bagian 25

128 37 127
                                    


;- lantas hal buruk apalagi yang harus ku hadapi? -;

_____


Gema mengobrak-abrik lemari bajunya, mencari sesuatu dari saku celana hitam yang bertumpuk di dalam sana. Pemuda ini memang lebih menyukai celana dengan warna gelap dibanding warna lain, katanya biar kaki jenjang bak model fashion week miliknya bisa lebih terekspos.

Tapi sekarang bukan saatnya untuk menyombongkan diri, Gema mengeluarkan celana dari dalam lemarinya, membawa tumpukan itu diatas kasur yang berada tak jauh dari sana.

Diatas kasur dia terduduk dengan menatap sekeliling kamarnya yang kini bagaikan kapal pecah. "Sial! Kenapa bisa hilang fotonya," gumamnya pada diri sendiri. Tangannya sesekali menjambak rambut dengan frustasi.

"Kalo Jesslyn tau bisa habis gue," katanya dengan kembali memerikas satu per satu saku celana hitam yang ada disana.

Tok...

Tok...

Tok...

Pintu kamarnya terketuk, tak seberapa lama menampilkan sosok wanita paruh baya cantik yang berdiri didepan sana dengan senyum yang menawan. Gema selalu menyukainya, guratan keriput disertai garis senyum terlihat pada wajah yang bercahaya. Namun sayangnya, ini bukanlah waktu yang pas untuk mengagumi indah sorot mata menenangkan milik ibunda.

"Astaghfirullah Gema! Kenapa diberantakin isi lemarinya, Ya Allah, gusti." Arinda beranjak memasuki kamar Gema yang terlihat masih berantakan, dengan bergegas dia mengambil satu persatu baju yang berserakan dilantai kamar.

"A-anu bun ...,"

"Anu kenapa? Anu, anu, ngomong yang jelas." Arinda terduduk disamping Gema, memperhatikan wajah anak semata wayangnya.

"Gema lagi cari sesuatu bun," jawab Gema yang kembali terfokus pada barang yang ada didepannya.

"Cari apa? Biar Ibun bantu."

"Eh, anu enggak deh bun, biar Gema cari sendiri aja."

"Anu, anu, anu mulu kamu mah, kenapa atuh? Biasanya juga Ibun bantu cari langsung ketemu."

Gema termenung sejenak. Memang benar faktanya, bahwa Ibun adalah pahlawannya yang selalu siap sedia membantu Gema menemukan barang-barang yang hilang entah kemana, tapi ini konteksnya sedikit berbeda, barang ini bersifat privasi dan tidak boleh ada yang tau, termasuk jika orang itu adalah Ibun.

"Eh gak apa-apa bun, ini udah ketemu."

Gema mengacungkan buntalan uang dua ribuan yang terlihat lusuh dari balik saku jeans nya. Kebiasaan lain yang selalu Gema lakukan adalah menyimpan beberapa uang pada saku celana hingga tak berbentuk, katanya buat jaga-jaga kalo udah gak ada uang lagi, padahal aslinya dia lupa kalo uang jajannya masih tersisa.

"Cuman uang dua ribu?" tanya Arinda dengan kening berkerut. "Kamu obrak-abrik kamar hanya karena uang dua ribu itu, Gema?"

Gema menanggung dengan semangat, berusaha meyakinkan bahwa memang ini yang dia cari. "Betul sekali, dua ribu rupiah untuk ibunda tercinta," katanya dengan memberikan uang itu kepada Arinda.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang