Bab 2 Bagian B:
Pemilik Sapu Tangan“Takdir akan menunjukkan jalan, tinggal menunggu waktu saja.”
••••
Setelah dokumen persyaratan terbang Naomi dari paspor, visa, dan lainnya diperiksa oleh petugas bandara saat check-in. Maka, di sinilah ia berada, di dalam pesawat, di kelas ekonomi.
Gugup rasanya, karena ini pertama kali bagi Naomi untuk memasuki pesawat. Banyak hal tidak ia ketahui, namun sehari sebelum berangkat ia memang sudah membaca dan menonton YT orang-orang bagaimana caranya menaiki pesawat, apalagi ini bukan domestik, melainkan internasional. Pasti lebih ribet, dan ternyata memang benar.
Hidup di keluarga pas-pasan, bapak pegawai negeri yang mengandalkan BPJS sebagai asuransi kesehatan, ditambah ketiga kakak laki-laki yang semuanya telah berkeluarga dan memiliki pendapatan pas-pasan untuk keluarga mereka rasanya cukup berat jika Naomi membuang uang untuk pergi ke Paris, tapi kali ini, karena ditarik sang sahabat, maka tidak ada salahnya ia ikut, sekalian refreshing dari masalah hidup yang berat dan mantan toxic yang masih memenuhi kepala gadis itu.
Naomi membawa satu tas berwarna merah pemberian Belinda tahun lalu yang ia masukkan ke bagasi, Isinya peralatan make up, dan pakaian yang akan dipakai di Paris. Hemat tetaplah pilihan nomor satu yang akan Naomi lakukan mati-matian. Sedangkan backpack di punggungnya tetap ia bawa di atas cabin.
Menolehkan kepala ke samping, Naomi mengerutkan mata dibalik kacamata anti radiasinya ketika seorang pria berpakaian santai, kaos hitam, dan celana selutut. Tatto pria itu semakin terlihat, sangat banyak. Wajah pria itu tidak asing, pernah dilihat di mana, ya?
Ah. Orang itu, pemilik sapu tangan, si sialan itu. Naomi membuang wajah ke sembarang arah, perlahan ia melepaskan ikatan rambut dan menutupi wajahnya.
Kenapa mereka harus bertemu lagi? Naomi berharap pria itu tidak mengenalinya. Pasti. Karena Naomi yang sekarang sangat berbeda dengan Naomi satu Minggu yang lalu. Dulu ia berdandan lama hanya untuk membuat Benjamin senang, tapi sekarang, tidak ada alasan ia harus cantik, lebih tepatnya ia memang malas untuk merias diri karena telat bangun, bahkan ia tidak mandi, hanya mencuci muka dan menyikat gigi. Entah wajahnya seperti apa sekarang.
Beberapa saat, setelah pesawat take off, Naomi memutuskan untuk tidur saja sebelum mereka harus transit lagi di Jeddah selama dua jam.
Ada yang kurang. Naomi mengubah posisi tidurnya beberapa kali. Ia tidak bisa tidur tanpa bantal guling. Merasa kesal, ia berniat mengambil Thunderhead oleh Neal Shusterman di dalam tas, akan tetapi tasnya berada di kabin.
Meskipun malas gerak, Naomi tetap bangkit demi buku tersebut. Ia menurunkan tas dengan hati-hati supaya pria di sampingnya itu tidak terganggu, melihat diri Naomi, dan lebih parah lagi mengenalinya. Hell, No!
Akan tetapi, ukuran tas Naomi yang bisa dikatakan lumayan besar itu kesulitan dikeluarkan, maka dengan satu hentakan kasar ia mengeluarkannya.
Got it! Benda itu keluar, namun sedetik kemudian Naomi melebarkan mata dengan pekikan kasar ketika keseimbangannya menghilang.
Tas hitam Naomi tergeletak di lantai, sedangkan tubuh wanita itu mendarat tepat di atas pangkuan seseorang. Yes, him.
"So-sorry." Buru-buru Naomi bangkit dari sana tanpa melihat wajah si pria. Jangan banyangkan adegan tatap-tatapan seperti sinetron aca aca nehi nehi, karena demi Anya Forger yang imut, kesayangan Naomi, ia malu setengah mati. Rasa-rasanya ia ingin tenggelam saja saat ini di all blue.
Dua orang pramugari cantik berjalan ke arah Naomi dengan tatapan khawatir. "Are you okay, Miss?"
"Oh ..., I'm so sorry. I'm okay. I'm just wanna take my books on my bag."
Seorang pramugari mengambil tas Naomi. "This is your seat, Miss?"
"Yeah. Thanks."
"I'll help you put the bag back in the cabin." Pramugari yang lebih tinggi menimpali.
Setelah itu, Naomi mengeluarkan buku dan memberikan tasnya kepada pramugari tersebut. Tidak lupa mengucap terima kasih.
Semetara itu, si pria tengah menebak-nebak wajah Naomi. Sepertinya ia pernah berjumpa dengan perempuan itu sebelumnya. Tapi dimana? Kerutan mata itu semakin jelas ketika mereka tanpa sengaja saling bertatapan.
Mampus, batin Naomi, mengalihkan pandangan.
To be Continued
A.n:
Sejauh ini apa kalian ngerasa bosan? Btw jangan vote dan komen. Makasih, ya! —your rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...