Bab 13 Bagian B:
Sebulan Pertama•••••
“Udah siap?” Boas berdiri ruang tamu sambil menunggu Naomi dan Anastasya yang menuruni anak tangga dari lantai dua.
Hati Boas menghangat, pemandangan yang belum pernah disaksikan oleh indera penglihatannya. Betapa serasinya Naomi dan Anastasya saat menggunakan pakaian yang senada warnanya, baju kedodoran berwarna hitam dan celana berwarna putih. Rambut keduanya dibiarkan tergerai.
“Aduh, cantik sekali bidadari-bidadari mama.” Mashita, mama Boas berseru dengan mata berbinar-binar.
“Nenek! Cantik kan? Samaan Ama mama,” seru Anastasya dengan cengiran khas anak kecil pada umumnya.
Jika seperti ini, rasanya sudah cukup sekali.
••••
Boas menggendong Tasya, sedangkan Naomi mengikuti mereka dari samping. Tujuan mereka kini jatuh pada restauran Jepang yang ada di mall ini. Kata Boas, teman-temannya menunggu mereka di sana.
Betul saja, ketika memasuki restoran dengan nuansa cozy dengan warna dominan Rosewood, dua orang pria melambangkan tangan ke arah mereka.
Sungguh, Naomi memuji diam-diam dalam hatinya dengan ketampanan teman-teman Boas, walaupun tetap lebih tampan Boas kemana-mana, apalagi saat menggunakan pakaian Operasi. Naomi tidak berbohong itu, dan ia benar-benar memuji.
Setibanya di sana, Boas di sambut dengan celetukan pria berjaket jeans, rambutnya sedikit panjang dengan lesung Pipit di dagunya.
“Gue kira lo belok, untungnya masih suka lubang juga, lo.” Ujar Daniel, entah pas ngidam, mamanya makan apa sehingga mulut anaknya bisa selemas ini. Naomi hanya tersenyum canggung, entah apa yang harus ia lakukan selain menatap Tasya dengan kasihan.
“Jaga omongannya, Niel, ada Tasya di sini.” Peringat Boas, menatap tajam sahabatnya itu.
Daniel yang tersadar, lalu berdiri di depan Tasya dan menunduk. “My little princess, maafkan om, Om lupa kalau ada Little princess di sini karena biasanya ayahmu ini sendirian kalau nongkrong.”
Tasya mengangguk pelan sambil memeluk tubuh Naomi, entah kenapa anak kecil itu jadi takut dengan sahabat ayahnya sendiri.
“Jauh jauh deh, Niel, Tasya takut deh sama lo.” Sahut Natanael sambil menarik baju Daniel.
“Gue sendiri soalnya tau mulut lo pada enggak di sekolahin. Anak gue bisa terkontaminasi patogen jahat kalian.” Boas mendengus jengkel. Ia sudah hafal dan paham betul keketiga sahabatnya ini.
Natanael berseru. “Lha, kok gue juga dibawa-bawa, sih?”
“Bertiga enggak ada beres-beresnya.” Sahut Boas menggeleng kepala. Ia kemudian berpaling ke arah Naomi dan Tasya.
Untuk pertama kalinya Naomi mendengar Boas berbicara pakai gue-lo di hadapan orang lain. Selama ini, ia pikir Boas memang menggunakan kata saya sebagai ganti gue dan kamu sebagai lo. Nyatanya, memang luar biasa. Entahlah, kini di mata Naomi Boas benar-benar berubah, seperti badboy. Ah, tanpa sadar Naomi menggeleng cepat kepalanya. Gila. Apa yang dirinya pikirkan.
“Eh, belum kenalan, ya. Kenalan dulu, dong.” Daniel mengulurkan tangannya ke arah Naomi. “Daniel Alexander, 34 tahun, kontraktor, masih lanjang, suka cewek muda, dan seksi.”
Naomi mengangguk dan membalas jabatan tangan pria itu dengan seutas senyum. “Naomi, salam kenal, Kak.”
“Salam kenal mamanya Tasya, gue Natanael.”
“Naomi, Kak Natan.” Naomi rasa, pria bernama Natan ini lebih waras dibandingkan Daniel yang entah saraf-saraf kewarasannya sudah putus atau memang sedari awal tidak ada?
Katanya sahabat Boas ada tiga, lalu kemana satunya? Naomi mengedar pandangan, mungkin saja sahabat Boas itu tengah ke kamar mandi.
“Angel mana?” tanya Boas. “Bukannya tadi katanya otw?” lanjutnya, menyuarakan isi kepala Naomi tanpa sadar.
“Lagi ke departemen store sebelah, mau beli sesuatu katanya. Biasalah, ntar juga balik.”
Benar saja, tidak lama berselang waktu, seorang wanita bertubuh bagaikan gigi hadid dengan wajah cantik seperti orang-orang aristokrat Yunani tengah berjalan ke arah mereka sambil melambaikan tangannya. Jika berada di sini, jiwa kepercayaan Naomi yang biasanya ada seketika menciut, lenyap dalam sekejap. Sungguh dirinya bagaikan Upik abu di sini.
“Haii, Naomi, ya?” Angel menyapa dengan sangat ramah. “Wait ..., Muka lo emang dari awal gue lihat enggak asing. Waktu kalian nikah gue emang lagi ada pemotretan penting jadi enggak bisa hadir. Tapi sekarang setelah gue lihat secara langsung. Kalau enggak salah lo yang punya YouTube make vlogger yang lagi hangat-hangatnya ya?”
Ah, konten Naomi memang sedang banyak ditonton orang, terakhir kali, kemarin ia meng-upload di YT, sekarang sudah 1 juta orang yang menonton. Sungguh, ekspetasi yang jauh dari bayang-bayang Naomi.
Naomi mengangguk kaku. Sebenarnya ia kurang nyaman jika membahas itu. “Iya, Kak.”
“Kapan-kapan ajarin gue make up, ya? Please.” Pinta Angel dengan tatapan memelas.
Jika seperti itu, mana mungkin Naomi menolak. “Baik, Kak. Nanti atur waktunya kakak maunya kapan. Aku free sih seminggu kedepannya.”
Sementara mereka berbincang, kaum Adam pun sedang membahas hobi mereka masing-masing yang dominan ke sporty. Makanan pun datang sesuai pesanan mereka. Saat itulah, Angel tiba-tiba menyeletuk tanpa sadar.
“Gue pikir lo enggak bisa move on dari Siska, eh, ternyata balik-balik Paris langsung halalin anak orang.”
Mendengar itu, Daniel dengan semangat empat lima bersuara. “Si Siska kemarin datang ke acara nikahan Lo? Gitu-gitu Lo harus undang, lah, punya sejarah juga kalian berdua tuh, enggak bakal gue lupa dulu kalian tuh—”
“Daniel?” Natanael menyikuk pinggang pria itu, memberi kode agar diam dan melirik Naomi yang terdiam sejenak setelah mengetahui informasi tersebut.
Ternyata, masih banyak yang tidak Naomi ketahui tentang kehidupan pribadi Boas. Contohnya seperti saat ini. Ah, ya sudahlah, lagi pula pernikahan ini hanya sementara. Naomi mencoba meyakinkan dirinya sendiri, mengabaikan sesuatu yang mengganjal di dada.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...