Bab Delapan Belas, Bagian A:
Siapa Dia?Naomi tidak tidur semalaman, walaupun dirinya telah berusaha melakukan beberapa cara seperti mendengar lullaby di YouTube dan memejamkan mata tanpa bergerak sedikit pun selama 30 menit. Ujung-ujungnya ia terjaga hingga matahari terbit dengan pikiran berkelana.
Naomi mendesah gusar, tubuhnya yang bersandar pada tepian ranjang terlihat tidak bersemangat sama sekali seperti hari-hari sebelumnya. Ia tahu kesalahannya, namun mengapa Boas sangat berlebihan? Dirinya tidak melakukan hal tidak-tidak di kelab malam. Ia juga tidak berminat menginjakkan kakinya ke tempat laknat itu jika bukan karena Odette.
"Sialan!" Monolog Naomi kesal pada Boas, dan juga dirinya sendiri.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok bermata elang yang tampaknya juga tidak bisa tertidur, semua terlihat jelas dari lingkaran hitam dan juga matanya yang dalam. Tidak ada senyum di wajah Boas, matanya pun enggan melihat Naomi. Alih-alih meliriknya sejenak, Boas berlagak seperti orang yang tidak melihat manusia lain di kamar itu.
Boas kemudian masuk ke kamar mandi bersama dengan membawa beberapa pakaian kerjanya. Ponsel pria itu diletakkan di atas meja rias sebelum benar-benar hilang dari pandangan Naomi.
Naomi menjatuhkan diri kembali ke atas kasur. Helaan demi helaan napas panjang tak hilang dari bibir Naomi. Ya, Tuhan. Ia tidak suka dengan perasaan ini, sangat menyakitkan. Kenapa pula Boas sangat marah dan memilih mengasingkan dirinya? Kalau ada masalah, ya langsung diselesaikan. Naomi tidak tahu isi kepala pria itu dan apa jawaban yang Boas inginkan jika pria beranak satu itu tak kunjung membuka mulutnya.
Sudah pasti, Naomi yakin hari-hari yang datang akan semakin berat kedepannya. Selamat datang Naomi, inilah neraka yang sebenarnya. Memikirkan hal itu, membuat Naomi menarik kasar rambutnya dan kembali mendengus ke arah kamar mandi.
Ding! Sebuah pesan singkat yang bersumber dari ponsel Boas di atas meja. Ding! Benda itu kembali bersuara dan disusul dengan panggilan. Karena penasaran, Naomi pun beranjak dari ranjang untuk melihat siapa yang menghubungi Boas sepagi ini, mungkin saja dari rumah sakit karena ada pasien dalam keadaan emergency.
Siska is Calling. Naomi seperti pernah mendengar nama Siska, tapi dimana? Perempuan itu mengerutkan kening sambil mengingat-ingat kembali kenangan-kenangan lama. Panggilan berakhir. Naomi kembali mengerutkan kening ketika si Siska ternyata mengirimkan 10 pesan baru. Naomi mendekatkan wajahnya ke arah layar ponsel Boas untuk membaca isi pesan Siska di pop up layar ponsel.
Siska:
Kita harus ketemu, Boas.
I miss you.
Aku tahu, kamu masih sama seperti dulu.
Masalah kita harus diselesaikan.
Kamu enggak lupa kan sana janji kita dulu?
Aku mohon segera angkat teleponku jika kau membaca pesan ini.Ting! Pesan baru.
Siska:
Kamu tau, aku masih cinta sama kamu!
Kamu udah janji kita bakal lanjutin hubungan ini, kan? Keluarga kecil kita.Sial. Nyeri di dadanya tiba-tiba muncul lagi. Sesak sekali, jenis perasaan yang mampu membuat Naomi berkaca-kaca tanpa alasan yang jelas. Intinya sakit sekali, seperti ada ribuan jarum menusuk jantungnya. Perih, pedih sekali.
Naomi seketika teringat akan beberapa bulan lalu, ketika ia dan teman-teman Boas makan bersama di mall. Ah, jadi ini Siska yang sempat Daniel bicarakan? Siapa dia? Apakah Siska ini kekasih Boas yang disembunyikan? Atau mantan pria itu? Naomi mengigit gelisah bibirnya ketika sebuah cabang pikiran baru terlintas di kepalanya, apa jangan-jangan, Siska adalah mamanya Anastasya?
Naomi segera kembali ke ranjang ketika menyadari bahwa pintu kamar mandi akan dibuka. Menarik napas dalam-dalam, Naomi berusaha menetralkan perasaannya yang tidak baik-baik saja. Melihat wajah Boas yang tampak segar sekarang, dan teringat akan pesan yang dibacanya tadi--beserta semua asumsi yang memenuhi kepalanya--dada Naomi bergetar hebat. Nyeri sekali. Perempuan itu memilih untuk memutuskan pandangan dan fokus pada ponselnya sendiri.
Demi Tuhan, jika Naomi bisa ber-teleportasi ke dunia lain, maka hal itu yang akan ia lakukan saat ini.
Sebuah pesan singkat masuk. Kali ini getaran itu bukan berasal dari ponsel Boas melainkan dawai Naomi. Membuka DM Instagram yang masuk. Naomi berkedip beberapa kali ketika sebuah akun centang biru dengan pengikut lebih dari 2 juta sedang mengirimkan pesan padanya.
JasonJ:
Salam kenal, Naomi.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...