Taeyong berlari memasuki Kediaman mereka menuju Ruang Pertemuan yang biasa dipakai untuk menyambut tamu bukan kerabat mereka. Dia menghentikan langkahnya saat berada didepan pintu dan mengatur nafasnya, merapikan sedikit pakaiannya lalu membuka pintu besar itu.
"Apa Anda tidak mempunyai sopan santun sedikitpun Pangeran? Bukannya utusan saya sudah bilang saya menolak menerima pertemuan hari ini?" Ujar Taeyong saat kakinya melangkah masuk ke ruangan tersebut dan melihat Hendrey yang dengan santainya meminum teh.
Pria itu menoleh dan meletakkan cangkirnya lalu mendekati Taeyong. "Aku dengar kau sempat bertemu dengan bos hering saat Festival Berburu kemarin, apa ada luka ditubuhmu?" Tanya Hendrey dengan tangan memegang bahu Taeyong dan memasang ekspresi khawatir.
Taeyong menatapnya geli, "Jauhkan tangan Anda Pangeran dan itu bukan urusan Anda juga Saya terluka atau tidak."
"Tentu saja urusanku, sebagai calon pemimpin Kekaisaran nanti aku harus tahu kondisi rakyatku-"
"Mengenai kondisi saya sudah tertulis dengan jelas dilaporan yang saya berikan pada pihak Kekaisaran."
"Laporan itu tidak lengkap, bagaimana bisa hanya tertulis kau tidak terluka apapun? Mustahil, mengingat ukuran kekuatan bos hering. Aku juga harus tahu bagaimana kondisi tunanganku juga!" Hendrey semakin mengeratkan pegangannya pada bahu Taeyong yang membuatnya sedikit meringis.
Taeyong menjauhkan tangannya dan menggaruk telinganya canggung, "Sepertinya saya salah mendengar sesuatu. Tunangan siapa yang Anda maksud?"
Hendrey tersenyum lalu mengambil tangan kanan Taeyong lalu menciumnya, "Tentu saja kau Taeyong Natha Algeric, mulai saat ini kau adalah calon Ratu Kekaisaran ini."
Taeyong semakin memandang Hendrey jijik lalu tidak lama lewat jarum berlumur api dari belakang tubuh Taeyong yang melukai telinga Hendrey. Pria itu melepaskan tangan Taeyong dan meringis mencari lokasi lukanya. Taeyong membalikkan tubuhnya dan tersenyum lebar, ada Jaehyun dengan jari telunjuk berselimut api dan Mark yang menatap datar Hendrey.
"Daddy turunkan Mark! Mark ingin menghajar pria jelek itu!" Ujar Mark Datar.
"Tumbuh sedikit lagi saja biar kau bisa langsung membunuhnya. Aku terlalu malas mengotori tangan untuk makhluk hina itu." Balas Jaehyun tak kalah datar yang mengundang tawa Taeyong.
Sedangkan Hendrey yang tidak terima dipanggil pria jelek oleh anak yang tidak jelas asal-usulnya terpancing emosi, "Siapa yang kau sebut pria jelek anak sialan! Beraninya kau berucap seperti itu pada Putra Mahkota!" Ujarnya penuh emosi dan menunjuk Mark.
Mark menguap tidak tertarik dan memeluk leher Jaehyun, "Daddy Mark masih mengantuk, antarkan Mark ke kamar."
Jaehyun tersenyum miring, "Baiklah ayo, disini juga tidak aman ada pria gila yang mengaku sebagai Putra Mahkota. Dan Hendrey buka telingamu besar-besar, anak ini adalah penerus utama Keluarga Dracvile yang tentu saja kau masih dibawahnya." Ujarnya dan meninggalkan ruangan itu.
Tawa Taeyong semakin terdengar, dua prianya itu semakin terlihat seperti Ayah dan Anak sungguhan. Bagaimana bisa ekspresi dan mulut pedas mereka bisa sangat mirip. Taeyong mengalihkan perhatiannya kembali pada Hendrey. "Seperti yang Anda lihat saya punya urusan lain, yaitu menemani Tunangan saya yang sudah jauh-jauh datang dari Grand Duchy. Jika Anda bingung dimana jalan keluarnya pelayan saya yang akan mengantarkan Anda."
Hendrey menggertakkan giginya dan mencengkram bahu Taeyong dan mendekatkan tubuh mereka. Hendrey memajukan tubuhnya dan menatap Taeyong tajam. "Sepertinya aku sudah salah memperlakukan kau lembut, lihat tingkah tidak tahu dirimu ini Taeyong. Ingatlah kau masih berada dibawahku dan jika bukan karena kemurahan hatiku kau pasti sudah dihukum saat ini juga atas tindakan tidak sopanmu pada Keluarga Kerajaan!"
Taeyong menatap Hendrey malas, "Maaf saja tapi aku hanya mengetahui satu Pangeran, yaitu Pangeran Taeil. Dan aku juga tidak meminta perlakuan lembutmu itu Pangeran, Anda sendiri yang memberinya padaku dengan Cuma-Cuma dan kini Anda menyalahkanku? Konyol sekali, dan jangan Anda pikir saya tidak tahu siapa dalang dibalik munculnya Hering diwilayah kami."
"Tentu saja itu karena Keluarga kalian yang tidak becuh mengelola wilayah sampai menjadi tempat berkembang biak para monster."
Taeyong tertawa dan mendorong tubuh Hendrey, "Bukannya Anda yang mengembangbiakkan mereka disana dengan mengambil pusat Mana wilayah kami secara ilegal? Oh, atau ini harusnya kuberitahu pada Biro Keamanan ya?"
Titik emosi Hendrey memanas, tangannya mengepal erat dengan urat-urat kemarahan yang terlihat jelas. Kurang ajar sekali pria lemah didepannya ini. Dia mengangkat tangannya yang terkepal dan mengarahkan tepat ke wajah Taeyong sebelum tangan berurat lainnya menghentikan gerakannya dan menghempasnya.
"Jauhkan tangan Anda dari tunangan saya, Pangeran." Ujar Jaehyun yang baru saja menahan tangan Hendrey.
"Kau hanya orang luar jangan ikut campur urusan kami."
Jaehyun tertawa sinis. "Orang luar? Memangnya di Istana tidak ada cermin ya? Maaf tapi pria mungil ini adalah Tunangan saya dan sudah menjadi tanggung jawab saya." Jaehyun memajukan langkahnya mendekati Hendrey yang membuatnya melangkah mundur.
"Kaulah yang seharusnya menyadari tempatmu Hendrey beruntunglah Ibumu seorang Ibu Suri sehingga bisa menutupi aksi gila anaknya yang tidak berguna ini. Dan yang harus kau ingat, kau hanyalah orang luar dengan 8% DNA Kaisar terdahulu yang tentu saja tidak berhak menjadi Putra Mahkota."
Jaehyun memajukan tubuhnya dan mendekatkan mulutnya ke telinga Hendrey, "Dan jangan kalian kira aku tidak tahu apa yang kalian lakukan pada Kaisar. Sekarang pergilah sebelum aku membocorkan semua kelakuan gilamu yang ditutupi Ibu Suri." Jaehyun menegakkan tubuhnya dan tangannya menunjuk pintu keluar.
Hendrey menatap mereka berdua sengit dan berjalan keluar. Taeyong yang sudah tidak melihat tubuh Hendrey jatuh berlutut dilantai. "Itu tadi cukup menakutkan..." Ucapnya pelan.
Jaehyun terkekeh, "Bersiaplah, ketika menjadi Duchess nanti hal seperti itu hanya sebuah masalah kecil."
Taeyong memicingkan matanya, "Apa ini hanya hal kecil untuk kalian? Bukannya mereka Keluarga Kaisar?"
Jaehyun mengangkat bahu. "Tidak ada dibuku Keluarga kami harus menghormati apalagi menunduk dibawah kaki mereka. Grand Duke pertama terlalu malas mengurus urusan Kerjaan yang membuatnya memberikannya pada pelayan kepercayaannya, Desmond. Dan sudah 7 generasi ini mereka-Desmond mulai berhenti mengirim salah satu anak mereka sebagai Asisten Pribadi pada kami yang membuat kami semakin menjauhkan mereka."
"Karena itu keluarga Evander yang kini mengabdi pada kalian?" Tanya Taeyong.
Jaehyun mengangguk. "Mereka benar-benar Keluarga yang setia setiap generasinya. Sampai diberi gelar Earl mereka tetap melaksanakan kewajiban mereka." Jaehyun mengulurkan tangannya pada Taeyong untuk membantunya berdiri.
Taeyong menyambut uluran tangan itu dan berdiri lalu memeluk tubuh besar Jaehyun, "Apa kau akan langsung kembali ke Grand Duchy?"
"Ya, ini belum terlalu malam."
"Menginaplah, aku yakin kau pasti lelah setelah membuka portal tadi. Kau juga sudah berjanji akan mengantarku besok." Ujar Taeyong yang mendusel didada Jaehyun.
"Apa boleh? Bagaimana jika Guru mengetahuinya?"
"Tenanglah itu hal yang mudah untuk diurus, masih ada kamar kosong untukmu. Menginaplah ya?" Bujuk Taeyong dengan memasang wajah memelas seperti seekor kucing.
"Baiklah aku menginap, bagaimana bisa aku menolak jika kau menggemaskan seperti ini. Kembalilah ke kamarmu ini sudah malam dan kau harus istirahat." Ucap Jaehyun seraya mengusak rambut Taeyong.
"Bagaimana denganmu? Ayo aku antar kau juga ke kamarmu!"
"Aku masih ada janji dengan Johnny, kau ingat tadi pagi? Hanya sebentar saja setelah aku janji akan istirahat."
"Janji?"
"Janji Taeyong."
"Pinky Promise?" Ucap Taeyong sambil memberi jari kelingkingnya.
Jaehyun melihatnya sekilas setelahnya mengecup bibir Taeyong gemas. "Kiss Promise saja bagaimana?" Tanya Jaehyun yang sukses membuat wajah serta telinga Taeyong memerah.
"Jaehyun Jarviz Dracvile!" Pekik Taeyong yang mengundang tawa Jaehyun, sedangkan pria mungilnya menahan malu juga kesal.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fam'Or | Jaeyong ✔
Fanfiction[SELESAI] Lee Taeyong yang sudah tidak tahan dengan pahitnya dunia dan hanya diperalat oleh keluarganya memutuskan untuk bunuh diri. Namun naas, dia malah terbangun didunia komik yang selama ini dia baca. "Keluarga harmonis? Jangan Konyol!" "Ayah, K...