bagian 6

248 157 541
                                    

;- pada bagian ini, kita hanya diminta untuk menertawakan takdir -;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- pada bagian ini, kita hanya diminta untuk menertawakan takdir -;

_____

Ramaikan disetiap paragrafnya ya bestie!!❤
_____

"Putusin cowok kampung lo itu," ucap pemuda itu sembari menyetir di dalam mobilnya dengan tenang.

"Belom waktunya."

"Putusin dia atau gue bongkar semua kelakuan busuk lo!"

"Raden!" Gabi mendelik kaget mendengar yang diucapkan pemuda bernama Raden itu.

"Ya makanya putusin! Gak kasihan lo liat gue dihajar Nizar begini?" katanya dengan meringis merasakan ujung bibirnya yang masih terasa perih.

Gabi terdiam. Rasanya mengakhiri hubungan dengan Gema bukanlah hal yang mudah meskipun dia tau bahwa bisa saja detik ini dia melakukan hal tersbut. Tanpa disuruh oleh Raden pun Gabi akan melakukannya. Namun, tidak sekarang. Gabi masih butuh Gema dalam beberapa hal. Terlebih sebagai tempatnya melepas lelah.

"Nanti, gue pasti putusin dia. Tapi nanti, Raden," katanya dengan menatap keluar jendela, memperhatikan tiap kendaraan yang mereka lewati.

Raden hanya mendengus dan memukul setir mobil berkali-kali. Hubungan yang hampir setengah tahun dia jalani dengan Gabi tidak bisa berakhir sia-sia. Bagaimanapun juga dia harus menyingkirkan Gema. Karena kalau dia tidak bisa mendapatkan Gabi maka Gema pun tidak boleh. Obsesinya pada Gabi memang tidak bisa lagi dibendung.

"Lo mau mati bareng gue atau Gema mati sendiri?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Raden membuat Gabi menatapnya dengan tajam.

Gadis itu menggeleng. "Jangan main-main, Raden!"

Raden hanya tersenyum miring mendengarnya. Pantang baginya untuk bermain-main pada apa yang ia ucapkan. Seperti halnya janji yang harus selalu ditepati, pun dengan apa yang ia ucapkan bagaikan sesuatu yang benar-benar akan terjadi.

"Lo pernah lihat gue main-main atas apa yang gue ucapkan, Gab?"

Gabi terlihat diam mencerna apa yang baru saja diucapkan laki-laki itu. Sedetik kemudian mobil yang diketahui baru saja Raden beli dalam beberapa minggu terakhir melaju dengan cepat, membelah padat kota Jakarta membuat Gabi memegang seatbeltnya dengan erat.

"Gua gak pernah main-main, Gabi!" teriak Raden disertai seringai yang cukup mengerikan.

"Jangan gila, bajingan!" Dengan menahan takut Gabi berusaha meraih setir kemudi.

Terjadi perebutan disana, membuat mobil yang kini melaju kencang di jalanan justru menjadi semakin tidak terkendali. Bergerak ke kiri dan kanan tak beraturan, sangat membahayakan bagi pengguna jalan lainnya.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang