Chapter 43

1.9K 229 9
                                    

Jaejoong mengelus rambut Taeyong dengan penuh kasih sayang merasa bangga dengan keberhasilan Elixir dan khawatir dengannya nanti saat melihat keadaan saat ini yang cukup kacau. Bagaimana reaksi aslinya nanti saat menyadari Baekhyun dan Mark yang berada jauh dari jangkauannya dan Chanyeol yang tidak sadarkan diri. Dia tahu pasti saat menyembuhkan Chanyeol tadi dia berusaha mengabaikan semua itu demi keberhasilan Elixir.

"Kumohon bertahanlah sayang dan segera bangun. Aku yakin Mark dan Baekhyun sudah menunggumu." Ujarnya dengan kepala mendongak menghalau air mata yang berusaha keluar.

Taeyong mendengar semuanya melalui alam bawah sadarnya. Mendengar Johnny yang berteriak saat Jaejoong lambat menanganinya dan saat Jaejoong menangis didekatnya, Taeyong melihatnya hanya saja dia tidak ingin keluar dari tempatnya saat ini. Terlalu takut akan kenyataan nanti saat dia terbangun tidak ada Mark yang akan langsung memeluk dan menciumnya tidak lupa dengan celotehan gemasnya, dan tidak ada Papanya yang akan menyambutnya dengan senyum dan pelukan hangatnya.

Diruang gelap dan hampa itu Taeyong terduduk dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Merasa tidak berguna karena tidak bisa melindungi keluarganya. Dimana Taeyong yang menggebu-gebu ingin melindungi Keluarganya, ingin membahagiakan mereka dan dimana Taeyong yang sangat menyayangi Keluarganya hingga rela menukar hidupnya dengan kebahagiaan mereka. Tetap saja dia tidak berada disisi mereka saat mereka sedang membutuhkannya.

Dasar anak tidak berguna...

Dasar anak lemah...

Tidak heran kenapa Johnny tidak ingin dia ikut campur dalam masalah ini, karena dia terlalu lemah dan tidak berguna. "Ternyata memang tidak ada yang bisa dibanggakan darimu Taeyong..." Lirihnya.

"Bubu..."

Taeyong tersenyum miris, bahkan disaat seperti ini dia masih bisa berhayal. Apa Mark juga ingin mengejeknya dengan memanggilnya disaat dia sedang berada dititik terburuk ini.

"Bubu...Mark..."

"BERHENTILAH SIALAN!!" Teriak Taeyong kalut diruang hampa itu, lalu dia menutup kedua telinganya. "Berhentilah kumohon...maafkan aku yang tidak berguna ini..."

"Tidak Bubu, ini Mark! Mark mohon tolong Mark..." Taeyong menghentingan raungannya dan mencari-cari asal suara yang dirindukannya itu.

"Mark?! Dimana dirimu sayang!"

"Mark tidak tahu...Hikss Mark tidak tahu sedang berada dimana...disini gelap dan hanya ada sebuah obor kecil..."

"Mark coba berkelilinglah diruangan itu, apa kau bisa merasakan hal lain disana?"

"Ini sebuah ruangan kecil yang kotor dan bau dengan atap batu yang banyak lumut dan seakan bisa hancur jika terkena Magis sedikit saja dan...

Kakek cantik...kakek diikat dan berada ditengah lapangan besar dengan banyak rumput liar Pa...Hiks tolong Kakek Papa! Mark tidak bisa mencium baunya lagi...sangat pudar..."

"Tenanglah Mark, Papa dan Ayah segera kesana oke? Mark apa kau bisa memberitahu keadaan diluarmu? Agar Papa lebih mudah mencarimu?"

"T-tidak bisa, disini ada yang menghalangi Mar-AARRGHH!! MAAFKAN MARK TUAN ARGHH!! BUBU BONEKA MARK TOLONG ARGHHH!!"

Komunikasi itu berhenti bersamaan Taeyong yang kembali ke dunia nyata dengan wajah panik dan sedikit berkeringat. Dia memegang lengan Jaejoong yang tadi sedang berusaha membangunkannya karena mengalami kejang, dia memegangnya dengan erat dan berusaha turun dari kasurnya.

"Taeyong berhenti, kau baru saja sadar!" Pekik Jaejoong karena Taeyong masih memaksa untuk turun di kasurnya. Kakinya perlahan menuruni kasur dan menapakkannya dilantai dingin itu, dengan berpegang pada lengan Jaejoong dia berusaha berjalan. Tapi tidak bisa tubuhnya masih terlalu lemas dan akhirnya terjatuh dilantai dengan Jaejoong yang menahannya.

Fam'Or | Jaeyong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang