🍌[4B] Swapped Bag

642 46 2
                                    

Bab 4 Bagian B:
Swapped Bag

Bab 4 Bagian B:Swapped Bag

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

"Are you alone?" Suara bariton, yang sedikit serak di pendengaran Naomi.

Masih ditanya? Matanya buta apa, gimana? Batin Naomi yang sudah tahu siapa pemilik suara itu. Ia dengan malas memutar bola mata dan melirik ke arah si pria yang duduk di sampingnya.

"Harus banget, ya, gue jawab, Mas, Bang, Akang, Om?" Naomi memasang wajah datar.

Boas tidak tahu apakah di dunia ini ada orang sejutek dan sejudes ini selain mamanya di rumah, ternyata ada yang bisa mengalahkannya. Orang itu ada di sebelahnya.

"Whare are you go? Biar sekalian aja, mau?" tawar Boas, tetap bersikap baik  dan sabar. Ya, wajar jika Naomi sensi, ia membuat kesalahan yang tidak disengaja tadi. Walau jika dipikir-pikir lagi, tidak perlu dipermasalahkan lebih. Ya sudahlah, setiap orang berbeda-beda.

Naomi melirik dengan ekor mata, raut wajahnya berubah drastis. "Enggaklah. Gue dijemput, Om. Makasih Om, tapi saya masih sayang nyawa."

Baiklah. Tingkat kesabaran seorang Boas sudah terukur sampai dimana. Belum pernah ada seseorang yang memperlakukannya seperti ini. Jujur ini menyebalkan sekali dan menggores egonya sebagai pria. Apalagi di sini niatnya baik, namun terkesan seperti om-om pedofil gila yang haus akan kelamin dan siap untuk menculiknya. What the hell? Perempuan aneh.

"First of all. Your not my type. And, Second, saya cuma mau nawarin hal baik ke kamu, just like that. Last but not least, saya bukan suami Tante kamu. Sorry, karena menganggu kamu." Boas tidak memungkiri bahwa ia sedikit kesal dengan sikap Naomi yang ketus seperti ini.

Setelah itu, Boas bergegas dari sana. Dalam hati, ia bertanya umur Naomi. Mengapa ia lancang sekali berkata seperti itu kepada orang yang lebih tua darinya. Pikiran Boas benar-benar kesal. Namun demikian, ia tetap menepi di samping ruangan tunggu dan melihat Naomi dari kejauhan. Ia tidak sampai hati, dan entah mengapa ada rasa penasaran untuk terus melihatnya.

Hal-hal baru bersamaan dengan timbulnya ledakan perasaan baru dan aneh di dada pria berusia 34 tahun itu. Menarik dan menyebalkan. Aneh. Sudut bibir Boas terangkat, nampak seringaian halus di sana. Diam-diam, ia berharap mereka dipertemukan lagi. Kata orang, jika dua kali bertemu tanpa sengaja, dan dipertemukan lagi dipertemuan ketiga, maka itu adalah jodoh. Terdengar konyol dan naif untuk ukuran pria seperti Boas, tapi menyenangkan untuk dinantikan. Who know's? Just make it fun, like a candy.

Larut dalam dunianya, ketika Boas mengangkat kepala, ia melihat seorang gadis bertubuh mungil, wajahnya cantik, bagaikan boneka yang dibuat dengan porselen. Wajah gadis itu tidak asing di ingatan Boas, otaknya berkerja keras membuka ingatan lama dan satu kilas balik yang terlihat, gadis itu sahabat Belinda, sang sepupu manis dan kesayangan Boas yang akan segera menikah sebentar lagi.

Apa mungkin itu, perempuan si patah hati nan judes itu kakak dari sahabat Belinda? Jika dilihat memang lebih dewasa perempuan patah hati itu. Kemudian mata pria itu berpindah pada tas yang ada di tangan Perempuan patah hati, lalu turun ke tasnya sendiri. Tas mereka sama.

Boas melanjutkan perjalanan setelah kedua wanita itu berlaku dari balik pintu. Ia sendiri harus mencari taksi untuk pergi ke hotel di mana acara pernikahan akan dilangsungkan.

Jika dipikir-pikir, agak ribet juga jika tadi, andai kata si gadis patah hati itu menerima ajakannya untuk diantar. Boas menertawakan kekonyolannya. Tindakan impulsif yang jarang ia gunakan akhir-akhir ini. Menyenangkan.

To be continued

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang