Bab Dua Puluh, Bagian B:
Semakin Asing
•••••
Naomi membaringkan tubuhnya di ranjang. Seperti biasa, ia akan tidur sendiri dan Boas akan memilih untuk pergi ke kamar tamu. Naomi pun perlahan membiasakan diri dengan semua kehampaan di hati.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, tampaklah sosok tegap yang masih lengkap dengan setelan kerjanya, hanya saja, dua kancing teratas kameja-nya terbuka dan lengan panjang yang telah ditarik hingga sesiku. Sungguh makhluk hidup paling tampan.
Tidak ingin berlarut terlalu lama akan pesona Boas, yang kadang membuat Naomi iri--bisa-bisanya Boas tetap tampan di saat orang lain ketika pulang dari kantor berpenampilan kucel bagaikan disiram air got--dengan semua ketidakadilan ini.
Berusaha memejamkan mata, Naomi memerankan diri sebagimana mestinya. Ya sudahlah, mungkin ini memang sudah ditakdirkan. Naomi bisa apa? Ia juga kelelahan dengan drama rumah tangga. Mungkin dengan begini, alasan mereka bercerai semakin terlihat masuk akal, pun rasa sakit yang dialami Naomi tidak akan separah ketika hubungan mereka baik-baik saja.
“Kamu sakit?” Boas berdehem setelah bertanya. Pria itu membuka lemari pakaian sembari menunggu jawaban Naomi.
Naomi tercenung, apakah benar Boas sedang bertanya kepadanya? Atau ini hanyalah ilusi Naomi semata? Jika iya, dirinya hanya menghayal, maka sudah jelas Naomi tengah diserang penyakit patah hati stadium akhir.
“Ehem, kamu denger, kan?” seru Boas lagi.
Ah! Syukurlah. “Enggak Mas.”
“Terus katanya kamu pingsan kemarin?” satu alis Boas terangkat.
“Cuma kecapean aja, Mas.” Iya, entahlah, beberapa hari ini ia merasa pusing dan tubuhnya cepat lelah.
“Kamu tuh pucat dari kemarin. Kamu minum obatmu teratur kan? Sudah diganti kan dari insulin suntik ke oral?” kembali Boas menghela napas gusar. Ya, Tuhan. Boas ingin marah. Marah pada dirinya.
Boas marah karena dugaan yang terbentuk dalam otaknya sekarang, karena Anemia merupakan komplikasi paling sering terjadi pada pasien DM, khususnya jika disertai dengan nefropati atau gangguan renal. Anemia kronis menyebabkan hipoksia jaringan yang merupakan kunci dari diabetes menyebabkan kerusakan organ. Pada diabetes, maka penyakit diabetes dapat merusak pembuluh darah pada tubuh dan dapat menyebabkan gangguan ginjal dalam jangka waktu yang lama jika tidak dikontrol. Gangguan fungsi ginjal tersebut dapat menyebabkan terjadinya anemia.
“Aku minum, kok.” Naomi benar-benar tidak pernah bolos meminum obatnya. Cuma kemarin ia sempat bolong sehari karena ketiduran. Itu pun salah Boas, karena memikirkan pria itu sampai menangis seperti gadis patah hati tidak jelas.
“Kamu kapan terakhir kali kontrol sama dokter kamu?” Jiwa dokter Boas kembali berkoar-koar, terlebih dari itu, ia sangat peduli kepada Naomi sebagai seorang yang menyayangi wanita itu.
Naomi mulai kesal dengan rentetan pertanyaan Boas. Mendengus jengkel, ia menjawab, “Minggu depan, kayaknya.”
“Sama dokter siapa kamu?”
“Kenapa, sih? Memangnya ada apa? Langsung ke intinya aja.”
Boas menghela napas gusar. “Bisa dijawab aja, kalau ditanya?”
“Sama, bisa enggak dijawab aja kalau aku tanya ke Mas? Enggak usah kayak detektif yang lagi interogasi.” Naomi memang benar-benar keras kepala. Bagaimana caranya agar perempuan itu mengerti apa yang sedang Boas lakukan adalah sesuatu yang baik, bukan tengah mengajaknya berkelahi atau adu argumentasi seperti ini.
Tidak lagi memedulikan Naomi, Boas memutuskan untuk masuk ke kamar mandi. Lebih baik ia membersihkan diri dan juga menjernihkan pikirannya. Jika begini terus, emosi Boas bisa-bisa tersulut dan ia tidak mau hubungan mereka akan sangat memburuk ke depannya.
Urusan mengenai dokter siapa yang bertanggung jawab atas Naomi, akan Boas urus besok. Ia akan berusaha secepat mungkin agar Naomi bisa berkonsultasi dengan dokternya sendiri, yang mana lebih mengetahui tentang perkembangan Naomi daripada dirinya.
•••
Naomi menatap punggung Boas yang berbaring di sampingnya. Kata pria itu, hari ini ia akan tidur di kamar karena tidak mau membuat mama dan papanya curiga. Naomi pun tidak mempersalahkan di mana saja pria itu tidur, asalkan Boas nyaman.
“Mas Natan yang hamilin Odette. Mas udah tau?” Naomi memecahkan keheningan di antara mereka. Ia tahu, pria di sampingnya itu belum tidur, makanya Naomi memberanikan diri bertanya.
Sementara itu, Boas menegang dalam posisinya. Kerutan halus mulai muncul di kening. Pria itu kemudian bangkit dari posisi berbaring dan duduk menyandar pada tepi ranjang. “Bagaimana bisa?”
“Odette ke klub terus having sex sama Mas Natan. Terus, ya, gitu, Sex.”
Boas memijat pangkal hidung yang tiba-tiba berdenyut kencang. Ck. Sesempit itu, kah, dunia? Ingatkan Boas untuk bertemu dengan Natan besok, dan biarkan ia untuk memikul wajah pria itu sebagai rasa kekecewaan terhadap tindakan bejat Natan.
Ting!
Ponsel Naomi berdenting. Perempuan itu dengan cepat mengambil benda tersebut di atas nakas, lalu membuka isi pesan dari Jason.
Ada waktu kosong, besok?
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...