bagian 26

103 26 122
                                    


;- ini bukan sebuah pelarian, tetapi sebuah cara untuk menemukan jalan yang lain -;

_____


"Kakak ini kenapa?" monolognya.

"Non, semalam yang pulang Jesslyn, Den Reyhan melihat non Kinar menjadi Jesslyn."

Satu kalimat yang membuat Kinar terbelalak kaget. Pasalnya di rumah ini tidak ada yang tau siapa itu Jesslyn. Gadis ini menutup rapat-rapat segala hal yang berkaitan dengan pribadinya yang lain.

"Bibi tau soal--"

"Iya Non, saya tau. Non, saya bekerja disini sudah puluhan tahun, saya merawat Non Kinar dan Den Reyhan dari kecil, saya amat tau bagaimana sikap Non yang sesungguhnya, meskipun saya tidak bisa banyak membantu setiap nyonya melayangkan pukulannya kepada Non Kinar, tapi saya tau Non Kinar bukanlah orang yang akan bersikap kasar." Bi iyem menjelaskan perasaannya panjang lebar, dengan setetes air mata yang tiba-tiba keluar tanpa diminta.

"Bersikap kasar? Maksud bibi apa?"

"Semalam, Non pulang terlalu larut, tidak seperti biasanya yang selalu pulang sebelum jam menunjukkan pukul sembilan malam. Saya yang membukakan pintu untuk Non. Saya mengikuti Non Kinar ke dapur karena takutnya Non belum makan, jadi nanti tinggal saya buatkan makanan, tapi sayangnya di dapur ternyata ada Den Reyhan, disana Non me—"

"Bi, jangan bilang saya memukul kakak?"

Bi Iyem spontan menggelengkan kepalanya.

"Lalu apa yang saya lakukan, Bi?"

Bi Iyem memandang Reyhan yang masih terpejam sekilas. "Non Kinar menampar Den Reyhan dan mendorongnya hingga jatuh, ada bekas luka di lututnya."

"Bi ...," mendengarnya membuat gadis itu kehilangan kata-kata, tanpa sadar dia meneteskan air mata. Sembari memandang wajah kakaknya dengan mengusap lembut puncak kepala itu.

"Non Kinar juga membentak Den Reyhan, Non mengatakan bahwa Reyhan adalah sumber sakit yang Non rasakan."

Kinar tak bisa lagi menahan, isakan dari mulutnya terdengar juga, dia tak pernah menyangka bahwa Jesslyn akan melakukan hal yang seperti itu kepada kakaknya. Sebuah hal yang selama ini dia larang keras, hal yang selalu menjadi warning pertama agar Jesslyn tak melakukannya. Namun semalam, gadis itu telah melewati batas, membuat tangan Kinar terkepal kuat.

"Beruntung nyonya dan tuan sudah tertidur pulas, tidak ada yang tau selain saya."

"Bi, bibi tau darimana kalo saya bisa berubah menjadi Jess-"

"Sorot mata kalian berbeda, Non Kinar dengan tatapan teduh dan menenangkan, sedangkan Non Jesslyn dengan sorot mata yang begitu tajam dan mengerikan. Kalian berdua berbeda. Saya sudah tau dari buku harian Non Kinar yang ada di dalam kamar. Maaf jika lancang tapi saya tidak sengaja menemukannya terjatuh dengan kondisi yang terbuka, saya tidak sengaja membacanya." Bi Iyem memotong ucapan Kinar guna menjelaskan apa yang dia ketahui.

"Saya pulang sendiri, Bi?"

"Enggak Non, Non Kinar diantar teman katanya mang Ujang."

"Teman? Siapa?"

"Kalo mang Ujang tidak salah dengar namanya adalah Gabi."

"Gabi? Siapa dia?" batin Kinar penuh pertanyaan.

"Maaf non, tapi kalo boleh jujur Non Jesslyn memang menyeramkan. Dia kasar baik dalam kata dan sikap. Kalau nyonya tau saya takut Non akan semakin disiksa ...." Bi Iyem menangis saat mengatakannya, dia sungguhan merasa tak tega jika Kinar harus mendapatkan siksa lagi.

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang