;- bagian hidup tentang menjadi manusia -;
_____
Jangan di skip narasinya ya, cantik!❤
_____Pada kenyataannya hal tersulit dalam hidup adalah menjadi manusia seutuhnya. Menjadi orang yang betulan orang dengan hati murni dan suci, seperti bayi yang baru terlahir di bumi. Namun, sekali lagi diingatkan bahwa kita bukanlah seonggok daging dengan pemikiran yang bersih.
Rentetan kejadian baik dan buruk yang telah dilalui perlahan seakan membuka pemikiran-pemikiran baru tentang bagaimana caranya bersikap pada setiap kondisi dan keadaan, seperti yang sekarang tengah dialami oleh Raden. Pemuda dengan tubuh tegap itu tengah terlihat menundukkan kepalanya sedalam mungkin melindungi pipinya dari hantaman tangan besar pria paruh baya yang ada didepannya.
Jarum jam seakan lebih lambat berputar menyisakan tegang berkepanjangan pada apa yang Raden rasa. Keringat pada pelipis matanya tak henti-henti menetes, menunjukkan betapa gugup dia saat ini, tidak bisa rileks seperti apa yang dia inginkan.
"Berapa kali papa bilang sama kamu, Raden! Jangan pernah bawa anak itu kemari!" Papa Raden berkata dengan sedikit berteriak, sangat mengintimidasi seseorang yang berada di depannya.
Di pagi buta begini dia harus dihadapkan pada sosok pria yang selalu dia hindari kehadirannya di dalam rumah ini. Bahkan matahari pun belum berani menunjukkan sinarnya, hawa dingin di subuh hari menjalar bahkan sampai merasuk kedalam tulang membuat Raden menggigil dibalik diam dirinya yang masih saja tertunduk tak berkutik.
"Papa ingatkan sekali lagi, kamu berhenti berurusan sama dia atau ...," kata-kata pria paruh baya itu tertahan di tenggorokan ketika melihat sang anak lelaki kini menatapnya dengan tajam.
"Atau apa? Papa mau ngelakuin apa lagi?" Raden mengambil langkah mendekati sang papa. Beberapa langkah sebelum akhirnya punggung pria itu menghantam pelan tembok yang ada dibelakangnya. Sorot matanya nyalang tajam.
"Hidup gue udah berantakan setelah mama meninggal. Sekarang, biarin gue cari jalan gue sendiri!" bentaknya dengan meninjukan tangan pada tembok yang ada disana, menciptakan retakan kecil pada bagian yang dia hantam serta darah yang tiba-tiba keluar menetes dari sela jarinya.
Pria paruh baya itu hanya menggenggam tangannya erat, wajahnya merah padam menahan emosi yang susah payah dia redam.
"Gak perlu sok peduli, lo bahkan bukan lagi bokap gue sejak hari itu!" Raden menatap tak senang, tatapan penuh emosi dan dendam yang cukup mendalam.
Plakk!!
Tamparan keras dari tangan besar papanya membuat pipi Raden memerah, panas, bahkan agak perih rasanya. Pria paruh baya itu terdiam dengan napas memburu, tak mengeluarkan sepatah kata selain tatapan penuh kecewa yang dia layangkan pada anak bungsunya. Anak lelaki yang dulu sangat dia banggakan dalam banyak hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUARA GEMA
Fanfiction"Gema, aku menyukai suaramu, aku menyukai segala hal yang kamu ucapkan, aku menyukai merdu nada yang terdengar dari mulutmu, aku menyukaimu, Gema." Gema tersenyum simpul dengan sorot mata yang amat berbahagia. "Jadi, teruslah mendengarkan suaraku, t...