🍄 [9B] Happy Birthday, Anastasya!

505 39 2
                                    

Bab Sembilan, Bagian B:
Happy Birthday, Anastasya!

••••

Naomi membenarkan tatanan rambutnya sebelum masuk ke depan sebuah rumah mewah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Tak hanya menjadi perumahan elit bagi warga Jakarta saja, area ini pun kerap dipilih oleh ekspatriat karena lokasinya strategis berdekatan dengan kawasan hiburan serta bisnis. Memikirkan budget yang dibutuhkan untuk setiap hektar tanah dan bangunan serta perintilannya saja, sudah cukup membuat Naomi tersenyum masam.

Sebelum masuk ke bangun putih yang di-desain dengan indah  tersebut, Naomi mengirim pesan singkat kepada si pria, pemilik rumah tersebut dengan jantung berdegup kencang. Jika dilihat, memang belum ada orang yang datang, kebetulan, Naomi sengaja datang paling cepat supaya tidak perlu berpapasan atau dilihat oleh kerabat atau teman pria itu. Mengapa demikian? Sebab, Bisa-bisa, ketika Naomi pulang dari rumah, ia drop karena glukosanya yang naik akibat stress.

Demi Tuhan. Ini merupakan hal tergila yang Naomi pernah lakukan. Menarik napas demi menetralkan rasa gugup, ia berdoa semoga saja penampilannya tidak kurang atau berlebihan. Entah apa yang menanti di depannya setelah ini.

“Naomi?” Panggil si pria yang ditunggu-tunggu Naomi.

Naomi mendongak, menyamakan pandangan pada pria tinggi di hadapannya. “Iya, Om.” Demi apapun, Naomi tidak tahu momen apa yang paling canggung yang pernah ia lewati, namun ia bisa bertaruh, saat inilah keadaan paling kaku yang pernah ia lewati.

“Mari masuk.” Boas mengulurkan tangannya, mengajak Naomi menggandengnya.

Tentu saja, Naomi tidak akan menerima uluran tangan tersebut. Jangan kan berpikir untuk menerima uluran tersebut, melihat mata pria itu lebih lama saja, Naomi tidak berani. Sialan, kenapa ia deg-degan sekali setelah melihat Boas dengan balutan batik cokelat yang lengan bajunya di lipat hingga ke siku dengan celana hitam. Sungguh, Naomi tidak bisa berbohong jika Boas sangat cocok dengan busana seperti ini, berwibawa dan dewasa. Sangat tampan.

Melihat respon Naomi yang sama sekali tidak bersahabat, Boas berinisiatif untuk mendekati si perempuan tersebut, dan berbisik pelan, tidak lupa senyum tipis yang menampilkan sedikit lesung pipi di wajahnya.

“Ehem. Kamu jangan lupa panggil saya dengan sebutan Mas, ya? Gue-lo juga dihapus mulai sekarang.” Boas menggenggam tangan Naomi. “Maaf buat kamu enggak nyaman. Kalau kamu mau pulang, bilang aja, ya? Nanti saya antar.”

Naomi hanya mengangguk pelan dan menurut saja pada si empunya rumah. Otak Naomi tengah ditimpa banyak anak cabang pikiran, yang berisikan dugaan-dugaan apa saja yang akan terjadi, dan apa yang harus ia lakukan dan katakan jika ditanyai oleh kerabat Boas. Demi apapun, ia sama sekali tidak mengetahui siapa Boas dan apa yang ia suka dan tidak suka, apa hobinya? Bahu Naomi terkulai lemas.

“Saya selalu ada di samping kamu.” Boas kembali berbisik halus, seakan tahu keresahan yang dialami Naomi. “By the way, you look beautiful, as always.”

Naomi melirik tajam ke arah Boas. Hal itu membuat pria berusia 34 tahun itu tertawa tanpa sadar. Bisa-bisanya Naomi meliriknya seperti itu. Jika perempuan lain, mungkin sudah dibuat merona. Sungguh perempuan yang menarik, dan hal itu membuat Boas ingin tahu lebih tentangnya.

“Duh, O—eh, Mas Seriusan, deh, aku tuh mules. Jadi mulutnya dikunci dulu bentaran, ya?” Naomi balik berbisik dengan nada menahan kekesalan.

Tibalah mereka di dalam rumah. Sungguh rumah orang kaya memang berbeda kelasnya. Naomi bisa merasakan aroma uang dari sini. Rumah bertingkat, dengan warna chat dominan putih, dan cokelat, tangganya berada di ujung ruangan. Sedangkan di ruang tamu si bintang utama hari ini tengah berdiri di samping kue ulang tahunnya bersama seorang perempuan berjilbab.

“Ana? Lihat siapa yang datang?” Boas berseru, menarik perhatian anaknya dari kue ulang tahun bertingkat.

Naomi memang sudah melihat kue bertingkat, namun entah mengapa, jiwa katro-nya tidak memudar, apa mungkin jiwa miskin ini telah mendarah daging? Naomi meringis.

“Onti Nanaisswit!”

Naomi mengerutkan kening ketika mendengar penggalian Anastasya kepadanya.

To be Continued

Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang