! Warning !
Cerita ini murni fiksi khayalan saya jika ada ketidaksesuaian dengan dunia nyata saya memohon maaf, tapi saya juga sudah berusaha sebaik mungkin agar sesuai dengan yang terjadi didunia nyata.
Selamat menikmati!^^
.
.
.Lee Taeyong POV
Keluarga. Rumah terindah ketika sedang lelah dengan beratnya dunia. Nyatanya itu hanyalah omong kosong semata untukku, ketika lelah aku ingin mengeluh sekali saja tapi disitu juga aku harus terus bekerja tanpa henti. Tidak ada rasa terima kasih ataupun perhatian apapun.
Menyendiri dan terus melakukan apapun yang mereka inginkan seperti robot. Keburukanku adalah topik yang menarik untuk mereka bicarakan, anti sosial adalah julukanku dan aku menyetujuinya. Aku terlalu takut untuk menunjukkan diriku yang sebenarnya, kata-kata mereka terlalu menyeramkan dan tuntutan mereka terlalu tinggi untukku.
Tidak percaya diri, tidak memiliki teman, tidak bisa berbicara dengan baik, sulit mengungkapkan isi hati, itu aku Lee Taeyong. Seorang anak yang lahir dari keluarga sederhana namun dengan seribu ambisi sampai melupakan kesehatan anaknya sendiri.
25 tahun sudah aku tahan rasa sakit dan kesepian ini, kupikir sudah saatnya aku menyerah. Semakin kukejar yang katanya sebuah 'harapan' aku semakin terjerumus dalam pusara kesengsaraan. Tuhan kau terlalu baik hingga memberikan aku ujian yang ringan ini, haha.
Lee Taeyong POV END
Ditengah hujan rintik pria mungil itu menyusuri jalanan sepi itu, merasakan dinginnya angin dan air yang membasahi tubuhnya. Air mata yang menyatu dengan rintikan hujan mengalir dikulit wajahnya. Mendengah sedang membayangkan dirinya yang bodoh menjalani semuanya sendirian. Dia berhenti, melihat aliran sungai yang berjalan tenang begitu indah untuk dilihat. Mengalir terus hingga ke laut sebagai tujuannya tanpa hambatan pasti, bukannya indah kalau dia juga begitu?
Bibir mungilnya tersenyum sedikit membayangkan dirinya menyatu dengan keindahan air tersebut. Sepertinya sudah cukup pengorbanannya selama ini, keluarga itu sudah naik kasta dan dirinya masih menjadi Lee Taeyong sebelumnya.
Taeyong menghela nafasnya, "Tuhan sudah cukupkan? Mereka sudah bisa hidup tanpa diriku, uang, kedudukan semua sudah mereka miliki berarti tugasku sudah selesaikan?"
"Aku lelah Tuhan. Mental dan tubuhku sudah hancur semuanya aku hanya ingin kembali padamu, izinkan aku. Aku izin pamit dari kehidupan sialan ini." Taeyong meremat kuat tiang pembatas dengan maksud sakit yang bersarang dihatinya perlahan sirna namun tidak sama sekali.
Semakin sakit dan menyesakkan, betapa sia-sianya dia merelakan kebahagiannya untuk manusia tak tahu untung yang disebut sebagai keluarga itu. Taeyong menaiki besi pembatas itu dan mendudukinya sebentar sambil menikmati indahnya pemandangan kota yang terpajang. Kota ini indah hanya dirinya saja yang kurang beruntung.
Taeyong menutup matanya, menikmati desiran angin tipis disertai hujan ringan. Tersenyum tipis sebelum menyerahkan semua kendali tubuhnya pada hatinya yang hancur itu. "Lee Taeyong akhirnya mengakhiri kisahnya disini, terima kasih dan selamat tinggal."
Byurr....
--
"Bangun..."
"Nath sayang papa mohon bangunlah nak..."
"Adik sialan jangan menipuku lagi bangunlah!"
Taeyong mengerjapkan matanya membiasakan cahaya putih itu masuk ke bola mata lucunya. Dia melihat ada tiga pria yang sedang menatapnya khawatir, dua dari mereka terlihat sudah berumur dan kenapa ini seperti dunia komik yang dia baca selama ini?
'Bukankah aku sudah mati? Ya aku ingat aku menjatuhkan diri ke sungai dan dimana sekarang? Pemandangan ini sungguh tidak asing, inikan seperti komik yang selama ini aku baca? Sialan kenapa aku jadi terbangun didunia ini?!!
"Nath sayang kamu bangun? Oh dewa Eiten terima kasih sudah mendengarku! Bagaimana perasaan kamu sekarang sayang? Ricard panggilkan dokter dan Devin bawa Nath masuk ke penginapan cepat!"
Taeyong melombulatkan matanya, dia ingin memberontak tapi rasanya tubuhnya tidak memiliki tenaga sama sekali. Dia memasrahkan tubuhnya digendong seorang pria yang dia ketahui bernama Devin. Dia melihat sekitar, ada sekitar 10 orang yang berpakaian aneh dan membawa pedang. Ya tidak salah, itu sebuah pedang dan Taeyong bisa pastikan itu asli.
Dia melihat pria yang dengan kurang ajar menggendongnya ini, garis rahang yang tajam, hidung runcing, bibir tebal dan yang pasti tampan. Apa ini surga? Kenapa semua pria di sini tampan?
'Tahu tampan begini kan lebih baik dari kemarin aku bunuh diri. Ini karena tugas lembur dari pak Kwon sialan itu makanya jadwal bunuh diriku harus diundur! Apa aku harus tahu namanya? Oh ya! Siapa tahu dari ini aku akan berpisah darinya jadi lebih mudah nanti untuk mencarinya! Kau jenius Taeyong, setidaknya di surga ini kau mendapat pria tampan!'
Taeyong terus memperhatikan wajah itu hingga sang pemilik wajah mengalihkan perhatiannya pada Taeyong. Terkekeh kecil melihat sorot mata Taeyong padanya.
"kenapa kau terus memandangiku, kau mulai menyukaiku?" Pria itu bertanya dengan sedikit nada jahil. Taeyong menghentikan aksi memandang keindahan Tuhan itu, mulutnya tergugu dan suasana terasa kikuk.
"Eung...ah! Siapa namamu tampan?" Taeyong langsung menutup mulutnya ketika menyadari kata-kata yang keluar dari mulutnya itu, mampus aku pikirnya. Sedangkan Devin tertawa terbahak melihat tingkah Taeyong.
"Kau serius bertanya itu? Baiklah dengar baik-baik manis. Aku Johnny Devin Algeric atau lebih tepatnya adalah kakakmu" pria itu-Devin tersenyum dan memperhatikan pergerakan Taeyong. Bola mata itu membulat lucu, bibirnya terbuka, sangat menggemaskan.
"Ya? Kakak?" Hancur sudah impian Taeyong menikah dengan pria tampan!
TBC
---
Hai jangan lupa dukungan dan sarannya ya! Terima kasih guyss!^^
-jw1709
KAMU SEDANG MEMBACA
Fam'Or | Jaeyong ✔
Fanfiction[SELESAI] Lee Taeyong yang sudah tidak tahan dengan pahitnya dunia dan hanya diperalat oleh keluarganya memutuskan untuk bunuh diri. Namun naas, dia malah terbangun didunia komik yang selama ini dia baca. "Keluarga harmonis? Jangan Konyol!" "Ayah, K...