Bab Sepuluh, Bagian A:
Panti Asuhan••••
“Kuliah dimana?" Pertanyaan ini dilempar oleh Tante Rosmin, salah satu keluarganya Boas. Petanyaan yang datang setelah Acara ulang tahun Anastasya usai diadakan. Sungguh, acara ulang tahun yang sederhana namun mahal, hanya mengundang kerabat dan beberapa teman Boas yang memiliki anak.
Naomi menelan Saliva kasar, dan menjawab. "Udah lulus, Tante."
Boas yang duduk samping Naomi bisa merasakan kecanggungan yang dialami perempuan itu, ia kemudian menarik tangan Naomi dan menggenggamnya. Anehnya, Naomi merasa nyaman dan tenang dengan perlakuan Boas. Ia meremas tangan pria itu, memberi tanda bahwa ia gugup setengah mati.
"Bagus kalau gitu." Celetuk Tante Hasmi, kalau ini, adik dari Ayah Boas.
Pujian itu hanya dibalas dengan senyum tipis. Hal yang paling ia benci jika duduk bersama keluarga, ya, seperti ini, banyak pertanyaan yang sungguh tidak ada kontribusi apapun dalam hidupnya.
"Jurusan apa? Kerjaannya sekarang dimana?"
Nah, kan. Satu pertanyaan awal yang sebenarnya bisa diakhiri malah menjadi beranak cucu. "Seni Rupa, sekarang lagi nyari kerjaan, sih, Tante."
"Kerjanya cuma menggambar, ya?" Tante Rosmin kemudian berseru demikian.
Apa kata badut di depannya ini? Cuma ngegambar? Rasanya Naomi ingin melemparkan semua mata kuliah yang ia pelajari susah-susah dari semester 1 hingga delapan di hadapan wanita itu. Naomi menarik napas panjang. Saat itu, genggaman tangan Naomi yang masih bertautan dengan Boas mengerat, pria itu yang melakukannya. Naomi menoleh ke samping, dan bertepatan dengan itu, pria
Satu anak itu berkata."Naomi keren, enggak semua orang bisa ngambil jurusan Seni Rupa, apalagi kuliah sesuai minat dan bakat, pasti happy banget, kan? Kalau dipikir-pikir, sekarang peluang kerja Seni rupa juga luas, bisa WFH, juga, sambil nambah skill di bidang lainnya." Boas mengakhiri ucapannya dengan tersenyum lembut pada Naomi.
Setelah itu, Boas berpamitan dengan tante-tantenya yang agak reseh itu, dan membawa Naomi keluar ruangan yang masih diisi dengan banyak orang. Di luar, terdapat kolam ikan dan gazebo kayu. Maka, Boas dan Naomi pun duduk di sana.
"Saya sih, bangga sama kamu, Na. Banyak hal yang bisa kamu lakuin, yang kemungkinan besar enggak bisa saya lakuin sesuka hati." Boas jujur.
"Enggak ada yang perlu dibanggakan dengan orang seperti gue, Om. Nothing spesial." Naomi pun jujur.
Keduanya hanya diam saja setelah itu. Entah memikirkan apa yang sedang menganggu isi kepala mereka masing-masing.
••••
Setibanya di panti asuhan. Boas dan Naomi keluar dari mobil putih Boas. Di sisi lain, beberapa orang yang membantu untuk mengangkut makanan dan kue ulang tahun keluar dari mobil box.
Tidak lama, beberapa anak dan seorang wanita paru baya keluar dari bangunan sederhana yang di depannya terdapat papan nama panti asuhan Kasih.
“Wah, Nak Boas. Terima kasih banyak sudah datang bawain anak-anak makanan, selamat ulang tahun juga buat anastasya.” Wanita paruh baya tersebut berseru, namanya Mina.
Boas mengulurkan tangannya menjabat tangan Bu Mina. “Makasih, Bu. Anastasya enggak ikutan karna capek banget dia, seharian lari-lari terus.”
“Enggak papa, Nak.” Ibu Mina menoleh ke samping, tersenyum lebar melihat Naomi. “Oalah, kamu calonnya Nak Boas, ya, Cantik sekali.”
Meskipun malu setengah mati, Naomi tetap mengangguk-angguk. “Iya, Bu. Salam kenal, Naomi.”
“Anak-anak pasti senang sekali. Kemarin udah dibeliin oleh-oleh dari Luar negeri, sekarang dikasih lagi makanan. Makasih, Nak, Boas.” Tidak ada kata-kata ungkapan selain syukur dan terima kasih kepada Boas yang sangat murah hati, dan senang berbagi. Ibu Mina sangat senang mendapatkan salah satu Donatur seperti Boas di tengah-tengah kesulitan yang dihadapi panti asuhan Kasih. Ibu Mina jadi teringat beberapa tahun silam.
“Kalau ada yang kekurangan gitu, bilang ya, Bu.” Boas kemudian berlalu dari hadapan mereka, dan membantu para pekerja yang masih mengangkut beberapa plastik makanan tersisa.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...