BAB 8

14.3K 933 2
                                    

"Sampai ketemu lagi, bro." Ucap Stevan bertos ria pada Al dan El.

"Iye." Balas singkat El.

Motor Stevan pun melaju pergi dari mansion mewah keluarga Andreaxa, sedang Geo sudah sedari tadi pulang.

Saat Al dan El baru saja masuk ke dalam mansion, keduanya mendengar teriakan dari Bi Kara di lantai dua.

"NON ESYA!"

Keduanya saling bertatapan sebentar sebelum berlari menuju lantai dua menggunakan tangga.

Keduanya pun sampai di depan kamar Esya yang tak pernah mereka datangi. Keduanya terkejut saat melihat Bi Kara memangku kepala Esya yang pingsan.

"Non? Non Esya?" Bi Kara berusaha membangunkan Esya sambil menepuk pelan pipi Nonanya itu.

Bi Kara melihat ke arah si kembar Andreaxa dengan tatapan minta tolong. Al yang peka pun menghela nafas pelan.

Ia kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Bi Kara dan mulai mengambil alih tubuh Esya. Di gendongnya Esya ala bridal style.

El yang melihatnya pun hanya memutar bola matanya malas, sampai tatapan matanya melihat ke arah lengan kiri Esya yang mengalir darah yang cukup banyak.

Di-dia?

Bi Kara pun keluar ruangan untuk mengambil kotak P3K di dapur. Sedang El duduk di pinggir kasur, dan tanpa sengaja tatapannya jatuh pada cutter yang berlumuran darah di sisi tajamnya.

El beranjak untuk mengambil cutter itu. Dengan perlahan ia mengangkat cutter tersebut membuat darah yang berada di cutter itu jatuh menetes ke lantai.

Ia teringat lagi dengan luka sayatan di tangan kiri Esya. Tak mungkin Esya dilukai oleh Bi Kara, apalagi orang asing berniat jahat yang tak mungkin bisa masuk ke dalam mansion yang dijaga oleh keamanan tinggi.

Jadi kemungkinan yang bisa diambil adalah Nafesya, dia...

"Selfharm." Satu kata dari Al membuat El menatap kakak kembarnya itu.

"Permisi Tuan Muda, saya akan mengobati luka Non Esya dulu." Ucap Bi Kara yang memegang kotak P3K.

Al pun bergeser dari tempatnya, membiarkan Bi Kara untuk mengobati luka Esya. Wajah pucat tersebut entah kenapa membuat Al sedikit merasa sesak di dalam dadanya.

"Non Esya dulu kayaknya juga pernah ngelakuin hal yang tadi Tuan Muda Al bilang." Ucap Bi Kara tiba-tiba.

Al dan El pun spontan melihat ke lengan kiri Esya yang sudah dibersihkan oleh Bi Kara. Di sana terlihat beberapa bekas luka sayatan lama.

"Walau Non Esya kehilangan ingatannya, tapi Dokter Fyasa bilang kemungkinan untuk Non Esya melakukan hal tersebut cukup besar sekitar 80%." Lanjut Bi Kara sambil membalut luka sayatan Esya dengan perban.

"Kata Dokter Fyasa, hal ini biasanya disebabkan oleh depresi yang diderita pasien. Saya tidak tau sekacau apa pikiran Non Esya sampai melakukan hal ini." Kata Bi Kara kini sedang membersihkan darah yang mengalir dari pelipis Esya.

"Saya permisi, Tuan Al, Tuan El." Ucap Bi Kara lalu pergi keluar meninggalkan kedua orang dengan wajah serupa itu.

Haaahh

Helaan nafas cukup panjang terdengar dari kedua orang tersebut dengan bersamaan. Al dan El pun duduk di pinggir kasur, Al sebelah kanan dan El sebelah kiri.

Keduanya baru sadar kalau wajah Nafesya bak pinang dibelah dua dengan bunda mereka yang hanya bisa mereka kenang lewat foto.

Ditambah Nafesya yang kini berambut pendek persis seperti sang bunda yang mereka lihat dari foto.

Esya {end}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang