Chapter 33

2K 263 7
                                    

"Mark kenapa kau memiliki Darkness?" Taeyong terdiam melihat Mark yang tengah berdiri tegak dihadapannya. Mata hitamnya mengilat memancarkan aura kebencian yang kuat, tangan mungilnya dilapisi aura hitam yang berbentuk seperti cambuk.

"Menjauh aku bilang!!" Teriak anak itu dan menebaskan cambuknya tanpa memperdulikan Taeyong ataupun Baekhyun.

"KYAA!! TOLONG KAMIII!!" Teriakkan para bangsawan yang berusaha kabur dari kejaran hering. Taeyong menggendong Mark dan memberikannya pada Baekhyun, "Pergilah ke tempat paman Jaejoong, dia berada 10 meter selatan kita. Aku akan menyusul kalian."

"Apa maksudmu? Kau mau mengorbankan nyawamu untuk manusia tidak berguna seperti mereka?" Cegah Baekhyun dan menahan tangan Taeyong.

"Saat ini aku juga seorang Ksatria Academy Pa, aku harus menjalankan tugasku. Juga para hering ini cocok dengan serangan jarak jauhku Papa tenang saja. Segera berlindung dan aku akan menyusul kalian. Mark jaga Grandma ya sayang." Ujar Taeyong lalu mengecup kening bocah itu dan berlari meninggalkan mereka.

Ditengah perjalanannya Taeyong beberapa kali meluncurkan Panahnya atau bola Magis jika para Hering ada didekatnya. Dia memanah satu hering yang sedang memojokkan 3 gadis muda, lalu dia mendekati mereka. "Apa kalian tidak apa-apa? Pergilah ke arah selatan disana ada tempat berlindung."

Ketiga gadis itu mengangguk lalu berdiri perlahan karena masih terkejut dengan hering tadi, "Akh!" Ringis salah satu gadis yang kakinya terluka karena terjatuh akibat dikejar.

"Apa Anda bisa berjalan?" Tanya Taeyong, gadis itu menggeleng dan menangis.

"Maafkan saya, tapi ini terlalu sakit saya tidak bisa..." Lirihnya. Taeyong meletakkan busurnya dan menjulurkan tangannya pada luka itu. "Trizacion." Aura biru keluar menyelimuti tangannya dan luka itu.

Gadis itu sedikit meringis, "Tahanlah sedikit." Ujar Taeyong.

"Baiklah sudah, coba Anda berdiri." Gadis itu mengangguk ragu lalu perlahan mencoba untuk berdiri dibantu temannya. Dan rasa sakit menusuk tadi hilang, luka pada kakinya juga hilang hanya meninggalkan jejak darah. "Terima kasih Sir..."

"Taeyong. Segera pergi dari sini dan berlindung bersama yang lain." Mereka mengangguk dan pergi. Taeyong memantau dari jauh dengan menyerang hering yang berusaha menyerang mereka.

"Kenapa mereka tidak ada habisnya? Dimana bos mereka?" Ujar Taeyong jengkel, 100 hering sudah dia musnahkan tapi kenapa tidak ada habisnya.

Kwakkk!! Graahhh!

Bulu kuduk Taeyong berdiri, tubuhnya terjengit terkejut dan pergerakan panahnya berhenti. Memutar badannya dan melihat hering dengan tubuh 3 kali lipat lebih besar dari yang lain. "Kupikir mulutku memang sangat sial..." Taeyong berlari kabur dengan sesekali melesatkan panahnya namun tidak berefek apapun.

"Sialan sejak kapan bulu seekor burung bisa sekuat ini?" Desisnya. Dia bersembunyi dibalik sebuah bongkahan batu besar, mengatur nafasnya dan mendinginkan pikirannya. Tidak ada gunanya terus berlari karena burung itu juga lebih cepat darinya, tapi jika terus menyerangnya juga hanya membuang Mana secara sia-sia karena serangannya tidak memiliki efek apapun.

"Berpikir Taeyong berpikir!!" Tahu akan terjadi seperti ini dia akan berlatih Wind dengan serius karena sekarang dia hanya bisa menerbangkan sampah dedaunan. Butiran pasir dan daun jatuh mengenai kulit pucatnya, dia dengan ragu melirik keatas dan melihat burung itu tengah bertengger diatas bongkahan batu.

"Oh, hai!" Ucapnya dengan senyum canggung dan langsung melompat menjauhi burung itu karena dia sedang berusaha mematuk kepalanya. Tentu bukan sekedar mematuk kutu yang berada dikulitnya, namun mematuk nyawanya.

Fam'Or | Jaeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang