bagian 36

22 2 4
                                    


;- selalu ada jalan ditiap usaha -;

_____

Flashback moment

Hari-hari berlalu dengan banyak perasaan gembira. Selain Arinda rupanya Gema juga merasa bahwa Kinar adalah orang yang dia butuhkan didalam hidupnya. Mengingat betapa hebatnya Kinar dalam menjalani setiap masalah yang hadir silih berganti.

"Ki, tau nggak, bagian paling menyenangkan saat melihat senja?" tanya Gema yang kini tengah duduk santai pada pinggiran taman bermain.

Tempat ini, menjadi tempat yang paling sering mereka kunjungi, setidaknya sehari sekali dua insan ini akan mampir kesini, hanya untuk menghirup oksigen yang bersih atau sekedar menemani Reyhan bermain.

"Gak tau."

"Soalnya tiap liat senja bikin aku inget sama kamu."

"Kenapa gitu? Emang muka aku oren kayak cahaya senja?" tanya Kinar dengan begitu polosnya.

Gema terkekeh mendengar jawaban polos dari sang gadis. "Gak gitu. Senja itu sama kayak kamu, hadirnya memang tidak lama, tapi kemunculannya akan selalu berulang pada hari-hari berikutnya."

Kinar terkekeh. "Gombal! Kamu kenapa flirty terus sih, Gem?"

"Lho, aku ini serius, liat muka aku." Gema memegang pundak Kinar, menghadapkan gadis itu agar menatap kearahnya. "Serius kan?"

"Ganteng," gumam Kinar setelah memandang wajah Gema.

"Tolonglah, Ki."

"Kenapa? Aku ada salah ngomong kah? Kenapa wajah kamu jadi merah?" tanya Kinar panik melihat wajah Gema berubah menjadi merah.

"Tolong, aku salting brutal dibilang ganteng sama ayang," ujar Gema dengan menutup wajahnya yang memerah. Tidak hanya merah tapi wajah itu juga ikut memanas.

Sedang Kinar hanya tersenyum simpul sembari memukul pelan pundak lelaki itu, jantungnya berdegup tak kalah kencang dengan degupan jantung Gema yang kini membuat pemuda itu salah tingkah tidak karuan.

"Kamu jangan gombal terus! Nanti jantung aku copot!"

"Gak apa-apa, nanti bisa aku pasang lagi, kan aku dokter sekarang."

"Sejak kapan kamu jadi dokter? Kamu bukan anak FK, Gema."

"Sejak kita jadian, aku kan dokter cintamu," jawab Gema dengan menunjukkan deretan gigi putih yang rapi.

"GEMAA!!" Kinar memukul tubuh Gema beberapa kali, pukulan kecil yang sangat menggemaskan.

Keduanya tertawa bersama, menikmati semilir angin sore yang menyapa dengan lembut, membelai setiap inci wajah cantik dan tampan itu. Semburat kuning oranye pada langit yang kini tidak lagi membiru menambah syahdu nuansa di malam minggu yang indah, menciptakan memori bahagia yang tidak akan bisa terlupa.

"Ki, sebenernya aku mau cerita."

Kinar menoleh, menatap wajah sang kekasih dengan begitu lembut. "Kenapa, Gema?"

"Aku dapat imessage," kata Gema dengan menatap layar ponselnya. Disana jelas terlihat sebuah pesan masuk yang mengajaknya bertemu.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang