🥔 [14A] Mamanya Anastasya

593 43 1
                                    

Bab Empat Belas, Bagian A:
Mamanya Anastasya

•••••

“Gimana malam malam kalian? Panas, lengket, penuh nikmat enggak?” tanya Odette, menggerlip nakal. Perempuan itu tengah berbaring di sofa ruang tamu. “Keknya makin seger aja lo, bahagia banget after kawin. Gue kira bakal tertekan gitu dikawin sama om-om.”

“Seom-omnya Mas Boas, lebih om abang-abang gue, Lah.” Naomi menyahut sambil memasukkan cemilan singkong balado ke dalam mulutnya. “Enggak buruk-buruk banget, sih. Lumayan.” Lanjut Naomi, mencoba meyakinkan sahabatnya itu jika ia dan bias telah melakukan hubungan suami istri.

“Abang gue mah, hot gitu dibilangin om-om, masih muda tau. Yang jelas pasti kuat di ranjang kan?” Celetuk Belinda melirik Naomi yang bingung harus berbuat apa, alhasil ia hanya tawa kering.

Saat ini Tasya sedang tidur siang di atas, sedangkan ibu mertuanya tengah pergi ke rumah sahabatnya untuk melakukan arisan. Alhasil, Odette dan Belinda diminta datang menemani Naomi yang mulai merasa bosan.

Kembali ketiga serangkai itu memperhatikan layar televisi yang menayangkan film di Netflix dengan serius.

“Sumpah, deh, nikmat banget, kan? Laki gue sampai sekarang masih minta terus setiap malam,” Belinda kembali bersuara, mengungkit pembahasan tadi. Pandangan perempuan itu menerawang jauh, membayangkan malam-malam panjang dan panas bersama suami.

Naomi mengangguk kaku. “Ya udalah, jangan dibahas di depan anak perawan, nanti penasaran.” Ingin rasanya Naomi menenggelamkan diri usai berbicara seperti itu. Ucapannya itu seperti membicarakan diri sendiri dibandingkan Odette yang cemberut.

“Gue juga udah pernah ngerasain kali, ya, enggak sengaja juga waktu itu pas kebablasan di Pub.” Pengakuan Odette tanpa dosa.

Belinda bangkit dari duduknya. “Anjir! Sama siapa? Kapan? Kok baru cerita, sih?” rentetan pertanyaan Belinda tidak berbeda jauh dengan apa yang Naomi pikirkan.

“Enggak tau orangnya siapa, ketemuan di sana, mabuk bareng, eh dibawa ke hotel, having sex, terus paginya gue cabut, karna gue panik banget, enggak bisa. Satu bulan lalu kalau enggak salah. Deket-deket hari pernikahan Naomi sama Mas Boas,” jelas Odette sembari mengusap wajah gusar. Ada kegelisahan di sana.

Menyadari kegelisahan itu, Naomi angkat suara. “Itu cowok brengsek Pake pengaman enggak?”

Odette menghela napas panjang sambil menggeleng lemah. “Gue enggak tau, gue nggak sadar waktu itu. Gue bener-bener teler.” Odette memberi jeda sebentar sebelum kembali bersuara. “Dan gue udah telat satu Minggu.”

“Huh?”

“Odette!”

“Maaf, guys.” Ucap Odette penuh penyesalan.

“Kasih tau gue, siapa orangnya, kita ke sana, gue hajar biar bengkok burungnya!” Belinda benar-benar darah tinggi sekarang. “Ah, Odette, pengen gue tenggelemin Lo ke rawa-rawa!”

••••

“Tasya mau ikut mama jalan-jalan ke taman enggak?” tawar Naomi ketika hari sudah menjelang sore, dan cuaca yang cocok untuk berjalan santai ke taman.

Teman-teman perempuan itu sudah pulang sejak dua jam yang lalu. Naomi masih kesal dengan kebodohan Odette yang bisa-bisanya tidur dengan pria random. Ingin rasanya ia mencari si pria tersebut dan menghajarnya dengan berbagai tendangan jurus taekwondo yang diketahuinya.

“Ayok, Ma!” seru Tasya, menarik kembali konsentrasi Naomi.

Naomi Merapi sedikit rambut Tasya yang berantakan. “Udah cantik, ayok.”

Sepanjang perjalanan itu, banyak pasangan mata yang melihat Naomi dan Tasya. Sempat terdengar sedikit bisik-bisik yang menyebutkan kalau dirinya adalah istri Boas dan mama dari Tasya. Hal lumrah yang sering dilakukan ibu-ibu di Negera Konoha ini dibandingkan mengurusi hal-hal penting.

“Kamu mau main perosotan atau ayunan? Biar mama temani,” tawar Naomi ketika memasuki taman yang lumayan didatangi anak-anak bersama orang tua yang dominan ibu-ibu.

Tasya menunduk ke ayunan. “Itu aja, bunda. Makasih bunda.”

Melihat senyum lebar Tasya yang tulus itu, membuat hati Naomi bergetar, kehangatan dan kebahagiaan timbul di hatinya.

“Jangan sungkan minta apa aja sama mama. Kalau mau main, bilang, kalau mau makan sesuatu kasih tau mama, kalau ada masalah cerita ke mama. Mama selalu ada buat Tasya, kapanpun Tasya mau. Okay?”

Tasya memeluk tubuh Naomi erat. “Tasya sayang mama. Makasih mama! Mama jangan jauh-jauh dari Tasya dan papa lagi, ya. Tasya sayang mama!”

“Iya sayang, apapun yang terjadi, mama akan tetap menjadi mamanya Anastasya. Tasya harus ingat itu baik-baik.”

Setelah itu, Naomi mengayunkan ayunan pelan-pelan, sesekali ia sengaja mengencangkan dorongan hingga membuat sang anak memekik ketakutan, lalu disusul dengan tawa lebar penuh kebahagiaan.

Melihat itu, Naomi teringat masa kecilnya dulu yang tidak terlalu mengenakan. Hidupnya terlalu pahit, dan mungkin karena itu, ia tidak mau Tasya merasakan hal yang sama. Aneh, tapi ia tidak mau hal itu sampai terjadi.

To be continued

Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang