Chapter 20

2.4K 284 5
                                    

Taeyong menyandarkan tubuhnya dan menghela nafas lega akhirnya kelas pertama mereka selesai. Hari ini Xiumin menguji kembali level dan mengecek tipe Magis mereka. Taeyong menunggu gilirannya untuk maju, dikelasnya didominasi pengguna Fire dan Thunder seperti Ayah dan Kakaknya. Kekuatan mereka semua hebat, jenis serangannya juga unik namun jika melihat pelajaran yang Papanya ajarkan padanya semua teknik yang mereka gunakan masih ditingkat dasar. Padahal seingat Taeyong Level A+ seharusnya berada ditingkat 2 keatas.

'Aku lupa aku tinggal dikeluarga tidak wajar dan mereka semua gila!' gumam Taeyong.

"Taeyong Natha Algeric, giliranmu." Panggil Xiumin dan Taeyong maju ketengah kelas. Didepannya ada sebuah kristal yang harus dihancurkan dengan Magis. "Silahkan Mulai."

Taeyong menatap lurus sasarannya, meluruskan lengan sebatas bahu dan mengarahkan telapak tangannya lurus dengan kristal. Sebuah cahaya keluar dari pori-pori kulitnya dan mengarah tajam kearah kristal. "Arco..." Gumam Taeyong dan cahaya itu melesat menghancurkan kristal dalam hitungan detik.

Decakan kagum diberikan pada Taeyong, ini adalah pemandangannya yang sangat langka karena pengguna Light hanya Marcioness Algeric dan mungkin Taeyong juga. Taeyong tersenyum tipis dan melihat angka yang muncul diatas pecahan kristal.

"1027, Light dan Fire...." Gumam Xiumin dan memberi tatapan puas pada Taeyong, memang tidak diragukan lagi keturunan Algeric.

Taeyong menidurkan tubuhnya dikasur usai kembali dari kelas dan kini Kun sedang membereskan barang yang dibawanya tadi. "Kun aku tidak melihat buku harianku, apa kau lupa memasukkannya?" Tanya Taeyong dan mendapat respon raut kebingungan Kun.

"Maaf Tuan, sepertinya saya tidak mengambilnya dari meja belajar Anda. Maafkan saya Tuan." Ujar Kun dan membungkuk dalam pada Taeyong.

"Hahh~ Tak apa hanya berdoa saja Ayah atau Papa tidak melihatnya. Bangunlah dan buatan aku Teh!" Kun mengangguk dan segera melakukan tugasnya sedangkan Taeyong sedang mendesah frustasi. Buku itu sangat penting untuknya namun sudah tertinggal, dia mendudukkan tubuhnya dan menatap telapak tangannya.

"Apakah tangan ini bisa menyelamatkan orang? Tangan sial yang tidak pernah berguna ini?" Gumam Taeyong.

Tuk! Tuk!

Taeyong menoleh ke jendela dan melihat sebuah burung dengan kantong digigitannya. Dia mendekat dan membuka jendelanya, burung itu memberikan kantongnya pada Taeyong dan pergi. Taeyong membuka kantong itu dan ternyata berisi beberapa makanan manis juga secarik kertas.

'Makanlah, aku yakin dikantin ini tidak ada. Semangat terus dan buat aku kagum 3 bulan lagi. Aku sangat merindukanmu, terutama bibir cherry milikku. –Jarviz'

Taeyong tersenyum geli melihat ini surat itu, ini dari Jaehyun tunangannya. Walaupun menyebalkan, sisi manis Jaehyun seperti inilah yang membuat Taeyong berkali-kali jatuh cinta padanya.

Dia harus bisa berkembang selama 3 bulan ini, bukan hanya Grand Duke yang akan menilai ujian akhirnya namun sang Ayah juga. Taeyong memeluk erat kantong itu dan melihat langit yang sedang cerah.

"Aku pasti bisa, aku seorang Algeric dan juga Tunangan Grand Duke!"

Sedangkan ditempat lain tepatnya kediaman Algeric mereka sedang dibuat panik karena Baekhyun tiba-tiba jatuh pingsan karenanya Jaejoong harus segera kesana untuk memeriksanya. Mereka tidak bisa sembarangan memanggil healer kuil karena nanti bisa saja berita ini sampai ke telinga Tiffany.

Jaejoong sedang memeriksa tubuh Baekhyun dengan Chanyeol yang menggenggam erat tangan Baekhyun mencoba mengalirkan Mana kesana untuk membantu Jaejoong. "Umur Baekhyun semakin menipis, aliran Mana Baekhyun 20% sudah menutup." Lirih Jaejoong.

"A-apa tidak ada cara lain paman? Apa aku harus ke negeri lain untuk menemukan sebuah tanaman medis yang bisa menyembuhkan Papa? Selamatkan Papa paman..." mohon Johnny dengan matanya yang sudah siap mengeluarkan air mata kapan saja.

"Tidak, obatnya berada disini."

"Dimana? Biar aku yang mengambilnya!" Ucap Johnny dan segera memasang posisi siaga, Jaejoong melihatnya tersenyum kecil beruntung sekali sahabatnya ini. Suami yang siaga dan kedua anak yang sangat menyayanginya.

"Ada didepan matamu Johnny. Aku dan Taeyong secara tidak sengaja menemukan sebuah obat sementara untuk Baekhyun."

"Cepat katakan apa yang kau mak-"

"Darahmu Chanyeol." Potong Jaejoong.

"Darah...ku?"

"Ya darahmu, sang penerus Phoenix. Jika Baekhyun meminum darahmu setidaknya pemompa aliran Mana masih bisa berjalan dan menambah sedikit waktu Baekhyun. Sama seperti darahmu yang mengalir pada Johnny dan Taeyong yang sangat kebal dengan luka." Chanyeol menatap wajah tenang Baekhyun dan mengeluarkan belati kecil dari balik tubuhnya. Mengoyak sedikit kulitnya dan mengarahkan darah yang mengalir keluar ke mulut Baekhyun.

"Bangunla Bee..." Tetesan darah masuk ke mulut Baekhyun dan tidak ada reaksi apapun. Chanyeol menunduk lemas, sudah beberapa menit namun tidak ada perubahan sama sekali pada tubuh Baekhyun. Sedangkan Jaejoong dan Johnny sedang menunggu berharap ada sebuah keajaiban yang diberi Dewi Etienne pada mereka.

"Pa! PAPA!!" Johnny berteriak panik karena tubuh Baekhyun yang diselimuti api biru, Chanyeol juga tidak kalah panik dia bersiap untuk menghisap api itu sampai tangan Jaejoong menahannya. "Sialan singkirkan tanganmu! Suamiku sedang dalam bahaya!!" Teriak Chanyeol.

"Kaulah yang harusnya menyingkirkan tanganmu! Apa kau tidak bisa melihat roh Phoenix diatas jantung Baekhyun? Fokus Chanyeol!" ujar Jaejoong dengan menahan sakit saat menahan Mana Chanyeol, jujur ini sedikit berat untuknya. Dia perlahan melepaskan tangan Chanyeol saat melihat pria itu mulai tenang dan sedang memandang api itu.

"Que haces los hombres?" Ucap Chanyeol dalam bahasa dewa untuk berkomunikasi dengan jelmaan Phoenix kecil yang terbang diatas tubuh Baekhyun. (Apa yang kau lakukan pada pria mungilku?)

"Lo cuidare un tiempo, hazx que lleque tu jhio. Esta esla recompensa porl elfuego xue midsteu." Ucap burung itu sebelum lenyap menyatu dengan tubuh Baekhyun. (Aku akan menjaganya sampai cahaya kecil dirumah ini kembali. Ini balasan untuk api kehidupan yang selama ini kau berikan.)

Johnny yang melihat pemandangan ini takjub, itu dewa Phoenix yang suatu saat akan menjalin kontrak dengannya. Johnny mendekat dan memeluk tubuh Baekhyun erat tidak ingin Papanya meninggalkannya. "Bangunlah Pa, Kumohon."

Tanpa mereka sadari mata indah itu sudah terbuka perlahan dan mendengarkan ucapan Johnny tadi. Dia tersenyum kecil dan berusaha mengangkat tangannya untuk memeluk Putranya yang selama ini tidak pernah menunjukkan emosi sedihnya. Dia memeluknya lemah dan mengusap rambut tebalnya.

"Papa kembali sayang, Papa tidak akan pergi." Ujar Baekhyun sangat pelan yang membuat Johnny mebelalakkan matanya dan menangis dipelukan Papanya.

Ia kira kali ini juga gagal, kasus penyerangan Taeyong juga Papanya yang sakit. Hati keras Johnny nyatanya juga menyerah dan menumpahkannya hari ini. Tangis menyesakkan dan luapan emosi yang selama ini ia tahan. Baekhyun tersenyum dan mengecup kening anaknya.

"Menangislah hingga kau tenang sayang, Papa selalu mendengarkanmu dan menemanimu..."

"Bee..." Lirih Chanyeol dan dibalas senyuman kecil Baekhyun. Tangan besar Chanyeol mengelus pipi Baekhyun penuh kasih sayang.

"Aku rasa akan ada bayi lagi yang-yang harus kau tenangkan..." Ucap Chanyeol dengan menahan isakan yang akan keluar dari bibirnya. Baekhyun terkekeh, dia pikir setelah bangun dari tidur panjangnya dia akan bebas tugas. Nyatanya dia harus mengurus dua bayinya dahulu, jika Taeyong berada disini mungkin akan lebih banyak lagi tugasnya.

"Aku akan menenangkannya juga, ada Jaejoong yang siap membantuku. Benarkan?" Tanya Baekhyun dan dibalas anggukan serta tawa geli Jaejoong.

"Terima Kasih Jaejoong..."

"Tidak Baek, ini semua berkat darah Suamimu dan kejeniusan Taeyong putramu."

TBC

Fam'Or | Jaeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang