bagian 17

162 80 405
                                    

;- nyatanya harapan dan kenyataan sering kali tidak sejalan -;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;- nyatanya harapan dan kenyataan sering kali tidak sejalan -;

_____

Jangan lupa ramaikan setiap paragrafnya!
_____


Gema kembali menghembuskan asap rokoknya berulang kali ke udara, hingga bercampur dengan hawa dingin malam dan AC ruangan. Kini dia tengah berada di dalam coffee shop milik Nizar, tentunya bersama dengan Dino dan sang pemilik tempat —Nizar. Jangan tanya Cendi kemana karena di hari ini dia sibuk berlatih basket. Katanya, itu adalah olahraga yang paling diminati. Maklum Cendi juga termasuk kaum mager yang tidak ingin banyak gerak, tapi ingin sixpack. Jadi dia memilih basket sebagai alternatif olahraganya.

"Udah tolol, lo udah habis banyak!" Nizar meraih batang rokok yang baru Gema keluarkan dari dalam bungkus. Benar, Nizar yang melarangnya untuk menyesap benda itu untuk kesekian kalinya. Sebab sejak Gema duduk disana tiga jam yang lalu dia tidak berhenti membuat kepulan asap rokok.

"Gue udah larang si Juna sama Barra untuk dateng kesini. Males banget tempat gue di jadiin tempat perploncoan, mana itu kakaknya Kinar lagi," omel Nizar.

Juna dan Barra adalah dua orang yang membuat Reyhan sekarat di rumah sakit beberapa hari lalu. Mereka berada di angkatan yang sama dalam satu kampus. Bedanya, Juna dan Barra satu geng dengan Raden jadi tidak heran sikap mereka yang terlalu sok jagoan seperti itu.

"Lah, kok lo larang pelanggan dateng?" tanya Dino yang sibuk dengan setumpuk berkasnya.

"Ya mending gak ada pelanggan kayak mereka daripada tempat ini ternodai."

"Bahasa lo haha." Gema terkekeh, tangannya bergerak menempeleng pelan kepala orang yang ada didepannya.

"Lo kenapa sih, Gem? Kayak yang galau aja, kenapa? Kinar udah punya cowok?" tanya Dino setelah memperhatikan raut wajah Gema yang tidak seperti biasanya.

"Kepala lo jajar genjang!" tukas pemuda itu membantah yang diucapkan sang teman.

"Kenapa sih brodie, cerita dong."

Gema menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Gue mau jual motor, itu si donkey udah terlalu lama sama gue, kasihan dia pasti bosen."

"Kenapa lo jual anjir, kan itu peninggalan bokap lo!"

Gema terdiam, benar juga. Meskipun terkesan butut dan tua tapi itu adalah salah satu harta yang dia miliki dari almarhum sang ayah. Pikirannya menjadi bimbang dan ragu, kalau sampai Arinda tau anak lelakinya melakukan hal itu kemungkinan besar Gema akan ditendang dari rumah. Padahal uang hasil menjual motor akan dia gunakan untuk membantu melunasi hutang yang ibunya tanggung.

"Gue udah pasang iklannya anjir!"

"Ya beginilah bunda-bunda kalo jaman bayi minumnya air garam bukan ASI," kata Nizar sarkas. "Tololnya melewati batas!"

SUARA GEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang