bagian 29

41 10 12
                                    


;- Tuhan tidak pernah ingkar janji, selalu ada pelangi setelah reda badai yang menghampiri -;

_____

Kinar tersenyum begitu bahagia. Di sepanjang jalan tak hentinya melengkungkan bibir melihat kelakuan Gema yang tidak berhenti mengenalkannya pada siapapun yang mereka temui di jalan.

Seperti saat ini misalnya, mereka berhenti karena lampu lalu lintas yang berubah menjadi warna merah. Gema menoel pundak seorang bapak berpakaian ojek online yang berhenti disamping kirinya, sang bapak pun menolehkan wajah dengan pandangan penuh keheranan.

"Pak, cewek yang dibelakang saya cantik, ya?" tanyanya tanpa malu.

Bapak itu menatap Kinar yang hanya tersenyum kearahnya. "Cantik. Pacarnya, ya?"

"Iya Pak, pacar saya sejak tiga puluh menit yang lalu," sahutnya dengan gembira.

Bapak gojek hanya tersenyum sebagai reaksi dari ucapan Gema. Setelahnya pemuda itu beralih pada sisi kanan seorang ibu-ibu dengan anak kecil dibagian belakang sedang merangkul sang ibu.

"Bu, ibu." Gema menyentuh pundak ibu itu.

"Kenapa?" tanya ibu berjilbab merah dengan wajah yang tidak bisa tenang.

"Cewek yang ada dibelakang saya cantik, ya?" tanya Gema masih dengan ekspresi yang sama, tersenyum bahagia.

Ibu itu melirik Kinar sekilas. "Cantikan saya kata suami saya mah, ya maaf ya mbak, saya emang lebih cantik dibanding mbaknya."

Mendengar jawaban itu membuat Gema bungkam. Ibu ini kelewat percaya diri dengan mengatakan hal tersebut.

"Bohong mas, mbak nya cantik kok," sahut anak kecil yang ada dibelakang ibu itu, dia mengacungkan jempolnya. "Pacarnya, ya? Keren orang jelek pacarnya cantik."

Gema semakin bungkam, rupanya dia salah pilih orang untuk ditanya. "Hehe, iya udah ibu emang paling top yang lain beng-beng."

Setelah kalimat Gema berakhir lampu berubah warna menjadi hijau, dia segera melajukan motornya menjauhi ibu dan anak yang aneh tersebut.

Kinar yang berada dibelakang Gema menempatkan dagunya pada pundak pemuda itu, tertawa bahagia melihat ekspresi yang Gema tunjukan saat ini.

"Gila aja gue dikatain jelek," gerutunya dan mampu didengar Kinar membuatnya semakin tertawa.

"Emang aku jelek, Ki? Kok kamu mau pacaran sama orang jelek?" tanya Gema ditengah rasa insecure nya.

Kinar menggeleng. "Kamu paling ganteng sedunia, gak ada duanya, apalagi tiganya."

Mendengarnya membuat Gema kembali tersenyum, pemuda itu menarik tangan gadisnya agar semakin mengeratkan pelukan pada perut yang sedikit buncit akibat nasi goreng tadi.

Mereka menembus malam dengan bahagia yang menjalar hingga ke tulang. Cara yang sederhana untuk menjadi berbahagia saat bersama.

Gema akan memperlakukan Kinar sebaiknya, tak perlu diragukan lagi, gadis itu adalah satu yang beruntung karena dimiliki seorang seperti Gema. Pemuda yang hidup dengan banyak cara untuk memanusiakan manusia.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang