Bab Sembilan, Bagian A:
Happy Birthday, Anastasya!•••••
“Demi apa?” Odette melebarkan mata sipitnya dengan bibir yang terbuka lebar setelah mendengar penuturan Naomi bahwa ia akan menikah dengan pria itu.
Belinda yang sedang berbaring di sofa kamar hotel pun tidak berbeda dengan Odette. “Gila, sih. Mas Boas gercep banget!”
“Huh?” Naomi menyipitkan matanya.
Belinda bangkit dari posisi berbaring. “Enggak, waktu itu Mas Boas nanyain lo ke gue, kirainnya, ya, enggak serius gitu nanyanya. Padahal, enggak dong, sat set sat set jadi kakak ipar gue. Gila sih.”
“Hmm.” Naomi berbaring di tempat tidur, tidak terlalu begitu tertarik membahas percakapan ini lebih lanjut.
Belinda ikut berpindah di samping Naomi. “But, are you okay?” Entah Naomi yang terlalu nampak menunjukkan ketidaknyamanannya atau Belinda yang terlalu peka.
Naomi tersenyum lebar, ia mengangguk. “Agak aneh, tapi gue happy so far, sih.” Naomi jujur, sejauh ini, Boas manusia tersabar yang ia temui. Sangat langkah.
“Tapi kalian mendadak banget, enggak terjadi apa-apa, kan?”
Naomi memang belum menceritakan masalah yang sebenarnya terjadi kepada kedua sahabatnya itu. Ia hanya tidak ingin merusak hari bahagia ini dengan masalah yang ia buat. Juga dari pihak keluarga Belinda sama sekali tidak memberitahukan masalah tersebut, lebih tepatnya mereka tidak mau masalah tersebut tersebar luas dan menjadi gosip tidak jelas yang akan menganggu nama baik keluarga besar mereka.
“Enggak, kok.”
“Gue tunggu kamu cerita, ya? Jangan lama-lama disembunyiin!” Odette berseru lirih, yang diangguki oleh Belinda.
“Thanks my honey bunny sweety.” Naomi merentangkan kedua tangannya, memeluk kedua sahabat yang selalu menemani dirinya.
Odette mengernyit geli. “Enggak cocok sama lo, balik aja kek Naomi pada umumnya.”
Lantas, perkataan Odette mengundang gelak tawa di antara mereka bertiga. Dimana lagi Naomi menemukan sahabat sebaik mereka? Yang selalu ada, dan melihatnya tanpa memandang status sosial dan masa lalunya yang selalu berbuat onar di sekolah.
“Kamu ingat enggak sih, dulu, pas kamu hajar si cabe-cabean di sekolah buat bantuin aku?” Belinda kemudian berseru, membangkitkan ingatan masa lalu.
Odette tertawa terbahak-bahak setelah mendengar itu. “Parah sih, setelah itu, sih cabe nggak pernah datangi Linda lagi.”
“Iyalah, orang waras mana yang mau ngelawan cewek sabuk hitam taekwondo, hmm?” sahut Belinda.
“Duh, gue alergi ingat masa lalu, seriusan.” Naomi melirik kesal Belinda dan Odette secara bergantian.
Odette berdecak. “Lo tuh keren banget tau! Enggak tau aja banyak cowok yang ngincar lo tapi kamunya lagi cosplay jadi kulkas dua pintu. Ya Allah, enggak nyangka lho, teman gue yang jutek ini bakal nikah sama sepupu Belinda.”
“Apa, sih?” Naomi risih sendiri, ia malu.
“Ciee, yang malu!”
“Hih, diemmm!”
“Ahaha. Odette! Lo ingat enggak sama Rehan? Mantan lo yang reseh itu? Ditonjok sampe hidungnya berdarah, besok-besok kapok dia.”
“Itu, sih, parah banget, kasian sih gue sama dia tapi biarin lah, lagian jengkel banget! Dia tuh, astaga naga!” Odette bercerita dengan semangat.
“Ya Allah, nggak usah diingat lagi kenapa, sih?” Naomi mendengus sebal.
Belinda kemudian teringat sesuatu. “Lo datang, kan, ke acara ulang tahun Anastasya?”
Naomi mengangguk pelan. “Pasti, kok.”
“Cieee..., Calon istri pak dokter!”
“Eh?” Naomi mengedip mata berkali-kali. Apa dirinya salah dengar?
Belinda kini menyipitkan mata. “Lo enggak tau, Mas Boas dokter spesialis Bedah?”
Seketika Naomi tersendat Saliva sendiri. Apa yang waktu itu ia ucapkan? Menikahi duda kaya raya? Dokter? Di hadapan Boas? What the hell? Naomi tertawa miris di dalam hatinya. Good job, Naomi, cita-citanya tercapai dalam satu malam. Luar biasa miris? Atau beruntung?
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...