Ini perasaan gue aja atau emang tuh ketos ngeliatin ke arah gue sekarang?
Kernyitan tipis tampak hadir di dahi mulus Esya. Ia menggelengkan kepalanya pelan -mencoba menghilangkan pikiran yang hadir di benaknya dan memilih tersenyum ramah sambil bertepuk tangan ke arah sang ketos.
"Kayaknya dia ngeliatin elo terus deh, Sya." Bisik Lenci di telinga kanan Esya dengan nada anehnya.
Esya kemudian melihat ke arah Lenci yang kini sedang tersenyum juga kedua alisnya yang ia naik-turunkan, tentu wajahnya tersebut nampak sekali sedang menggoda Esya yang memandangnya aneh.
"Apa-apaan sih? Siapa tau kan kalau tuh ketos malah ngeliatinnya ke arah elo. Siapa tau terpesona?" Balas Esya berusaha menggoda balik Lenci.
"Mana mungkin, dia kan masuk jajaran anak orang kaya kayak elo. Mana mungkin suka ma gue yang anak orang biasa aja." Ucap Lenci sedikit merendahkan dirinya.
Di novel yang gue baca memang itu yang terjadi!
"Eeyy, jangan gitu dong! Gak ada yang gak mungkin di dunia ini. Itu yang gue percayai!" Ucap Esya dengan tangan terkepal menyemangati Lenci.
Sedang Lenci hanya terkekeh manis melihat kelakuan teman barunya tersebut. Esya ini lucu juga, begitulah pikiran Lenci kini.
"Oke-oke." Ucap Lenci dengan senyum lebarnya.
Kini keduanya kembali memfokuskan pikiran mereka ke panggung yang terdapat sang kepala sekolah yang sedang memberikan sambutan.
Acara terus berlanjut sampai akhirnya para murid baru berbondong-bondong keluar dari aula dan mulai menyebar ke semua arah.
Kini Esya dan Lenci sedang berada di kantin SMA Renwiq. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 10 pagi karena para murid baru diperbolehkan untuk mengelilingi sekolah sesuka mereka dengan syarat tidak boleh mengganggu kelas yang sedang berlangsung.
Dan kantin adalah tempat pertama yang menjadi pilihan kedua gadis manis nan cantik tersebut. Ditambah memang keduanya sudah lapar jadi mereka pun memesan makanan tak lupa dengan minumannya.
"Bu, nasi goreng pedesnya satu sama es teh nya satu, ya!" Pesan Esya.
"Saya soto ayam satu pake sambel 2 sendok sama es jeruk ya, Bu!" Pesan Lenci.
"Siap! Ditunggu ya Non-Non Cantik!" Seru seorang ibu-ibu di salah satu stand kantin.
"Gue gak tau kalau lo yang seorang putri bungsu keluarga Andreaxa mau aja beli makanan dari kantin, apalagi itu nasi goreng." Ucap Lenci pada Esya.
"Gue juga sebenernya gak tau dulu gue gimana, karena memang gue kehilangan semua ingatan gue. Dan gue pikir bukan hal yang buruk buat coba-coba kayak gini." Sahut Esya tersenyum manis pada Lenci.
"Dan beruntungnya gue bisa temenan ama lo." Kata Lenci membuat Esya tersenyum malu entah karena apa.
"Kalau gitu bagi tugas aja. Lo yang cari meja biar gue yang tunggu pesenannya, gimana?" Saran Esya.
"Emang lo bisa bawanya?" Tanya Lenci dengan nada ragunya.
Ia tentunya tak langsung percaya kalau Esya dapat membawanya. Tentu hal itu karena Lenci mengetahui latar belakang Esya yang adalah anak orang kaya.
Dan biasanya anak orang kaya kan tak biasa melakukan hal seperti ini, mereka pastinya memiliki banyak uang untuk membayar pelayan melakukan hal seperti ini, begitulah pikiran Lenci.
"Tenang aja, gue bisa kok! Esya gitu loh!" Jawab Esya dengan penuh percaya diri dan keyakinan.
"Oke deh! Gue cari meja dulu." Ucap Lenci memilih percaya pada Esya, ia kemudian berlalu pergi melaksanakan tugasnya.
Esya kini menunggu pesenannya sambil bersenandung dengan pelan. Setelah 10 menit-an menunggu, akhirnya pesanannya juga pesanan Lenci pun telah siap.
Di setiap langkahnya, Esya buat dengan penuh berhati-hati karena sedang membawa satu nampan yang berisi dua pesanan -pesanannya dan pesanan milik Lenci.
Esya dapat melihat lambaian tangan Lenci yang ditujukan padanya. Esya hanya membalas dengan senyuman ramah pada Lenci yang menatapnya berbinar.
Kayaknya tuh anak dah kelaparan banget deh, Batin Esya sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Esya memilih sedikit mempercepat langkahnya. Sampai tiba-tiba sebuah kaki menghalangi jalannya, membuat Esya tersandung dan jatuh ke lantai kantin.
BRUUUK
PRAAANK
"ESYA!" Teriakkan Lenci mampu membuatnya menjadi pusat perhatian.
Lenci dengan tergesa langsung menghampiri Esya yang kini sudah terjatuh dengan seragam juga cardigannya yang basah di beberapa bagian karena terkena tumpahan minuman di nampan yang dibawa Esya tadi.
"Lo gak papa?" Tanya Lenci saat sudah berada di hadapan Esya yang masih menunduk.
Lenci sedikit bersyukur karena mangkuk juga gelas yang menjadi wadah pesanan kedua gadis tersebut terbuat dari plastik jadi tak akan pecah saat terjatuh seperti sekarang ini.
Esya yang mendengar suara Lenci pun mengangkat kepalanya, ia bisa melihat wajah Lenci yang tulus mengkhawatirkan keadaannya.
Esya hanya dapat mengangguk pelan dan tersenyum tipis ke arah Lenci dengan tatapan yang sangat teduh membuat siapapun dapat tenggelam dalam keteduhan kedua mata bermanik hazel tersebut.
Namun, Lenci tak terlalu fokus ke kedua mata Esya. Dirinya malah bertambah khawatir ketika melihat wajah Esya yang cukup pucat.
Pasti syok banget sampe wajahnya pucet gini, Batin Lenci.
"G-gue gak papa, kok." Ucap Esya dengan senyum manisnya yang sangat nampak terukir karena paksaan.
Tanpa banyak kata, Lenci kemudian membantu Esya untuk berdiri. Namun, Lenci malah terkejut saat mendapati kaki kiri Esya yang terkena kuah mie ayam yang tentunya masih panas.
Tanpa melepaskan pegangan tangannya pada bahu Esya, Lenci langsung mengambil kursi terdekat untuk diduduki oleh Esya yang kakinya terluka.
Setelah mendudukkan Esya, Lenci berbalik menatap pelaku penjegalan kaki Esya. Di tatapnya seorang gadis yang dirinya tau adalah salah satu kakak kelas melihat dari seragam SMA yang melekat sangat ketat di tubuh gadis tersebut.
"Maksud Kakak jegal temen aku sampe jatuh gini apa, ya?" Tanya Lenci dengan tatapan tajamnya.
"Ya gak papa sih, cuma mau ngingetin dia kalau gak usah sok berkuasa sampe-sampe ngelawan sepupu gue." Ucap sang Kakel.
Esya yang mendengar hal tersebut langsung menatap ke arah kakak kelas yang tadi pasti dengan sengaja menjegal kakinya -mendengar dari perkataan kakak kelas tersebut.
Dirinya malah dibuat terkejut bukan main, saat tatapannya tanpa sengaja melihat name tag yang dipakai oleh sang kakak kelas di dada kirinya.
Jelas-jelas Nafesya tak memiliki penyakit mata seperti rabun jauh. Namun, kenapa dirinya melihat nama itu sekarang bukannya tiga hari yang akan datang.
Esya juga melihat dengan lekat sang kakak kelas tersebut yang memiliki ciri-ciri persis 100% seperti yang dideskripsikan oleh Author di Novel aslinya.
Name tag itu bertuliskan nama sang kakak kelas, yang juga menjadi musuh bebuyutan sang tokoh utama yakni Felencia.
Sang Antagonis Novel 'For You' kini telah muncul.......
Laurens Querla Sefior
TBC.
~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~
Note :
Hailo! Bukan merk susu loh ya, tapi singkatan dari Hai and Halo! Gimana Bab 16 ini?Sorry for typo, juga kesalahan lain yang gak Sya sengaja ya!
Jangan lupa buat tinggalin jejak kalian setelah baca cerita ini ya!
❤❤❤ Buat yang udah baca juga tinggalin jejaknya! See U Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Esya {end}
RandomRenesya, gadis dengan senyum ramah walau takdir mempermainkannya dengan berbagai luka dihati. Bertransmigrasi ke tubuh tokoh favoritenya dengan takdir yang tak jauh beda, apakah ia sanggup menjalaninya? Kejanggalan mulai terjadi, alur novel pun beru...