🍔 [19B] Jason Carlos

285 26 5
                                    

Bab Sembilan Belas, Bagian B:
Jason Carlos

••••

“Baru dari mana aja, jam segini baru pulang?” Boas tidak bisa menahan diri untuk bertanya dengan nada penuh selidik ke arah Naomi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Baru dari mana aja, jam segini baru pulang?” Boas tidak bisa menahan diri untuk bertanya dengan nada penuh selidik ke arah Naomi.

Sejak tadi, Naomi hanya diam sambil membersihkan wajah dengan perasaan campur aduk. Meskipun Boas hanya diam di posisinya sambil membaca buku di atas ranjang, namun Naomi bisa merasakan aura mencekam dari pria itu. Andai saja mata Boas memilih kekuatan seperti sinar matahari, mungkin saja punggung Naomi sudah hangus terbakar.

Dengan takut-takut, Naomi melirik Boas dari balik cermin. “Acara penghargaan, Mas.” Jawab Naomi, berharap suaranya tidak terdengar bergetar. Naomi menggeleng pelan sambil mengigit bibirnya, ini sama sekali bukan sosok Naomi. Sejak kapan ia takut, seperti seorang istri yang ketahuan sedang berselingkuh? Ck! Istri? Omong kosong. Naomi kembali melanjutkan aktivitasnya.

Boas mengangguk pelan, tanpa bersusah-susah payah menatap wajah Naomi, ia kembali melemparkan pertanyaan lain. “Acaranya sampai selarut ini, ya? Terus tadi siapa yang antar balik?”

Naomi mengangkat satu alisnya. Apa-apaan ini? “Iya, kan acara penghargaan, biasanya juga emang gitu.”

“Terus, siapa yang antar balik?” tanya Boas, masih belum puas atas pertanyaan Naomi.

“Emang urusan sama Mas apa? Aku mau balik sama siapa itu urusan aku. Memangnya mas siapanya aku?” Naomi mendelik tajam dari balik cermin, berharap Boas melihat apa yang ia lakukan.

Setelah aksi marah-marah pria itu kepadanya, mengapa sekarang Boas begitu penasaran dengan siapa ia pulang? Bukannya pria itu sudah membenci Naomi karena beranggapan ia berbohong. Ya, Memang Naomi tidak berbohong, hanya saja ia tidak mengatakan secara lengkap sebelum menginap di rumah Odette, mereka akan mencari pelaku sialan yang ternyata adalah teman Boas sendiri. Mood Naomi hancur dalam sekejap. Apalagi, pasti pria itu sudah bertemu dengan Siska. Apalagi yang pria itu butuhkan dari Naomi, jika orang yang pria itu inginkan Siska? Mamanya Anastasya?

“Kenapa tidak kamu sebutkan saja namanya? Kenapa balik bertanya?”

”Lalu mas tahu orangnya kalau aku sebutin dia siapa?”

“Naomi?” panggil Boas dengan nada merendah.

“Jason! Namanya Jason!” Naomi menyerah. Siapa yang tidak takut jika Boas telah mengubah intonasi suaranya seperti tadi? Demi Tuhan, sekujur tubuhnya meremang hanya dengan panggilan itu.

“Bisa enggak sih, kita fokus sama urusan kita aja? Kamu sama urusan kamu. Aku sama urusan yang ada kaitannya dengan aku. Mari kita sama-sama jangan melewati batasan dan kesepakatan yang sejak awal kita buat? Bukannya Mas juga ada urusan yang harus mas selesaikan?”

Jangan tanyakan perasaan Naomi setelah kata demi kata ia keluarkan. Orang waras mana yang akan tertawa bahagia atas jawaban yang bermakna usai padahal rasa cinta baru saja tubuh di hatinya? Sesuatu yang baru saja mekar, membuat kupu-kupu berterbangan di perutnya, yang seketika harus hanguskan dalam sekejap. Naomi hancur, hatinya sakit. Mati-matian ia menahan gelombang keras dari ujung pelupuk matanya agar tidak mengeluarkan air mata. Mati-matian ia menggenggam erat telapak tangannya, berharap bisa menyalurkan sedikit saja rasa sesak di dada.

Setelah itu, Boas bangkit dari ranjang dan meletakkan buku di atas nakas. Pria itu kemudian berlalu begitu saja dari pandangan Naomi, menghilang dari balik pintu kamar dengan tatapan yang tidak bisa Naomi artikan.

••••

Jason? Siapa Jason? Teman? Gebetan? Calon pacar? Atau pacarnya Naomi? Segala bentuk pertanyaan kembali terlintas dalam benak Boas. Sialan! Boas tidak bisa terpejam dengan nyaman selama perang dinginnya dengan Naomi, hari ini adalah hari terburuk. Dimana Naomi dengan jelas mendeklarasikan bahwa mereka bukanlah sepasang suami istri pada umumnya.

Boas menghela nafas panjang. Untuk kesekian kalinya ia mengubah posisi tidur, berharap bahwa ia akan terbangun di samping Naomi, memeluk erat tubuhnya, dan mengecup setiap sudut wajahnya dan tertawa di pagi hari. Namun, apa yang dibayangkan Boas hanyalah angan belaka, yang tidak akan pernah terjadi dalam sejarah kehidupan mereka. Sungguh menyedihkan, bukan?

Mungkin memang seharusnya mereka seperti ini. Sejak awal, peraturannya adalah tidak melibatkan perasaan, dan sudah sepantasnya jika kata Kita tidak pernah ada di antara Boas dan Naomi. Dari semula, pernikahan mereka hanyalah panggung sandiwara, dimana hal tersebut dilakukan demi menyelamatkan diri mereka dari pertanyaan-pertanyaan, bukan menjadi jawaban atas mencari perasaan cinta satu sama lain.

Selama ini, Boas terlalu bersemangat dalam harapan yang semu. Ah! Seharusnya ia tahu, tapi mengapa rasa pilu itu nyata adanya, hadir di dada pria itu. Sakit. Sakit sekali. Untuk kesekian kalinya, Boas mendesis dalam kesakitan, dan pertahanannya roboh. Seperti anak remaja yang diputuskan oleh kekasihnya, Boas meneteskan air mata.

Shut up!

To be continued

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang