Esya berjalan mendahului kedua kakak kembarnya yang melihatnya berjalan dengan kaki pincang.
Decakan sebal berasal dari Elvano, ia dengan segera menyusul langkah Esya dan membantu gadis tersebut dengan cara memegang tangan kiri Esya.
Esya tentu terkejut ketika salah satu abangnya membantu dirinya dalam berjalan. Dilihatnya wajah tampan abang kembarnya yang terlihat sebal.
"Lo tuh nyusahin banget tau gak?" Sungut Elvano dengan muka sebalnya.
"Iya-iya. Maaf dan makasih Abang El tersayangnya Esya!" Kata Esya dengan nada riang dan senyum senangnya.
"Udah dipakein salep belum?" Tanya Elvano tanpa menatap ke arah Esya.
Esya yang mendengarnya tersenyum indah kemudian menjawab, "Udah dong!" Tak lupa dengan nada riangnya.
"Bang Al! Mau pulang apa enggak nih?" Tanya Esya dengan seruannya pada Alvano yang masih duduk dikursi tadi.
Alvano mulai beranjak dan menghela nafasnya pasrah kala mendengar seruan gadis bermarga sama dengannya tersebut yang membuat sang gadis menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung kafe.
Dengan langkahnya yang cukup cepat juga kakinya yang panjang membuat dirinya dapat dengan mudah menyusul sang gadis yang memanggil dirinya sendiri dengan 'Esya' juga sang adik kembarannya, Elvano.
"Lamban." Satu kata menusuk keluar dari mulut Alvano dengan mata melirik ke arah gadis yang dibantu berjalan oleh Elvano.
Sabar Esya, orang sabar banyak duitnya....
"Iya, Bang. Maaf ya!" Ucap Esya dengan senyum yang sengaja ia tampakkan paksaannya.
Perjalanan pulang ke mansion Andreaxa pun hanya diisi oleh keheningan. Posisi duduknya sama seperti saat mereka bertiga berangkat sekolah tadi pagi.
Esya sebenarnya sangat tidak menyukai suasana canggung ini, tetapi ia juga bingung mau bicara apa.
"Gue baru sadar kalau lo pake jaketnya Alvano." Ucap El memecah keheningan didalam mobil tersebut.
"Hmmm, Bang Al tadi minjemin ke Esya pas di UKS. Gantiin cardigan Esya yang basah." Sahut Esya dengan senyum senangnya karena bisa keluar dari suasana canggung tadi.
"Pantes tadi lo tiba-tiba ilang aja." Kata Elvano yang ditujukan untuk Alvano.
"Hmmm." Hanya deheman yang menjadi respon Alvano untuk perkataan Elvano.
"Besok Esya udah mulai masuk kelas. Terus katanya mau ada game juga. Katanya juga mainnya sama para kakak kelas." Ucap Esya dengan tetiba.
"Iya, ada lomba basket gue juga Bang Al ikut." Sahut Elvano.
"Waahh! Besok Esya pasti nonton heheh." Ucap Esya dengan antusias.
"Terserah." Balas Elvano sambil melirik ke arah Esya -melalui spion tengah mobil yang tersenyum senang.
Kalau diamati sifat dia yang sekarang kayak Elvano juga, Batin Alvano yang dari tadi hanya menyimak percakapan keduanya.
"Tadi gue telfon gak nyambung." Ucapan Alvano yang cukup membingungkan membuat Esya harus loading dulu.
"Ooooh! Tadi Bang Al telfon Esya tapi gak nyambung itu karena handphone Esya lowbatt, hehehehe." Ucap Esya yang telah mengerti maksud ucapan Alvano.
Alvano pun hanya mengangguk menanggapi perkataan Esya. Sedang Elvano hanya diam saja, ia sebenarnya sedikit terkejut saat Esya dapat mengerti ucapan Alvano yang membingungkan.
Esya kini mulai merasa kantuk yang tadi menyerang kini kembali dengan daya yang luar biasa membuat Esya tak dapat menahan dirinya agar tak tertidur di mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esya {end}
RandomRenesya, gadis dengan senyum ramah walau takdir mempermainkannya dengan berbagai luka dihati. Bertransmigrasi ke tubuh tokoh favoritenya dengan takdir yang tak jauh beda, apakah ia sanggup menjalaninya? Kejanggalan mulai terjadi, alur novel pun beru...