bagian 12

193 103 582
                                    

;- tak apa, manusia memang seperti itu, rumit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- tak apa, manusia memang seperti itu, rumit. -;

_____

Jangan lupa ramaikan setiap paragrafnya yaa!!
_____

Tikkk...

Tikkk...

Tikkk...

Rintikan air hujan terdengar menatap atap sebelum akhirnya membasahi jalanan. Gema terduduk di kursi yang ada di halaman rumahnya, di temani secangkir kopi hitam dan sebatang rokok. Rambutnya basah, karena tadi dia dan Kinar sempat kehujanan sebelum akhirnya sampai di rumah.

Pemuda itu menatap tetes demi tetes air yang turun. Dalam pikirannya, mengapa hujan bisa dengan berani menjatuhkan dirinya ribuan kali tanpa mengeluh? Hujan mengajaknya belajar bahwa pada akhirnya, semua akan terjatuh juga, mau sekuat apa bertahan diatas awan, hujan akan mengajarkan rasanya jatuh dan kembali ketempat semula.

"Gorengan, Nak." Suara Arinda memecah lamunan Gema. "Kinar sedang mandi, nanti langsung kamu kasih ini aja, Ibun juga ada buatkan susu hangat, katanya dia suka susu coklat."

"Makasih banyak Ibun," ucap Gema dan tersenyum ramah pada ibunya.

"Kalo boleh Ibun bertanya, dia siapa? Kenapa kamu bawa kesini?" tanyanya menatap sang anak bujang.

Gema tersenyum tak lantas langsung memberikan jawaban kepada sang ibu. Ia mengambil oksigen sebelum mengeluarkannya perlahan. "Dia teman Gema, Bun."

Arinda tersenyum tipis. "Teman apa teman?" goda Arinda selepas mendengar jawaban Gema. "Lihat telingamu merah banget, kamu salting ya? Dia pacar kamu ya?"

Pertanyaan Arinda membuat Gema menoleh menatapnya dengan intes. "Enggak, Gema baru aja putus sama pacar Gema, Bun."

"Kamu punya pacar? Kok ibun gak tau," kata wanita paruh baya itu dengan menautkan kedua alisnya bingung.

Gema mengangguk perlahan. "Karena Ibun gak perlu tau," jawab Gema disertai tawa kecil diakhir kalimat.

Arinda memicingkan mata, menatap penuh selidik anak lelaki yang kini berada di hadapannya. "Harusnya kenalin dong Gema, calon mantu Ibun itu, jadi Ibun harus kenal juga."

"Bun, kita udah putus, anak Ibun ini udah jadi sadboi, jomblo."

Arinda tertawa sembari bersandar pada kursi yang ia duduki. "Kinar cantik, baik, sopan, Ibun restui kamu sama Kinar, biar gak jadi sadboi."

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang