bagian 22

115 42 155
                                    

;- menjadi kuat dengan diri sendiri itu susah, terkadang akan menimbulkan banyak resah -;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- menjadi kuat dengan diri sendiri itu susah, terkadang akan menimbulkan banyak resah -;

_____

"Mama sama Kak Reyhan mau terapi dulu, Ki, kamu bisa bantu Bi Iyem jaga rumah." Linda terlihat sibuk menata barang bawaannya kedalam totebag yang cukup besar.

"Kinar gak ikut ma?" tanya gadis itu dengan menatap sang mama dan kakaknya secara gantian.

"Gak usah, mama sama papa kok," jawabnya.

Linda beranjak bangkit dari tempatnya diikuti oleh Reyhan yang sibuk memainkan rubik di kedua tangannya. Bagi Reyhan terapi adalah sesuatu yang wajib dilakukan setiap minggunya, hal itu sangat berguna untuk perkembangan motoriknya.

"Kakak hati-hati ya," kata Kinar sembari tersenyum dengan mengusap puncak kepala pemuda itu.

Seaakan mengerti yang diucapkan Kinar, Reyhan menganggukan kepalanya dengan cepat. "A-adik Kiki, hati-hati juga." Reyhan menarik tangan Kinar memeluk adiknya dengan erat, seakan mengatakan bahwa tanpa Kinar dia akan tetap baik-baik saja.

Mungkin terlihat sedikit berlebihan, namun beginilah mereka. Sejak kecil mereka tidak pernah terpisahkan. Dimana ada Kinar disitu pasti ada Reyhan, Kinar kecil yang selalu menjaga kakaknya yang susah diatur. Dulu, kondisi Reyhan bahkan lebih buruk dibanding sekarang.

"Ayo kak, ibu dokter sudah menunggu." Linda menarik tangan Reyhan agar segera mengikuti langkahnya.

"Hati-hati adik Kiki." Pemuda itu tersenyum dengan lambaian tangan yang semakin lama semakin menjauh, menyisakan Kinar sendiri yang terdiam melihat kepergian keluarganya.

Ah, bicara soal keluarga, sejujurnya Kinar ingin mengetahui siapa orang yang seharusnya dia panggil mama, tidak bohong dia terluka saat mengetahui fakta bahwa mamanya bukanlah orang yang melahirkan dia. Dengan langkah gontai Kinar berjalan menuju kamar kedua orang tuanya.

"Non Kinar mau kemana?" tanya Bi Iyem, pembantu yang sudah lebih dari seperempat abad bekerja bersama kedua orang tuanya, sejak mereka tidak memiliki apa-apa hingga kini mereka sesukses ini, Bi Iyem adalah saksi hidup lika-liku perjalanan keluarga ini.

"Bi Iyem," kata Kinar dengan tersenyum, dia meraih pundak pembatunya itu dengan lembut. "Kinar mau tanya sesuatu, boleh?"

···

Gema mengendarai motornya dengan santai membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu ramai, ditambah dengan awan mendung diatas sana menambah syahdu perjalanan yang akan dia lewati menuju cafe Nizar.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang