Bab 5 Bagian A:
Pernikahan Belinda
••••
"Is it Odette's sister, ya?" tanya Boas pemasaran.
Belinda mengikuti arah pandang Boas. Detik berikut, alisnya yang dirias sedemikian simetrinya bertaut. Ada keraguan di matanya sebelum bertanya. "Yang pakai black dress, Mas?" Belinda memastikan lagi.
Boas berdehem sembari menggaruk tengkuknya, menetralkan kegugupan karena penasaran. "Yes."
Wajah serius Belinda kini musnah, digantikan dengan tawa renyah. Perempuan itu memukul pelan lengan kakak sepupunya di sela-sela tawa. Barulah setelah puas, ia menjawab. "She is Naomi Terivena. 22 years old, dan she's my beloved besti, Mas! Sahabat aku, bareng Odette!"
Satu alis Boas terangkat. Memastikan apa yang diucapkan Belinda. "Are you serious? She's twenty two?"
"Why? You looks like curious about her? Kok, kepo banget." Pancing Belinda sambil tersenyum penuh arti. "Ntar, aku kenalin ya, Mas. Latter, but soon as well as you want."
"No! Don't, Bel. Mas cuma penasaran aja, soalnya kemarin sama-sama satu maskapai ke sini. Jadi sempat ngobrol dikit, ya walaupun dia jutek banget, galak."
"Indeed. Makanya aku senang sama dia. Orang jujur. Maksudnya ya, kalau suka ya suka, enggak ya, enggak. Strong women."
"And dominant." Sambung Boas tanpa sadar.
"Like alpha female?" Belinda mengangkat kedua alisnya, masih dalam mode menggoda sepupunya itu.
"Kinda, mines EQ." Mata elang pria itu berpindah ke tangan Naomi yang memutar-mutar sebuah kotak berwarna dengan cekatan. "Dan aneh."
Belinda mengangguk setuju. "Itu cuma awal aja, kok. Tamengnya dia. Kalau udah dekat, gue berani taruhan sama Mas, she's an Angel in person. Btw, kalau Naomi lagi gugup atau bosan ia bakal main rubik atau baca novel."
"Or something else?" Boas melirik Naomi, dan terus menatapnya.
"I never see you like this before. Just like, you not you anymore," bisik Belinda pelan. Ada kesenangan di mata gadis itu. "Gue dukung kalau Mas mau PDKT gitu. Tapi, tunggu pas dia putus dulu sama pacarnya."
Setelah itu, Belinda berpamitan pergi dari hadapan Boas sambil mengedipkan mata menggoda. Satu hal yang Boas tahu, yaitu Naomi belum memberitahukan kepada Belinda jika ia sudah putus dengan mantan pacarnya.
Lalu setelah itu, Boas terdiam. Terpaku dengan fakta bahwa, entah kapan terakhir kali ia benar-benar tertarik dengan seorang perempuan sampai-sampai mengamati Naomi seperti ini. Perlu digarisbawahi bahwa ia tentu tertarik dengan perempuan, namun tidak seperti saat ini, melihat Naomi yang cuek, berdiri di ujung ruangan dan tanpa ragu mengabaikan padangan pria yang ingin mengajaknya berbicara.
••••
Naomi mengutak-atik rubik di tangannya dengan bosan. Bukan karena acaranya monoton, melainkan orang-orang di sini. Entah, siapa saja mereka, Naomi tidak mengenal mereka, dan sama sekali tidak mau merepotkan diri untuk sekadar menyapa. Mood gadis itu sedang buruk, jadilah ia tidak mau membuat suasana hatinya semakin keruh bagaikan sungai Ciliwung.
Mengedarkan padangan ke sekitar. Naomi mencari keberadaan Odette yang entah menghilang kemana, padahal mereka datang bersama-sama. Hingga netra hitam gadis itu terpaku pada satu objek yang berada beberapa meter di depannya bersama seorang perempuan di gandengannya.
Naomi mengepalkan tangannya erat hingga kuku-kuku jari tangannya memutih. Jantungnya bergemuruh sakit. Ck, ribuan jarum menancap di dada. Sesak sekali melihat pria brengsek itu bersama perempuannya lain. Sialan. Kenapa pula Naomi harus merasa tersakiti?
Kenapa pula pria itu ada di sini? Naomi mendengus kesal. Tanpa ragu ia meneguk minuman di sampingnya, yang ternyata adalah minuman keras. Tiga kali, sudah cukup membuat perempuan itu hilang keseimbangan.
Kesal sekali. Marah. Naomi pergi dari ballroom hotel. Ia tidak mau berlama-lama menyaksikan semua omong kosong tersebut. Jika secepat itu Si brengsek memiliki kekasih pengganti? Jelas-jelas sejak awal ia memang tidak bersungguh-sungguh dalam menjalin hubungan dengan Naomi, dan hanya membuat Naomi seperti perempuan bodoh. Shit.
Naomi melangkah dengan sempoyongan, menuju kamar. Menaiki lift, lalu keluar di lantai 10, kamarnya nomor 7. Keluar dari lift, ia berpapasan dengan seorang pria yang samar-samar ia tangkap bayangannya sebagai Boas, sebelum ia jatuh di atas lantai hotel.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...