bagian 35

62 8 8
                                    


;- awal dari kehilangan yang seharusnya tidak dirasakan -;

_____

"Akhir-akhir ini gue jarang liat Gema, kemana dah itu anak?" tanya Dino yang sibuk menata barang didalam tasnya. Hari ini dia kembali mempersiapkan diri untuk mengikuti jadwal interview.

"Paling lagi bucin," sahut Cendi terfokus pada ponsel yang miring didalam genggamannya.

"Gema gak ada dateng ke cafe beberapa hari ini, kita juga lagi jarang nongkrong ke cafe gue, kan." Nizar angkat bicara, pemuda itu menghembuskan asap rokok ke udara.

Dino dan Cendi menatap Nizar bersamaan, pandangan penuh kebingungan.

"Serius, Zar?" tanya Cendi dan hanya mendapat anggukan kecil dari yang bersangkutan.

"Dia biasanya rajin banget, tapi beberapa hari ini dia gak ada dateng, gue tanya bang Lucas katanya juga gak ada info."

"Kok lo gak kasih info ke kita?" kini giliran Dino melayangkan pertanyaan.

"Ya karena kita lagi sibuk-sibuknya. Lo udah mulai interview dimana-mana, Cendi udah mulai banyak ikut turnament basket, gue juga udah mulai susun skripsi dan banyak ketemu dospem," ujar Nizar.

Benar, beberapa hari terakhir jadwal mereka terlampau padat. Jelas saja Nizar tidak bisa memperhatikan dengan seksama apa saja kegiatan yang dilakukan oleh teman-temannya, hanya sesekali mereka berkomunikasi di grup whatsapp, tapi beberapa hari terakhir Gema sama sekali tidak ikut menimbrung pada obrolan.

Bagaikan hilang ditelan lautan, Gema sama sekali tak bisa ditemui dimana-mana.

Nizar baru menyadarinya setelah memeriksa jadwal absen harian para pegawainya, ternyata sudah lebih dari tiga hari Gema tidak datang tanpa keterangan. Nizar juga mencari Gema kepada beberapa teman kampusnya, namun tak seorang pun tau kemana pemuda itu pergi.

"Perasaan gue gak enak, Zar. Lo udah tanya Kinar?" tanya Dino, wajah penuh cemas dan khawatir.

Nizar menggeleng. "Gue belum kepikiran, nanti habis bimbingan gue dateng ke rumah Kinar."

"Gue ikut." Cendi mengangkat tangannya tinggi dengan antusias.

"Bukannya lo harus latihan basket? Katanya seminggu lagi ada turnament lagi?" tanya Dino dengan heran.

Cendi tertawa mendengarnya. "Gak ada yang lebih penting dibanding cari Gema, Din."

"Kalo gitu gue juga ikut!" Dino berseru tak kalah antusias.

"Inget interview, bre." Nizar menepuk pundak Dino.

"Berarti belom jodoh sama kerjaan ini," jawab Dino dengan meletakan tasnya diatas meja. "Kerjaan bisa cari yang lain, tapi kalo Gema hilang gak onok tunggale."
(Gak ada gantinya)

Nizar hanya tertawa mendengarnya, sementara Cendi terlihat menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, dia tidak paham akhir kalimat Dino.

Ketiganya kembali pada percakapan-percakapan ringan di pagi hari menuju siang, Nizar dengan pertanyaan bagaimana Dino mendapatkan predikat cumlaude padahal dia tau bahwa temannya ini suka bolos dibeberapa mata kuliah.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang