Siang harinya, bel mansion kediaman Andreaxa terdengar dibunyikan beberapa kali. Dan seluruh anggota keluarga Andreaxa yang kini berada di ruang keluarga sudah tau siapa tamu tersebut.
Esya meletakkan toples berisi kokies coklat buatannya bersama Ren yang dari tadi menjadi cemilan sambil menonton tv. Ia pun bergegas untuk membukakan pintu.
"Bang Dery!" Seru Esya senang dan langsung memeluk pemuda yang berumur 2 tahun lebih tua darinya itu.
Setelah merasa cukup memeluk Dery, Esya mengajak Abangnya itu untuk masuk dan menemui keluarga Andreaxa di ruang keluarga. Tanpa Esya duga, ternyata keluarganya cukup akrab dengan Dery.
Mungkin karena mereka sudah tau semua tentang Bang Dery, begitulah asumsi Esya.
"Saya sudah menyelesaikan seluruh dokumen-dokumen tentang adopsi ini, tentu dengan bantuan teman saya hal ini dapat terselesaikan tanpa perlu waktu 24 jam. Jadi, mulai sekarang kamu sudah resmi menjadi putra saya. Deryza Matthew Andreaxa, terdengar bagus bukan?"
Ucapan Ayah Devan dengan senyuman hangat di akhirnya, membuat Dery ikut tersenyum. Ia sebenarnya masih tidak percaya ia akan menjadi putra angkat keluarga Andreaxa. Dery sebenarnya sudah menolak hal ini.
Ia pikir, tak mengapa Esya kembali ke keluarganya. Lagipun dirinya masih dapat bertemu Esya meski tak sesering saat serumah dengan gadis tersebut.
Namun, malam itu di depan mansion Andreaxa sebelum Esya keluar mobil untuk menemui keluarganya setelah waktu yang dimintanya terpenuhi, Esya mengucapkan hal yang tak pernah berada dalam pikirannya.
"Keputusan Esya itu memang pulang, yang bener-bener pulang ke rumah tetap Esya. Tapi, sayangnya di rumah tetap Esya kali ini masih ada satu spot kosong. And that for you. Ini keputusan Esya, jadi Abang gak boleh nentang aku. Seperti janji Abang, tolong tepati. Inget, Bang. Esya gak akan pernah ninggalin Abang. I'm here for you."
Begitulah ucapan Esya. Dan dengan keyakinan itu pula ia berani meminta Ayah Devan untuk mengangkat Bang Dery sebagai salah satu anggota keluarga Andreaxa setelah menceritakan semua yang dialaminya selama ini.
Dan tanpa protes apapun dari Kakak sulung juga Abang kembarnya, Ayah Devan menyetujui hal tersebut. Dan kini keinginan Esya sudah te-realisasi-kan.
"Karena kamu lebih muda dari Ren dan lebih tua dari Si Kembar, kamu jadi Anak kedua saya mulai saat ini. Selamat datang di keluarga Andreaxa." Lanjut Ayah Devan masih dengan senyuman hangatnya.
Dery tak tau harus merespon bagaimana hal ini. Tatapan matanya bertemu dengan kedua manik berbinar milik Esya. Esya melangkah mendekatinya dan memeluk lengannya erat. Tak lupa senyuman manis yang ia ukir indah.
"Terimakasih, Sya. Terimakasih Tuan Andreaxa." Ucap Dery dengan mata yang berkaca-kaca.
"No, no." Esya menggelengkan kepalanya pelan, membuatnya terlihat menggemaskan di mata semua anggota keluarganya tersebut.
"Ayah. Panggil Ayah Devan, Bang. Kan sekarang Abang udah jadi putra Ayah. Jadi, manggilnya jangan Tuan Andreaxa lagi tapi Ayah Devan." Lanjut Esya dengan senyum cerianya.
Dery mengalihkan tatapan matanya pada Ayah Devan yang menganggukkan kepalanya tanda menyetujui perkataan Esya barusan. Dan dengan terbata Dery mencobanya, "A-ayah Devan."
Pekikan senang tak bisa lagi Esya tahan. Kini rumahnya sudah utuh, meski tanpa sosok yang ia panggil Bunda. Namun, Esya sudah bersyukur mendapatkan pelangi setelah hujan yang mengguyurnya deras.
Begitu pun Dery. Ia fikir Esya akan meninggalkannya, dirinya merasa menyesal sudah berfikiran seperti itu. Kini ia bahkan mendapatkan kesempatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Esya {end}
RandomRenesya, gadis dengan senyum ramah walau takdir mempermainkannya dengan berbagai luka dihati. Bertransmigrasi ke tubuh tokoh favoritenya dengan takdir yang tak jauh beda, apakah ia sanggup menjalaninya? Kejanggalan mulai terjadi, alur novel pun beru...