;- goresan takdir terkadang memang membawa sakit tiada akhir -;
_____
Ramaikan di setiap paragraf nya yaa!!
_____"Ibun tiap pagi selalu begini?" Pertanyaan yang Kinar lontarkan membuka percakapan diantara keduanya.
Arinda mengangguk, sembari memotong beberapa sayur untuk dimasak, wanita itu tersenyum menatap Kinar sekilas. "Kalo bukan Ibun siapa lagi?"
Kinar mengangguk setuju, di rumah yang hanya berpenghuni dua orang ini tentu Arinda memegang kendali penuh terhadap apa saja yang terjadi didalamnya. "Hebat banget, ini pertama kalinya Kinar lihat seorang ibu memasak."
"Memangnya selama ini ibu kamu tidak pernah memasak?"
Pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Arinda membuat Kinar membisu tak bersuara. Pasalnya, ia enggan memberi jawaban dari pertanyaan sederhana yang diajukan. Baginya, pertanyaan seperti itu justru akan melukai batin. Ia harus kembali memendam kisah kelam yang sudah bertahun dia simpan. Kinar tidak pernah menceritakannya kepada yang lain.
"Bun, tolong ambilin handuk dong, Gema lupa!" Teriakan Gema dari dalam kamar mandi seakan menyelamatkan Kinar dari pertanyaan yang tak kunjung mendapat jawaban.
"Nak Kinar boleh tolong Ibun? Ambilkan handuk yang ada di samping lemari itu, nanti kamu letakan di gantungan depan kamar mandi."
Mendengar perintah itu Kinar hanya mengangguk dan melakukan apa yang tadi Arinda bilang. Namun, baru saja dirinya menginjakan kaki di depan kamar mandi, pintu itu terbuka menampilkan seorang pria yang bertelanjang dada dengan mengenakan boxer bergambar spongebob.
"Lama banget sih Ib—"
Belum selesai Gema dengan ucapannya, Kinar lantas membalikan badan membelakangi laki-laki itu dengan menutup kedua matanya, jantungnya berdegup kencang. Pasalnya ini kali pertama bagi dirinya menatap tubuh pria lain selain sang kakak, detik berikutnya kedua muda mudi itu berteriak bersamaan.
"AAAAAA ...."
Sungguh pagi ini menjadi pagi hari yang amat memalukan bagi keduanya.
···
Kata orang, hidup adalah sekumpulan masalah yang pasti menemui jalan keluarnya. Adalah garis skenario terbaik yang sudah Tuhan goreskan, tapi mengapa tetap saja rasanya sulit. Tidak mudah, banyak menyebabkan sakit.
Seperti perasaan yang kini Kinar rasakan. Sudah bermenit-menit lamanya gadis itu terduduk di samping brankar sang kakak, memandangi wajah Reyhan yang masih saja terpejam lelap. Padahal ini baru pukul sebelas siang, namun kakaknya bahkan dapat tertidur tenang. Berbeda dengan dirinya yang sedari tadi hanya merasa was-was, takut jikalau sang ibu tiba-tiba memunculkan dirinya dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA GEMA
Fanfiction"Gema, aku menyukai suaramu, aku menyukai segala hal yang kamu ucapkan, aku menyukai merdu nada yang terdengar dari mulutmu, aku menyukaimu, Gema." Gema tersenyum simpul dengan sorot mata yang amat berbahagia. "Jadi, teruslah mendengarkan suaraku, t...