BAB 25

12K 864 13
                                    

Dua pemuda dan seorang gadis dengan seragam yang sudah acak-acakan kini sedang duduk dikursi tunggu depan pintu IGD, menunggu seorang gadis yang sedang diperiksa.

Elvano melirik ke arah abang kembarnya yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Tatapan Elvano kemudian beralih pada gadis yang duduk di depannya.

Raut gadis tersebut tampak sangat cemas. Diperjelas dengan kedua tangan gadis -yang tak lain adalah Lenci tampak saling meremat.

Elvano menghela nafas frustrasi ketika mengingat kejadian tadi. Dimana saat pertarungan selesai ia baru dapat melihat abang kembarnya sedang memangku seorang gadis yang tak lain adalah Esya.

Elvano mendekat untuk memastikan, tetapi dirinya malah dikejutkan dengan badan bergetar abangnya juga darah yang berasal dari luka tusuk di badan Esya.

Dengan cekatan Elvano langsung saja menggendong Esya ala bridal style menuju ke arah ambulance yang baru saja datang saat itu. Elvano mengumpat dalam hati saat mendapati wajah gadis di gendongannya sudah sangat pucat.

Tak lupa Alvano yang mengikuti langkah adik kembarnya dari belakang juga Lenci yang tau sang sahabat terluka. Tentu saja Elvano memilih berkendara dengan mobilnya sendiri dan membiarkan Lenci menemani Esya di mobil ambulance.

Alvano juga dipaksa Elvano untuk ikut dengannya. Elvano tak pernah melihat Alvano yang biasamya selalu tenang tampak gelisah seperti ini. Barulah saat Alvano membuka suara, Elvano tau alasan abangnya bersikap demikian.

"Dia lindungin gue dan buat tubuhnya sendiri jadi tameng."

Elvano menggelengkan kepalanya pelan kala mengingat perkataan Alvano di mobil. Elvano benci menunggu, tetapi entah kenapa dia rela menunggu kabar dari dokter tentang gadis bernama Nafesya itu.

Ckleek

Pintu IGD akhirnya terbuka membuat ketiga orang yang sedari tadi duduk menunggu langsung berdiri dan melangkah menuju Dokter Fyasa.

"Bagaimana keadaan Esya, Dok?" Tanya Lenci langsung.

Dokter tersebut mengernyit sedikit kala melihat wajah Lenci. Kemudian Dokter Fyasa tampak mengukir senyum yang tak bisa dibaca artinya oleh ketiga orang tersebut.

"Nona Esya kini baik-baik saja. Ia sempat kehilangan cukup banyak darah membuat Nona Esya harus menjalani transfusi darah. Luka tusuknya cukup dalam, tapi tak apa."

Ujaran Dokter Fyasa tersebut akhirnya dapat membuat Alvano, Elvano, juga Lenci menghela nafas lega secara bersamaan.

"Kalian dapat menjenguknya ketika pasien sudah dipindah ke ruang rawat biasanya." Ucap Dokter Fyasa.

Setelah itu, terlihat tubuh Esya yang terbaring lemas di atas ranjang pesakitan. Entah kenapa hal tersebut membuat Lenci mengepalkan kedua tangannya juga melirik tajam kedua Kembar Andreaxa di depannya.

Gak gue harus tahan. Setidaknya sampai Renfix itu datang. Bahkan kalau bisa Devan juga datang, Batin Lenci menggebu marah.

Lenci dengan cepat memberi salam hormat pada Dokter Fyasa dan segera pergi menyusul brankar yang membawa Esya pergi.

"Kami juga permisi." Ucap Elvano sedikit membungkukkan badannya diikuti oleh Alvano.

Elvano lalu mulai melangkah pergi, menjenguk gadis yang rela terkena luka tusuk untuk melindungi abang kembar yang berada di samping kirinya saat ini.

"Padahal aku belum mengatakan kalau Nona Esya sudah akan sadar." Gumam pelan Dokter Fyasa yang kemudian tampak menghela nafas kasar.

Sedangkan di sisi lain kini ada Lenci yang sudah duduk di kursi samping kanan ranjang pesakitan tempat Esya berbaring dengan tenangnya.

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang