bagian 10

223 126 601
                                    

;- bukankah dari awal kita memang sudah berbeda? -;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- bukankah dari awal kita memang sudah berbeda? -;

_____

Alunan lembut piano dari sebuah rumah yang terbilang cukup megah terdengar hingga ke penjuru ruangan. Mengalun merdu membuat siapa saja yang mendengar seakan terlena pada suara yang dihasilkan dari jari-jemari yang tengah menari pada tuts piano putih yang bersih.

"Gabi sayang, hari ini papa dan mama ada urusan bisnis dan akan terbang ke negara tetangga, Singapura. Kamu di rumah aja, nanti papa suruh si Nizar pulang," ucap seorang pria tua dengan menenteng beberapa dokumen di dalam map coklat.

Gabi menghentikan permainan pianonya. "Gak perlu, Gabi bisa tinggal di rumah ini sendiri, toh masih ada bibi dan pak satpam. Papa gak perlu khawatir."

"Tetap saja, kamu anak perempuan, biar ada yang menjaga. Lagipula, papa sudah bilang Nizar untuk datang hari ini."

Gabi mendengus dengan kesal, ia berdiri dan berjalan mendekati papanya. "Gabi tidak pernah baik-baik saja kalo ada Nizar, papa tau itu kan!?"

"Tapi bagaimanapun juga kalian sekarang adalah saudara sayang," ucap Hendrianto, papanya. Dengan mengusap lembut rambut Gabi penuh kasih sayang.

Hendrianto menghela napas saat melihat raut wajah tertekuk dari putrinya, ia mengambil langkah dan membawa Gabi kedalam rangkulan hangat bahu lebar miliknya. "Gabi, kamu sama Nizar itu sama, sama-sama anak papa. Bagaimana bisa papa membiarkan Nizar di luaran sana terlalu lama?"

"Dia kan udah ada cafe! Nizar pasti bisa bertahan hidup dengan itu, lagipula dia banyak bergaul sama si miskin, jadi nggak perlu banyak biaya untuk dia bertahan diluaran sana, Pa," ucap Gabi tanpa menyadari Nizar yang telah berdiri di belakangnya.

"Babi!" bentak pemuda itu kala mendengar apa yang diucapkan Gabi.

Gabi menoleh, memandang datar kearah Nizar yang kini sudah mengepalkan kedua tangannya. "Gue kira lo gak bakal mau menginjakan kaki di rumah ini lagi."

"Kita beda babi, gimana pun juga ini rumah gue, kalo lo lupa akta rumah ini atas nama gue, kalo gue mau gue bisa usir lo dari sini!" tegasnya penuh penekanan di setiap kata yang terucap.

"Nizar! Papa gak pernah ajarin kamu seperti itu ya sama saudara kamu sendiri." Hendrianto menyanggah ucapan yang Nizar lontarkan, membuat anak lelakinya itu menatap dengan sengit.

"Dia dan ibunya si jalang itu benar-benar udah cuci otak papa! Nizar sama sekali gak pernah restuin keputusan papa untuk menggantikan posisi mama dengan wanita itu!" Tangannya menunjuk ibu Gabi yang baru saja keluar dari sebuah ruangan karena mendengar keributan diluar. "Sama sekali Nizar gak berharap akan ada yang gantikan mama!"

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang