bagian 2

340 156 430
                                    

;- si Gabi babi -;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- si Gabi babi -;

_____

Ramaikan disetiap paragfarnya ya bestie!! ❤
_____

"Gema bangun sayang! Ayo sarapan dulu, Ibun masak nasi goreng seafood kesukaanmu," sebuah suara menginterupsi dari arah ruang makan sebuah rumah sederhana yang dia tinggali.

"Bawa bekal aja bun! Gema kesiangan," teriak pemuda itu menjawab ucapan sang ibu.

Arinda Saskia, seorang wanita paruh baya yang kini hampir menginjak usia empat puluh lima tahun terlihat menggelengkan kepala ketika mendengar teriakan sang anak dari dalam kamarnya. Dia bergegas mengambil kotak tupperware sebelum akhirnya memindahkan sebagian nasi yang baru saja masak dari penggorengan kedalam sana.

Senyum manis tersungging pada wajahnya yang terlihat masih kencang dan mulus, rasanya seperti mimpi ketika ia berhasil melewati segala rintangan dalam kehidupan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Arinda berdehem dan bersenandung pelan menikmati kegiatan yang tengah ia lakukan, rasanya menjadi bahagia ketika sebuah fakta menyadarkannya bahwa ia berhasil berjalan sejauh ini.

Cklek...

Pintu kamar Gema terbuka menampakan sosok tinggi dengan kemeja flanel rapi yang terpasang dibadan. Anaknya tumbuh menjadi pemuda yang luar biasa tampan, sekali lagi hal ini membuat Arinda merasa amat bahagia.

"Makanya lain kali itu jangan begadang main game sampai pagi, jadi kesiangan kan sekarang," ucap Arinda sembari memasukan kotak makan itu kedalam tas yang ada dipundak Gema.

"Bun ... Gema ini sudah kuliah, sudah besar, bukan lagi bocah SMP yang sibuk mabar sampai subuh, lihat ini tugas Gema bertumpuk-tumpuk," protesnya dengan menunjukkan setumpuk kertas ditangan.

Arinda tertawa melihat ekspresi wajah anaknya, tangannya yang mulai menampakkan garis-garis halus keriput, mengusap puncak kepala Gema. "Anak Ibun sudah dewasa sekarang."

"Iya dong, Gema sudah besar, sudah bisa jaga diri sendiri, Ibun gak perlu khawatir lagi," ucapnya dengan menjabat tangan Arinda hendak mencium punggung tangan yang juga menampakan keriput tipis.

"Gema mau berangkat menuntut ilmu dulu, biar bisa jadi anak yang berguna untuk Ibun."

"Iya sayang sok atuh gih berangkat, biar gak terlambat," kata Arinda sembari mendorong tubuh Gema agar segera menuju pintu rumah.

"Asalamualaikum surgaku," teriaknya dengan melambaikan tangan sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu.

Arinda tersenyum getir. "Waalaikumsalam anakku," gumamnya pelan dan sudah pasti tidak lagi terdengar oleh Gema.

Kini dilihatnya cincin emas yang melingkar cantik dijari manisnya, ia usap lembut benda bulat tersebut. Dengan menghembuskan napas perlahan, air matanya kembali berlinang.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang