pembuka

969 203 515
                                    

;- ini hanyalah sepenggal kisah dari mereka yang tidak pandai dalam hal merangkai kata -;_____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- ini hanyalah sepenggal kisah dari mereka yang tidak pandai dalam hal merangkai kata -;
_____

Ramaikan disetiap paragraf nya ya bestie!!❤
_____

"Gabi sayang, maaf ya, aku beneran lupa kalo harus jemput kamu," ucap pemuda itu dengan menatap sendu gadis cantik didepannya. Tangannya bergerak meraih jari-jemari sang gadis namun ditepis dengan bengis. Upayanya mengenggam telapak tangan mungil itu gagal sebab sang pemilik menolak niatnya.

"Bilang aja lo lupa kalo punya pacar!"

"Enggak sayang, gak gitu, serius aku lupa kalo harus jemput kamu di ... bar ini," kata 'bar' seakan sulit untuk ia ucapkan. Bagaimana tidak, ia merasa sangat hancur ketika melihat gadisnya dengan pakaian minim keluar dari bar tepat di jam satu malam.

"Bacot! Anterin gue ke apartnya Raden!" Gabi berjalan sempoyongan menuju tempat parkir.

"K-kok ke apart Raden? Bukannya pulang ke rumah?" pertanyaan yang keluar dari mulutnya menghentikan langkah gadis berambut panjang itu, kini Gabi menatapnya dengan arogan.

"Gila lo? Yang ada gue bisa habis dihajar bokap gue, Gema!"

Gema menghela napas dengan berat, hatinya terluka ketika mendengar nama Raden disebutkan. Bagaimana tidak sakit jika kekasih hatinya justru memilih untuk pergi ke apart teman lelakinya guna menghindari amukan sang ayah?

"Ayo, cepet! Keburu pagi!"

Gema menyunggingkan senyum pedih sekilas sebelum menghampiri Gabi. "Iya ayo," ucapnya sembari mengikatkan jaket yang sebelumnya ia kenakan pada pinggang Gabi, berusaha menutupi rok pendek nan ketat yang Gabi kenakan saat ini.

Dia selalu kalah atas apa yang diinginkan gadisnya, menuruti tanpa berani lagi membantah, seakan Gabi adalah pemegang kendali dalam hubungan mereka membuat Gema berakhir dengan mengiyakan segala perintah yang Gabi utarakan.

"Lo bawa motor?"

"iya, aku kan cuma punya ini," jawabnya sembari memasangkan helm ke kepala Gabi.

"Cih! Dasar miskin, gak kayak Raden," ucapan Gabi baru saja melukai perasaan Gema membuat pemuda itu menghela napas panjang.

Tenang Gem, dia lagi gak sadar, bukan Gabi yang niat bilang kayak gitu. Batinnya berusaha mengembalikan percaya diri yang hampir hilang akibat ucapan yang baru saja didengar.

"Naik, keburu pagi."

Satu kalimat terakhir sebelum akhirnya mereka berdua menembus dingin malam diatas motor yang Gema kendarai dan dibawah sinar rembulan yang tampak meredup dimakan awan.

Permalam ini Gema benar-benar menyadari betapa terasa perbedaan status ekonomi yang dihadapi dengan sang gadis.

Tidak seharusnya si kaya menjadi milik si miskin ini, itu tidak imbang, mereka berada di level yang berbeda. Tapi perasaannya memaksa ia untuk tetap berada dalam lingkaran yang semakin lama semakin mengikis harga dirinya.

Gema kalah terhadap perasannya, ingin rasanya menyerah. Tapi, diatas nama cinta dia memilih diam dan menyimpan semua dukanya sendiri, ia tata dengan rapi berbalut kasih yang membuatnya tak memiliki harga diri.

_____

Tapi ini bukan hanya tentang Gema dan Gabi.

Hallo, selamat menikmati hasil karya gabutku ini...

Ini murni pemikiran ku ya, jika ada kesamaan nama, kejadian, ataupun karakter di dalam cerita ini jelas bukan karena unsur kesengajaan...

Jika ada kritik dan saran bisa langsung di komen atau lewat DM aja biar lebih private hehe, soalnya masih banyak kurangnya, jadi mohon bantuannya ya...

Buat yang sudah mau mampir memberi komentar dan vote terimakasih banyak yaa!

Yang belum vote, ayo di vote, gratis kok, gak bayar tenang ajaaa wkwk...

Cukup sekian, terima haechan sebagai calon imam.


Tertanda, Rae.

- 23, Ferbuari 2023 -

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang