BAB 43 {END}

11.9K 591 8
                                    

Tak terasa tepat malam ini keputusan Esya akan terungkap. Dan seluruh anggota keluarga Andreaxa yakni Ayah Devan, Renfix, Alvano, juga Elvano sudah duduk di sofa ruang tengah mansion mereka.

Tentu tujuannya yakni menunggu kedatangan Esya yang mereka harapkan. Meski jam sudah menunjukkan pukul 11.22 malam, mereka enggan beranjak dari sana.

Keempatmya sibuk dengan pikiran masing-masing. Jika Ayah Devan dan Renfix berpikir tentang kemungkinan Esya yang tak akan datang, maka si kembar memilih memutar kembali interaksi mereka dengan Esya selama seminggu ini.

Di hari kedua, si kembar berhasil mengajak Esya pergi berjalan-jalan ke mall bersama. Meski suasana sesekali masih canggung, nyatanya melihat senyuman Esya yang cerah dapat menghangatkan hati keduanya.

Di hari ketiga, keduanya mengajak Esya untuk makan malam bersama dan Esya menyanggupi. Dan ternyata pemuda bernama Dery pun Esya ajak membuat suasana canggung mendominasi antara keempat orang tersebut. Walau tak bisa si kembar pungkiri jika mereka merasa sedikit lebih dekat dengan pemuda tersebut.

Hari keempat, Esya tak masuk sekolah karena demam membuat si kembar menjenguknya bersama sang kakak juga sang Ayah. Dery menyambut mereka sekeluarga dengan senyuman ramah. Dery bahkan sesekali bercerita tentang kebiasaan Esya yang dirinya tau, pada keluarga Andreaxa.

Hari kelima, Esya sudah masuk sekolah dan nampak bersemangat. Seperti biasanya kantin ramai, dan kejadian tak menyenangkan terjadi saat Lauren datang mengganggu Lenci juga Esya. Kedua gadis tersebut berkerja sama membuat mental Lauren down tanpa bantuan orang lain.

Hari keenam, Esya nampak ceria dan senang sekali. Ia bercerita bahwa kemaren malam Abang Dery-nya mengajak ke pasar malam dan menaiki wahana bianglala. Ah, tak lupa kabar tentang Lauren yang pindah sekolah ke luar negeri entah karena apa.

Hari ketujuh atau bisa juga disebut tadi sore. Keduanya ingat Esya yang dijemput dengan motor oleh Dery. Sebelum menaiki motor tersebut, Esya sempat mengucapkan sesuatu yang ditujukan untuk si kembar.

"Nanti malam, kalian bakal tau keputusan yang Esya ambil." Hanya satu kalimat itu dan membuat si kembar penasaran juga gugup secara bersamaan.

Waktu ternyata berjalan cepat, kini jarum jam sudah menunjuk tepat pada angka 12. Tanpa sadar keempat lelaki tersebut menghela nafas kecewa. Gadis yang mereka nanti dari jam 6 sore tadi nyatanya tidak datang.

Dengan berat hati mereka beranjak pergi, akan tetapi belum sampai melangkah kaki terdengar suara pintu terbuka yang kemudian menarik perhatian ke-empat orang tersebut.

Ckleek

"Aku belum terlambat, kan?" Bukannya menjawab pertanyaan dari gadis yang baru saja membuka pintu mansion tersebut, ke-empat lelaki dengan marga Andreaxa malah terpaku melihat siapa yang sedang berdiri di ambang pintu.

Elvano menjadi orang pertama yang sadar dari lamunannya, dengan tergesa dirinya menghampiri Esya dan memeluknya erat tanpa sengaja membuat pegangan Esya pada kopernya terlepas.

Esya pun terkejut bukan main saat mendapatkan pelukan Abang Elvanonya sebagai sambutan akan kembalinya ia di Mansion Andreaxa ini. Dan tanpa membuang waktu lagi, Esya membalas pelukan Elvano tak kalah erat.

"Selamat datang kembali, Esya." Bisik Elvano tepat di telinga kanan Esya sebelum kepalanya ia benamkam di ceruk leher gadis tersebut.

Esya tak dapat menahan bibirnya untuk tak membuat lengkungan manis bernama senyuman. Kedua dimple miliknya bahkan nampak muncul dengan malu-malu.

Esya mengalihkan pandangannya kepada ketiga lelaki yang masih terpaku melihatnya. Dalam hati Esya terkekeh kecil mendapati wajah lucu dari mereka.

Tangan kanannya dibiarkan memeluk Elvano, sedang tangan kirinya ia rentangkan. Dengan senyuman lebar nan manisnya Esya berkata, "Kalian gak mau peluk Esya?"

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang