Bab Dua Belas, Bagian B:
Officely Married!••••
“Hadiah ekstra untuk kalian berdua.” Belinda tersenyum penuh arti. Dari tatapannya saja sudah terbaca apa maksudnya.
Boas mengangguk kaku. “Firasat mas enggak enak, nih. Btw, thanks.”
“Enggak aneh, kok, Mas. Seriusan, malah seharusnya benda ini ada, biar makin hot malamnya.” Belinda tertawa lepas melihat ekspresi datar kakak sepupunya sendiri. Belinda berani taruhan, Boas sedang malu sekarang. “Yaudah, Mas. Aku cabut dulu, ya. My husband lagi nunggu.”
“Hati-hati, Bel.”
Selepas itu, Boas meletakkan kado tersebut di atas ranjang. “Bukanya sekarang?”
“Gue yang buka aja kali, Om?” tanya Naomi ragu.
“Buka aja, sini.”
Naomi mendekat. Dalam hati perempuan itu, ia menebak-nebak apa isi kado dari sahabatnya itu. Jika dulu, saat ia berulang tahun, hadiahnya selalu benda-benda kosmetik mahal yang tidak sanggup hati Naomi membelinya karena terlalu mahal di kantong. Mungkin saja, kadonya kosmetik juga.
Naomi duduk di samping Boas dan mengambil hadiah darinya. Perlahan jari-jari Naomi yang mungil membuka setiap lapisan penghalang hingga tampaklah sebuah benda berwarna merah dan hitam. Bersama kening yang mengernyit bingung, Naomi mengangkat benda tersebut.
Seketika rona merah bermunculan di wajah, leher hingga telinganya. Demi Apapun. isi hadiah tersebut adalah Lingerie seksi yang sungguh membuat Naomi jijik melihatnya, apalagi berpikir untuk memakai benda tersebut.
“Hih! Belinda!” Naomi segera memasukkan kembali benda tersebut ke dalam bungkusnya.
Menoleh ke samping, Boas yang juga menatap benda yang sama dengan Naomi tidak berekspresi apa-apa. Wajahnya datar seperti meja setrika. Respon Boas yang seperti itu menambah rasa malu kepada Naomi.
Meletakkan benda itu kembali di atas ranjang, Naomi memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Demi Tuhan, ia malu setengah mati. Naomi mengguyur tubuh dengan air hangat, membasahi kepala hingga kakinya. Berbohong jika ia tidak gugup atau tenang saja di samping Boas, apalagi disatukan dalam kamar yang sama. Degup jantung perempuan itu sejak tadi menggebu-gebu.
Kemana perginya Naomi yang cuek jika berada di dekat cowok paling ganteng sekali pun?
Pintu kamar mandi diketuk dari luar. Disusul dengan suara. “Kamu mau makan apa?”
Naomi mematikan shower. Saking sibuknya dengan hari ini, ia sampai lupa belum makan, bahkan lapar pun tidak terasa. “Ubi, bayam, ayam panggang sama apel boleh enggak, Om?”
“Okey.”
Tidak ada suara lagi setelah itu selain Naomi yang kembali berkutat dengan shower dan peralatan mandi. Setelah beres, sekarang Naomi harus mengumpat kasar akibat kebodohannya sendiri.
Naomi lupa membawa pakaiannya. Satu-satunya benda yang bisa ia pakai keluar dari ruangan kubus ini adalah handuk kimono putih yang berukuran besar. God Job Naomi, batin perempuan itu.
Menguatkan tekad dan keyakinan. Naomi berjalan keluar dengan hati-hati, berharap pria itu ketiduran. Namun apalah daya, Boas sedang duduk di kursi sofa sambil memegang ponselnya, entah apa yang dibacanya sampai seserius itu.
Boas mengangkat kepala sejenak. Melihat Naomi dalam balutan handuk kimono, ada yang menggelitik di hati, aneh tapi menyenangkan. Senyum samar terpancar di wajahnya ketika melihat gelagat Naomi yang salah tingkah.
“Kamu biasanya makan jam berapa setiap hari?” tanya Boas, teringat akan pentingnya ia untuk mengetahui jadwal makan istrinya itu.
Naomi yang sedang membuka koper dan mencari-cari pakaian yang pas pun menoleh. “Kadang enggak menentu, Om. Suka kelupaan.”
“Besok-besok jangan lagi, ya, enggak baik buat kamu. Atur aja jadwalnya, walaupun enggak lapar, makan aja.” Boas seketika menasehati Naomi. Pasalnya, kesalahan suntik insulin yang sepele juga ketika waktu makan tidak terjadwal.
Ketika tidak merasa lapar, seringnya orang malas untuk makan dan menggeser-geser waktu makannya. Bagi orang seperti Naomi yang melakukan suntik insulin, ini merupakan kesalahan yang cukup berbahaya. Pengguna insulin injeksi sebaiknya tetap mengikuti jadwal makan reguler yang rutin. Pasalnya, ketika waktu makan berubah maka keseimbangan gula dalam darah pun berubah.
Naomi hanya mengangguk dan kemudian kembali ke kamar mandi.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty and the Doctor (Senin & Rabu)
Romance"Kalau kamu enggak mau serius sama saya, bilang dari awal Naomi. Jangan buat saya jadi seperti ini." Itulah kalimat terpanjang yang Boas ucapkan. "Hal yang paling bikin aku kecewa adalah, kita sama-sama belum dewasa dalam pernikahan ini." -Naomi. ...