;- sebab bagian dari kenangan yang buruk akan selalu terkenang bagaikan hari-hari yang terkutuk -;
_____
Jangan lupa tekan bintang ya gais!
_____
Kinar mengambil sebuah langkah pasti menuruni setiap anak tangga yang ada di dalam rumahnya. Kakinya melenggang pergi menuju ruang keluarga yang dimana terdapat sang mama tengah berkacak pinggang disana.Plakkk ...
Satu tamparan keras membuyarkan kepercayaan diri Kinar sesaat setelah gadis itu sampai dihadapan Linda, pipinya terasa panas memerah akibat telapak tangan yang mendarat dengan kasar disana.
"Anak gak tau diri!" cercah Linda dengan menunjuk muka Kinar.
Yang ditunjuk hanya mampu menunduk, semakin dalam tertunduk hingga rasanya tidak ingin lagi mengangkat kepala.
"Berapa kali saya bilang! Berhenti bermain musik jika itu membuat kamu lalai dalam menjaga anak saya!"
Lagi dan lagi teriakan demi teriakan terdengar menggema di seluruh penjuru ruangan. Saat ini Kinar baru berusia dua belas tahun. Kakinya baru saja menginjak Sekolah Menengah Pertama. Dia terlalu bersemangat mengikuti segala kegiatan yang ada disana. Mengenakan seragam putih-biru dan memainkan gitar klasik adalah impiannya. Namun sayang, baru beberapa hari impian itu terwujud, tapi semesta tidak merestuinya untuk terus bermusik lebih lama lagi.
Linda menarik rambut Kinar dengan kasar menyeretnya hingga ke depan pintu sebuah kamar mandi.
"Anak saya sekarat karena kamu bodoh!" teriaknya tanpa menghiraukan Kinar yang meraung meminta belas kasih untuknya berhenti.
"S ... sakit, Ma."
"Reyhan tertabrak motor karena kamu! Anak saya hampir mati karena kamu! Ini tidak ada apa-apanya dibanding dengan sakit yang Reyhan rasakan!" Linda masih berteriak parau dengan mata sembab pada Kinar yang kini hanya bisa memohon ampun.
Sebenarnya, ini bukan salah Kinar. Sebenarnya, dia tidak bersalah atas apa yang menimpa Reyhan. Sebab, pemuda tersebut memang pergi karena ajakan sang teman tapi nasib buruk datang ketika Reyhan menyebrang jalan tanpa melihat kondisi sekitar. Saat itu Kinar tengah sibuk mengikuti ekstrakurikuler musik di sekolah. Jelas dia tidak tahu apa saja yang dilakukan Reyhan di luaran sana.
Wanita paruh baya itu membuka pintu kamar mandi, dia menarik badan kecil Kinar hingga membuatnya seakan teeseret tanpa bisa melawan.
"Maaf, Ma. Maafkan Kinar." Kinar menangis hingga tenggorokannya terasa sakit, air matanya tidak lagi keluar bukan berarti dia tidak merasa merasa bersedih, hanya saja rasanya sudah diambang lelah hingga bulir bening itu tidak lagi mau keluar dari tempatnya berada, tertahan di pelupuk mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA GEMA
Fanfiction"Gema, aku menyukai suaramu, aku menyukai segala hal yang kamu ucapkan, aku menyukai merdu nada yang terdengar dari mulutmu, aku menyukaimu, Gema." Gema tersenyum simpul dengan sorot mata yang amat berbahagia. "Jadi, teruslah mendengarkan suaraku, t...