;- baru reda, tolong jangan lagi -;
_____
Kinar merasakan kram dan kaku sekujur tubuh. Goresan rotan kayu pada bagian tangan dan kakinya tidak bisa terelakan. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri diatas kasur yang basah oleh keringat dan juga tetesan darah.
Rintihan kecil masih sering terdengar, tidak dapat dipungkiri bahwa dirinya merasa sangat kesakitan.
Semalam, selepas Gema berlalu, Linda menghadang sang putri tepat didepan pintu masuk dengan rotan ditangannya.
Wanita paruh baya itu menarik kerah baju Kinar, membawa anak bungsunya memasuki rumah. Menghempaskan badan kecil Kinar hingga kepalanya terbentur salah satu meja yang ada disudut ruangan.
"TUGAS KAMU ITU JAGA REYHAN! BUKAN KELUYURAN SENDIRIAN!!" bentaknya penuh emosi.
Kinar meringkuk disamping meja. Napasnya terasa berat untuk dihembuskan pun dengan rintihan yang sulit sekali dia tahan.
Tangan Linda bergerak terangkat, memukulkan rotan dengan ukuran panjang dan lumayan besar, menghentakan pada tiap bagian badan Kinar. Sedang Kinar berusaha melindungi kepalanya dari hantaman sang mama. Mengakibatkan tangannya penuh bekas luka dan juga memar.
"Ma! Sudah gila kamu?!" bentak Tama yang baru datang dari dalam kamarnya.
Pria paruh baya itu meraih pergelangan tangan istrinya, mencengkalnya agar tidak lagi menyakiti Kinar, sementara Linda masih menatap Kinar dengan bengis, emosinya masih menggebu, meminta untuk dikeluarkan.
"LEPAS, PA!! LEPAS!" teriaknya berontak, dia masih berusaha menghajar Kinar yang kini telah lemas tak berdaya, tak lagi memiliki tenaga meski hanya untuk menatap mata yang masih menyalang merah.
"Kamu bisa bunuh Kinar kalo seperti ini, Ma!"
"Biar! Biar dia merasakan sakitnya menjadi Reyhan, Pa!"
"Jangan gila, Linda!" Tama meraih rotan yang berada digenggaman istrinya, membuang barang itu menjauh.
"Reyhan sakit karena kamu! Reyhan menderita karena kamu, Kinar!" Linda menendang badan Kinar.
Tak lagi memiliki daya untuk melawan, gadis itu hanya mengeluarkan suara rintihan lirih dengan meringkuk kesakitan.
"Sshhh ... maa ... s-sakit," ucap Kinar dengan bibir bergetar hebat. Air matanya menetes tak henti sejak dia bersimpuh ditempat itu.
Perihal sakit yang dirasakannya tak lagi bisa diutarakan, Linda selalu melimpahkan perih hatinya pada Kinar yang tidak mengerti apapun. Gadis itu terus merintih bermenit-menit lamanya.
"Reyhan baik-baik aja, Ma. Jangan bersikap seperti itu pada Kinar, dia juga anakku." Tama meraih tubuh Kinar, membantunya berdiri darisana, sekalipun kaki itu terasa tak lagi bertulang.
"Baik apanya? Papa lihat tadi Reyhan bahkan hampir menusuk dirinya dengan gunting!" Linda masih saja membara, emosinya tak kunjung reda. "Gara-gara kamu, monster!"
Kinar memejamkan matanya, dia menghirup oksigen dengan serakah seakan tak ada lagi hari esok. Yang ada dipikirannya hanya tentang apa yang terjadi saat dia tidak disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA GEMA
Fanfiction"Gema, aku menyukai suaramu, aku menyukai segala hal yang kamu ucapkan, aku menyukai merdu nada yang terdengar dari mulutmu, aku menyukaimu, Gema." Gema tersenyum simpul dengan sorot mata yang amat berbahagia. "Jadi, teruslah mendengarkan suaraku, t...