Bab Sembilan, Bagian C:
Happy Birthday, Anastasya!•••••
Mengerutkan keningnya saat mendengar kata Nanaissweet keluar dari bibir Anastasya. Naomi menundukkan tubuh, dan berdiri sejejer dengan Anastasya. Buru-buru ia mengeluarkan sebuah kota hadiah berukuran sedang dan memberikannya kepada Anastasya. “Hadiah dari Tante. Maaf, ya, kalau kurang bagus.”
“Nda apa, Onti Nanaisswit.”
“Tasya tau dari mana nama Tante?” tanya Naomi pemasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan Naomi, Anastasya malah berlari ke samping sofa dimana ia meletakkan sebuah tablet dan kembali berjalan ke arah Naomi, lalu menunjukkan sebuah video vlog Naomi yang sedang mereview produk make up.
“Ini, onti.” Anastasya menunjuk layar tablet tersebut dengan riang.
Spontan Naomi menoleh ke samping, mengangkat kepala dan melihat ke arah Boas yang sepertinya terkejut.
“Pantesan, wajah kamu seperti enggak asing, ternyata Anastasya sering ngeliat kamu make up.” Boas tak habis pikir dengan semua yang baru saja terjadi.
“Mas? Anastasya suka nonton video aku?” Naomi benar-benar tidak percaya dibuatnya. Anak sekecil ini? Ya, Tuhan. Naomi sungguh senang, sepertinya Anastasya akan menjadi kawannya di rumah setelah ia dan Boas menikah.
Ah! Sadar Naomi, kenapa pikirannya malah terbang jauh? Naomi menggeleng pelan, menarik diri dari segala imajinasi gilanya.
“Onti beautiful!” Anastasya berseru senang. Ia memeluk Naomi dan mengecup pipi perempuan itu. “Awalnya, aku pikir lagi mimpi waktu pertama kali bertemu Onti!” lanjut Anastasya, berkedip lucu.
Tidak pernah ada seorang anak kecil yang datang dan mencium Naomi seperti ini. Sungguh, hati Naomi menghangat, dan terharu dipuji. Ada yang berkata, ucapan seorang anak kecil adalah kejujuran.
“Tasya lebih cantik dari onti.” Naomi mengelusi lembut rambut hitam tebal Anastasya yang wangi saat menyugar rambut.
Anastasya kemudian kembali pada kegiatannya melihat-lihat kue dan juga membuka hadiah pemberian Naomi, yaitu boneka barbie dengan seperangkat alat make up dan make anak-anak. Tenang, Naomi pun, sadar jika anak kecil tidak boleh make up, makanya ia berusaha mencari make up yang ramah untuk anak dan juga hanya berisikan blush on bersama Glitter.
“Mamanya Om enggak ada?” tanya Naomi sambil melirik ke arah tangga rumah pria itu.
Helaan napas terdengar dari Boas. Sambil menarik pelan Naomi mendekat padanya, ia juga merangkul pundak perempuan itu dan menundukkan wajahnya hingga bersejejer dengan Naomi. “Kamu sebentar lagi menjadi istri saya, masa panggilannya Om? Memangnya saya menikahi keponakannya sendiri? Saudara Anastasia?”
Naomi segera melepaskan diri dari rangkulan Boas dan mendelik tajam ke arah pria itu. “Jangan aneh-aneh, deh.”
“Makanya yang bener kalau nyebut panggilan ke saya.” Apa susahnya memanggil Boas dengan sebutan Mas? Apa perempuan itu akan lenyap dari dunia ini. Boas berusaha tenang, walaupun jiwanya setengah mati gemas dengan Naomi.
“Iya Mas!” Naomi kemudian duduk di salah satu sofa.
Boas pun ikut duduk di samping Naomi. “Mama saya bentar lagi datang, kok. Mama lagi beli kue lainnya buat Anastasya.”
Naomi ingin berkomentar tentang kue empat tingkat di depannya ini masih belum cukup, kah? Namun, mengingat status sosial ekonomi mereka yang berbeda, tanggapannya hanya akan menjadi kekonyolan di telinga Boas. Orang seperti Naomi tidak bisa mengerti jalan pikir orang-orang seperti Boas.
“Sebenarnya udah saya larang, sih, soalnya takut kuenya dibuang, karena banyak, tapi mama tetap kukuh mau beliin lagi.” Boas kembali bercerita.
“Kalau gitu bagi-bagi aja ke panti asuhan atau anak-anak di pinggir jalan.” Naomi mencoba memberikan saran. Ya, kasian sekali jika kue-kue tersebut tidak dimakan, kan? Lebih baik dibagi-bagi saja kepada yang membutuhkan.
Boas tersenyum penuh arti. “Kamu mau sama saya antar kue dan makanan ini ke panti?”
“Siapa yang mau ke panti?” Suara seorang perempuan mengalihkan konsentrasi Boas dan Naomi yang sedang berbicara, lebih tepatnya Boas.
Kenapa Mama Boas selalu muncul di waktu yang tidak tepat? Naomi meringis seraya memasang senyum termanis yang jarang ia tunjukkan.
Menoleh ke arah pintu masuk, Naomi dan Boas spontan bangkit berdiri. Naomi yang terbiasa menyalim tangan orang tuanya di rumah refleks melakukan hal yang sama, tidak lupa tersenyum, walaupun senyum yang dikeluarkan terkesan kaku.
“Naomi nawarin mau antar makanan dan kue ulang tahun ke panti, Ma." Boas melirik Naomi sebentar sebelum kembali fokus pada mamanya.
“Bagus itu, mama suka. Kalian ntar sama-sama aja antarnya, ya?”
Naomi tidak punya pilihan selain menerima tawaran tersebut bukan? Boas sialan. Naomi tersenyum terpaksa.
“Hoo, iya, Naomi, sekalian nanti kamu kenalan sama om dan tante Boas, ya? Sepupu-sepupunya juga.”
“Ba..., Baik tante.”
Double kill!
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...