengan tatapan sedikit tajam.

"Kok sampai jam segini, Yah? Banyak banget ya pekerjaannya? Pasti ayah belum makan, Esya tadi masakin nasi goreng. Ayo Ayah harus makan dulu!" Ucap Esya dengan senyum manisnya.

Esya kemudian menarik tangan sang Ayah dan mulai melangkah ke arah meja makan. Sedang lelaki yang tangannya ditarik tersebut hanya bisa pasrah.

Dirinya sudah terlalu capek untuk sekedar menolak gadis remaja yang menariknya tersebut. Dirinya beralih menatap telapak tangannya yang digenggam gadis tersebut dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang